BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi adalah fitrah manusia yang merupakan sebuah kebutuhan darurat yang tidak dapat di pisahkan dari diri manusia karena konsumsi adalah bagian dari usaha manusia untuk terus dapat mempertahankan hidupnya sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya tidak bisa terpisahkan dengan kegiatan konsumsi, baik konsumsi dalam memenuhi kebutuhan pokok seperti: sandang, papan dan pangan, maupun kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Pengeluaran konsumsi sebenarnya sudah melekat pada setiap diri manusia dimulai dari ia lahir sampai dengan akhir hidupnya, artinya setiap orang sepanjang hidupnya di dunia telah melakukan kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan konsumsi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia untuk dapat tumbuh dan menjalankan aktivitas sehari-harinya. Konsumsi adalah kegiatan manusia dalam hal ini masyarakat yang melakukan kegiatan membeli barang dan jasa untuk kebutuhan hidupnya, dimana ia memiliki uang dan menggunakannya untuk membeli barang dan jasa tersebut. Sedangkan pengeluaran konsumsi adalah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga masyarakat dilihat dari nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai kebutuhannya selama satu tahun. 1
2 Pengeluaran atau pembelanjaan masyarakat ini terdiri dari: makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada jarak antara konsumsi dan produksi. Banyak alasan yang menyebabkan analisis makro ekonomi perlu memperhatikan tentang konsumsi rumah tangga secara mendalam. Alasan pertama, konsumsi rumah tangga memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Kebanyakaan negara pengeluaran konsumsi sekitar 60-75 persen dari pendapatan nasional. Alasan yang kedua, konsumsi rumah tangga mempunyai dampak dalam menentukan fluktuasi kegiataan ekonomi dari satu waktu ke waktu lainnya. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. 1 Dalam analisa makro, konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi atau sumbangan terhadap pendapatan dan memberikan dampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi dan suatu periode keperiode waktu 1ainnya. 2 Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang dilambangkan dengan huruf C diambil dari kata dalam bahasa Inggris consumption. Konsep konsumsi diartikan sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga kepada barang-barang akhir 1 Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Edisi Kedua, (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2003), h. 338. 2 Ibid., h. 338.
3 dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut, atau dapat disebut juga dengan pendapatan yang dibelanjakan. Sementara bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut dengan tabungan, dilambangkan dengan huruf S inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu Negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara agregat makro pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula konsumsinya. 3 Besarnya pendapatan berbeda antar lapisan masyarakat, antar daerah perkotaan dan pedesaan, serta antar propinsi, kawasan dan negara. Keynes dalam Sadono Sukirno menyatakan bahwa konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin besar pula pengeluaran konsumsi. Perbandingan besarnya pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan adalah hasrat marjinal untuk berkonsumsi (Marginal Prosperity to Consume, MPC). Sedangkan besarnya tambahan pendapatan dinamakan hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Prosperity to Save, MPS). 4 Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi 3 Dumairy, Perekonomian Indonesia, Cetakan kelima, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004), h. 114 4 Sadono Sukirno, op.cit., h. 338
4 kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. 5 Sejalan dengan Dornbusch and Fischer menyatakan bahwa konsumsi menempati lebih dari 60% permintaan agregat, lebih dari jika semua sektor lain digabungkan. 6 Berikut ini dapat dilihat perkembangan pengeluaran konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Provinsi Sumatera Barat pada tabel 1.1 di bawah ini: N o Tabel 1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Masyarakat di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2015 Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Juta Rupiah) Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1 2005 16.361.887.820 4,85% 2 2006 17.037.910.030 4,13% 3 2007 17.738.699.980 4,11% 4 2008 18.541.006.930 4,52% 5 2009 18.845.881.840 1,64% 6 2010 19.269.244.780 3,51% 7 2011 20.141.304.430 3,85% 8 2012 21.062.294.980 4,20% 9 2013 22.054.081.160 4,00% 10 2014 23.135.946.670 4,14% 11 2015 26.565.293.180 4,17% Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2005-2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan setiap 5 N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Terjemahan, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 446 6 R Dornbusch dan S fisher, Makroekonomi, Edisi Ke Empat, Alih Bahasa JA Mulyadi, (Jakarta:Erlangga, 2004), h. 307
5 tahunnya, dimana Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp. 16.361.887.820 namun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesra Rp. 26.565.293.180 Sedangkan dari sisi Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga masyarakat di Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2005-2015 mengalami perubahan atau berfluktuasi dimana Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2005-2007 mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2005 sebesar 4,85%, tahun 2006 sebesar 4,13% dan tahun 2007 sebesar 4,11%. Namun Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2008 meningkat sebesar 4,52%, kemudian turun kembali pada tahun 2009 sebesar 1,64%. Namun Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada tahun 2010-2012 mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2010 sebesar 3,51%, pada tahun 2011 sebesar 3,85%, pada tahun 2012 sebesar 4,20%. Kemudian turun kembali pada tahun 2013 sebesar 4,00% dan meningkat kembali pada tahun 2014-2015. Dimana pada tahun 2014 sebesar 4,14% dan tahun 2015 sebesar 4,17%. Adanya fluktuasi pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan perkapita. Menurut teori konsumsi Keynes dalam Muara Nanga mengatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil. 7 7 Muara Nanga, Makro Ekonomi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.109
6 Pendapatan per kapita merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu daerah. Menurut Michael P. Todaro (2003:18) menyebutkan bahwa pendapatan per kapita pada dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesiar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu negara, yaitu seberapa banyak barang dan jasa yang tersedia bagi rata-rata penduduk untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi. 8 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat, berikut akan disajikan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Provinsi Sumatera Barat pada tabel 1.2 dibawah ini: NO Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2015 Tahun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk (Ribuan Orang) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita(Ribuan) 1 200 29.159.480,53 4603,96 6.333,60 5 2 200 30.949.945,10 4632,15 6.681,55 6 3 200 32.912.968,59 4697,76 7.006,09 7 4 200 35.176.632,42 4763,10 7.385,23 8 5 200 36.683.238,68 4827,97 7.598,06 9 6 201 38.862.142,53 4865,33 7.987,56 0 7 2011 41.293.349,29 4933,11 8.370,65 8 201 43.925.820,66 5000,18 8.784,84 8 Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 18
7 2 9 201 46.640.235,56 5066,5 9.205,61 3 10 201 49.392.015,02 5131,88 9.624,54 4 11 201 5 52.088.816,38 5196,29 10.024,23 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Berdasarkan tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Provinsi Sumatera Barat dari Tahun 2005-2015 mengalami kenaikan yang sangat signifikan setiap tahunnya, dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar Rp. 29.159.480,53 namun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesra Rp. 52.088.816,38. Konsumsi erat kaitannya dengan besaran pendapatan yang diterima oleh seorang individu, dimana pendapatannya akan dialokasikan untuk dua hal yaitu mengkonsumsi dan menabung. Ketika individu tersebut mempunyai pendapatan yang minim dan tidak mencukupi konsumsinya maka individu tersebut akan menutupi ketidakcukupan tersebut dengan mengambil tabungan mereka. Namun sebaliknya apabila terjadi peningkatan pendapatan individu maka konsumsi akan mengalami peningkatan, dimana besaran peningkatan akan memperlihatkan pola kecenderungan tambahan mengkonsumsi seorang individu. Pendapatan yang diterima masyarakat akan digunakan untuk membeli makanan, pakaian, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli
8 oleh Masyarakat untuk memenuhi Kebutuhannya dan perbelanjaan tersebut dinamakan Konsumsi, yaitu membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan sementara memiliki dan menggunakan barang tersebut. Menurut Godam bahwa tingkat konsumsi seseorang dipengaruhi oleh banyak hal yang berkaitan. Seseorang membelanjakan uang yang dimiliki sebelumnya dipengaruhi oleh banyak pertimbangan akibat adanya kalangkaan. Berikut ini dipaparkan penyebab perubahan tingkat pengeluaran atau konsumsi dalam rumah tangga: (1). Penyebab faktor ekonomi (pendapatan, kekayaan, tingkat bunga dan perkiraan masa depan), (2). Penyebab faktor demografi (komposisi penduduk dan jumlah penduduk), (3). Penyebab/faktor lain (Kebiasaan Adat sosial budaya dan gaya hidup seseorang). 9 Dari penjelasan di atas dikatakan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh PDRB perkapita tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Disamping Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita, suku bunga deposito memiliki pengaruh terhadap konsumsi. Dimana deposito merupakan tabungan dari pendapatan yang tidak dibelanjakan. Sebagaimana diketahui bahwa tabungan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Tingkat bunga tabungan berperan penting dalam mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat. Bila tingkat suku bunga tinggi maka masyarakat cenderung lebih memilih menabung serta mengurangi pengeluaran konsumsinya karena mengharapkan bunga yang besar dari tabungannya dan sebaliknya. Berikut ini 9 Godam, Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga- Pendidikan Ekonomi Dasar, (Ilmu Pengetahuan, 2007) di akses melalui: http: // www. organisasi. Org /1970/01/faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-konsumsi-pengeluaran-rumah-tanggapendidikan-ekonomi-dasar.html pada tanggal 27 Desember 2016 Jam 10:10 Pm.
9 dapat dilihat perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum pada tabel 1.3 di bawah ini: Tabel 1.3. Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan Tahun 2005-2015 N o Tahun Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan 1 2005 10,95% 2 2006 11,63% 3 2007 8,24% 4 2008 10,43% 5 2009 9,55% 6 2010 7,88% 7 2011 7,06% 8 2012 6,09% 9 2013 6,89% 10 2014 8,79% 11 2015 8,47% Sumber: Statistik Keuangan Indonesia (SEKI) Berdasarkan tabel 1.3 di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan dari Tahun 2005-2015 mengalami fluktasi. Dimana Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan pada tahun 2005 sebesar 10,95%, kemudian meningkat pada tahun 2006 sebesar 11,63%. Selanjutnya Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 8,24%, kemudian meningkat pada tahun 2008 sebesar 10,43%. Namun pada tahun 2009-2012 Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan mengalami penurunan yang sangat signifikan, dimana pada tahun 2009 sebesar 9,55% hingga pada tahun 2012 sebesar 6,09%. Kemudian pada tahun 2013-2014 Suku Bunga Deposito Bank Umum 12 Bulan mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2013 sebesar 6,89%,
10 hingga pada tahun 2014 sebesar 8,79%. Kemudian kembali mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar 8,47%. Suku bunga yang tinggi di satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu di sisi lain, suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri. Menurunnya produksi pada gilirannya akan menurunkan pula kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun sehingga dalam kondisi suku bunga yang tinggi, yang menjadi persoalan adalah ke mana dana itu akan disalurkan. 10 Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan antara konsumsi masyarakat dengan pendapatan dan suku bunga di Sumatera Barat dalam skripsi yang berjudul Pengaruh PDRB Perkapita dan Suku Bunga Deposito Terhadap Konsumsi Masyarakat Di Sumatera Barat Selama Periode 2005-2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan pemasalahan yang akan diteliti dalam penelitan ini seabagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh PDRB perkapita terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat selama periode 2005-2015? 10 Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafika Persada, 2008), h. 53
11 2. Seberapa besar pengaruh suku bunga deposito berjangka 12 Bulan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat periode 2005-2015? 3. Seberapa besar pengaruh PDRB perkapita dan suku bunga deposito bank umum berjangka 12 Bulan secara bersamaan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat periode 2005-2015? C. Batasan Masalah Agar menghasilkan penelitian yang lebih terarah. Maka penulis akan membahas masalah konsumsi masyarakat di Sumatera Barat akan sangat luas sekali, demi menghemat tenaga dan waktu penulis membatasi masalah pada penulisan skripsi ini membahas tentang dampak pendapatan dan suku bunga deposito bank umum berjangka 12 Bulan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat diambil dari periode 2005-2015. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pemasalahan, maka tujuan dan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui besar pengaruh PDRB perkapita terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat selama periode 2005-2015. b. Untuk mengetahui besar pengaruh suku bunga deposito bank umum berjangka 12 Bulan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat selama periode 2005-2015.
12 c. Untuk mengetahui besar pengaruh PDRB perkapita dan suku bunga deposito bank umum berjangka 12 Bulan secara bersamaan terhadap konsumsi masyarakat di Sumatera Barat periode 2005-2015. E. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan di atas, manfaat yang diharapkan oleh peneliti dan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang masalah yang diteliti, selain itu sebagai wujud nyata penerapan teori-teori yang diterima di bangku kuliah serta penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan. 2. Bagi Instansi Terkait Merupakan suatu infomasi dan sebagai bahan perumbangan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil, khususnya kebijakan yang berhubungan dengan permasalahan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat. 3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi kalangan akademisi dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan konsumsi untuk masa yang akan datang.
13 F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Pembahasan dimulai dengan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang dan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan BAB II sistematika penulisannya. Landasan Teori dan Studi Literatur Dalam bab ini disajikan konsep-konsep dasar teori ekonomi yang ada kaitannya dengan fungsi konsumsi. Selanjutnya, pembahasan difokuskan pada pendapat Keynes dalam mengkaji fungsi konsumsi. Disamping itu juga dijelaskan beberapa studi sebelumnya yang dapat penulis amati. Kemudian disusun suatu hipotesis dalam penelitian BAB III BAB IV yang merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah Metodologi Penelitian Dalam bab ini disajikan cara pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Gambaran Umum Perekonomian Sumatera Barat Dalam bab ini dijelaskan mengenai perkembangan konsumsi masyarakat di Sumatera Barat dan juga perkembangan pendapatan Sumatera Barat dan suku bunga di Indonesia karena Sumatera Barat BAB V bahagian dan Negara Indonesia. Penemuan Empiris dan Analisis Dalam bab ini dibahas penemuan empiris fungsi konsumsi di Sumatera Barat dengan menggunakan data time series periode 2005-2015. Fungsi konsumsi di Sumatera Barat diperlihatkan oleh suatu persamaan regresi dengan beberapa variabel yang mempengaruhinya. Kemudian hasil studi ini akan dibandingkan dengan penemuan- BAB VI penemuan studi lain Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan yang dapat diambil
14 dan penemuan empinis dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah konsumsi masyarakat di Sumatera Barat selama periode 2005-2015.