ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

dokumen-dokumen yang mirip
Catatan 31 Maret Maret 2010

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

JUMLAH AKTIVA

30 Juni 31 Desember

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

L2

AKUNTANSI BIAYA. Lukita Tri Permata, SE., M.SI, Ak, CA

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANALISIS ARUS KAS

JUMLAH ASET LANCAR

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

Analisis Aktivitas Pendanaan

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II LANDASAN TEORI

IAS 7 Laporan Arus Kas

BAB II LANDASAN TEORI

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

Modul ke: AKUNTANSI BIAYA SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA. Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM. Program Studi AKUNTANSI.

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

PT BANK MUTIARA Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Maret 2012 dan 31 Desember 2011 (Dalam Jutaan Rupiah, Kecuali Dinyatakan Lain)

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

KEWIRAUSAHAAN - 2 Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

Oleh: KELOMPOK 6 Ni Wayan Pertiwi Dharayanti Anak Agung Paramita Okadevi Irma Surya Frany

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Per 30 Juni 2010 dan 2009

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

Membuat Bagan Akun (Chart Of Account)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

30 September 31 Desember Catatan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BALANCE SHEET. (laporan Posisi Keuangan NERACA)

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

Alat analisis laporan keuangan H A S B I A N A D A L I M U N T H E S E., M. A K

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PROSPEKTIF PROSES PROYEKSI. 1. Proyeksi Laporan Keuangan. a. Proyeksi Laporan Laba Rugi

Akuntansi untuk sekuritas investasi ditentukan berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

SILABUS PENGANTAR AKUNTANSI BISNIS II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

Kas 2a, 2b, 2f Giro pada Bank Indonesia 2b, 2f, 2g,

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan 2. Manfaat, Tujuan dan Skema ALK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren


LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Mei 2015

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

PT. INTANWIJAYA INTERNASIONAL, Tbk. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2009 DAN 2008

Bab IV PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan yang akan dilakukan terhadap objek penelitian adalah berdasarkan

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Akuntansi Keuangan Koperasi

PT Citatah Tbk Laporan Posisi Keuangan 30 September 2011 dengan angka perbandingan 31 Desember 2010 (Dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN. (dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah) (dalam jutaan rupiah)

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS. 31 Maret 2015

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2016

Transkripsi:

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGENALAN ASET LANCAR aset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas, biasanya dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan. A. KAS DAN SETARA KAS Kas, aset yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana, money orders, dan cek. Setara kas juga tergolong sangat lancar, investasi jangka pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas, dan (2) hampir jatuh tempo sehingga resiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga yang hanya minimal. B. PIUTANG Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang berasal dari penjualan produk dan jasa secara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji tertulis untuk membayar. 1. PENILAIAN PIUTANG Analisis piutang penting karena dampaknya terhadap posisi aset dan arus laba perusahaan yang saling terkait. Pengalaman menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menagih semua piutangnya. Meskipun keputusan mengenai ketertagihan dapat dibuat kapan saja, ketertagihan piutang dalam satu kelompok hanya dapat diestimasi berdasarkan pengalaman masa lalu, dengan penyisihan yang layak berdasarkan ekonomi saat ini, industri, dan kondisi debitur. 2. ANALISIS PIUTANG Risiko kolektibilitas. Sebagian besar penyisihan piutang tak tertagih berdasarkan pengalaman masa lalu, meskipun penyisihan dilakukan untuk ekonomi terkini yang membaik, industri, dan kondisi debitur. Alat analisis untuk memeriksa ketertagihan atau kolektibiltas mencakup: Membandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing dengan perusahaan yang sedang dianalisis

Memeriksa konsentrasi pelanggan-resiko meningkat jika piutang terkonsentrasi pada satu atau sedikit pelanggan. Menghitung dan menyelidiki tred periode rata-rata kolektibilitas piutang dibandingkan dengan syarat kredit pelanggan untuk industri yang bersangkutan Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan atau perpanjangan dari piutang atau wesel tagih masa lalu. Keaslian piutang. Deskripsi piutang pada laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan biasanya tidak cukup untuk memberikan tingkat keandalan mengenai apakah piutang asli, jatuh tempo, dan dapat ditagih. Pemahaman mengenai praktik industri dan sumber informasi tambahan digunakan untuk menambah keyakinan. Faktor lain yang mempengaruhi keandalan adalah hak pengembalian barang. Sekuritisasi piutang. Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua atau sebagian piutangnya pada pihak ketiga,. Praktik ini disebut anjak piutang atau sekutirisasi. Piutang dapat dijual dengan recourse atau tanpa recourse pada pembeli. C. BEBAN DIBAYAR DI MUKA Beban dibayar di muka merupakan pembayaran di muka atas jasa atau barang yang belum diterima. Beban dibayar di muka biasanya dikelompokkan dalam aset lancar karena mencerminkan jasa yang diberikan yag jika tidak ada akan membutuhkan penggunaan aset lancar lain. PERSEDIAAN A. AKUNTANSI DAN PENILAIAN PERSEDIAAN Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabkan oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian aset. Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk perusahaan dagang: Persediaan awal+pembelian bersih-hpp=persediaan akhir

1. ARUS BIAYA PERSEDIAAN FIFO-metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli merupakan barang yang pertama dijual. LIFO-metode ini mengasumsikan persediaan yang dibeli terakhir merupakan unit yang pertama dijual. AVERAGE COST-metode ini mengasumsikan bahwa unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir sebagai rata-rata. B. ANALISIS PERSEDIAAN 1. DAMPAK BIAYA PERSEDIAAN TERHADAP PROFITABILITAS FIFO memberikan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan LIFO karena biaya persediaan yang lebih rendah dikaitkan dengan pendapatan penjualan dengan harga pasar terkini. 2. DAMPAK BIAYA PERSEDIAAN TERHADAP NERACA Dalam periode harga meningkat, dan dengan sumsi persediaan belum melikuidasi lapisan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga jauh yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantinya. Hasilnya neraca perusahaan yang menggunakan LIFO tidak secara akurat mencerminkan investasi lancar yang dimiliki perusahaan dalam perusahannya. 3. DAMPAK BIAYA PERSEDIAAN TERHADAP ARUS KAS Peningkatan laba kotor dengan menggunakan metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak menjadi lebih tinggi, dan karenanya utang pajak menjadi tinggi pula. Pada periode dimana harga meningkat, peusahaan dapat terjebak pada pengurangan arus kas karena mereka harus membayar pajak yang lebih tinggi dan perlu mengganti persediaan yang terjual pada biaya pegganti yang lebih tinggi dibandingkan biaya persediaan awal. 4. BIAYA PERSEDIAAN MANUFAKTUR DAN DAMPAK PENINGKATAN PRODUKSI Biaya persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen:

Bahan baku atau bahan mentah-biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk Tenaga kerja-biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi Overhead-biaya tidak langsung pada proses manufaktur, seperti penyusutan peralatan manufaktur, gaji penyelia, dan biaya prasarana. 5. BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI PASAR, MANA YANG LEBIH RENDAH Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atas valuasi persediaan adalah menilai pada biaya perolehan atau nilai pasar, dinilai dari mana yang lebih rendah (lower of market-locom). Aturan LOCOM menyatakan bahwa jika harga pasar persediaan turun melebihi biaya perolehan persediaan untuk alasan apapun maka nilai persediaan diturunkan untuk mencerminkan kerugian ini. Nilai atau harga pasar dijabarkan sebagai biaya pengganti terkini melalui pembelian atau produksi. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. PENGENALAN ASET JANGKA PANJANG Aset jangka panjang merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan penghasilan operasi lebih dari satu periode. Aset tetap berwujud antara lain bangunan, pabrik dan peralatan. Sedangkan untuk aset tetap tak berwujud antara lain paten, merk dagang, copyright, goodwill. Akuntansi Aset Jangka Panjang Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai Kapitalisasi untuk : a. Aset berwujud : aset dicatat pada nilai perolehan b. Aset tak berwujud : biaya internalnya segera dibiayakan dan tidak dicatat pada neraca. Area yang paling bermasalah untuk profesi akuntansi adalah kapitalisasi biaya pengembangan perangkat lunak. Kapitalisasi untuk internal, harus dikapitalisasi dan diamortisasi sepanjang masa manfaat yang diharapkan. Untuk yang eksternal,

dikapitalisasi dan diamortisasi hanya jika perangkat tersebut mencapai fisibilitas teknologi. Alokasi ada 3 yaitu a. Penyusutan (depresiasi) : untuk aset tetap b. Amortisasi : untuk aset tak berwujud c. Deplesi : untuk sumber daya alam 3 faktor yang menentukan nilai alokasi biaya a. Periode manfaat b. Nilai sisa c. Metode alokasi Penurunan Nilai dilakukan apabila arus kas yang diharapkan lebih kecil daripada nilai tercatat aset, dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar. 2 distorsi terkait dengan dengan penurunan nilai : a. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat diturunkan namun tidak dapat dinaikkan b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi laba bersih sementara berpotensi meningkaatkan kegunaan nilai aset pada neraca Kapitalisasi vs Pembebanan : Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio Dampak Kapitalisasi terhadap Laba Dampak terhadap laba : a. Menangguhkan pengakuan biaya = menghasilkan laba yang lebih tinggi pada saat akuisisi, dan laba yang rendah untuk selanjutnya b. Menghasilkan serial perataan laba Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan rasio tingkat pengembalian investasi. Kapitalisasi mempengaruhi baik laba maupun basis investasi pada rasio tingkat pengembalian investasi. Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas

Pada pembebanan biaya aset langsung, rasio solvabilitas mencerminkan kondisi perusahaan lebih buruk dari kondisi sebenarnya, karena pembebanan tersebut menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendahh untuk yang memiliki aset produktif Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi Jika aset dikapitalisasi, biaya dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi, maka arus kas keluar operasi terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan dengan kapitalisasi biaya. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam Menilai Properti, Pabrik, dan Peralatan Penilaian dari aset tetap ini menggunakan prinsip biaya historis, yaitu mencatat aset sesuai harga beli. Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset. Menilai Sumber Daya Alam Penyusutan Sumber daya alam merupakan hak untuk mengambil atau mengkonsumsi sumber daya. Dilaporkan sebesar biaya historis dan ditambah dengan biaya pencarian, eksplorasi dan pengembangan. Biaya ini dibebankan saat sumber daya tersebut dipindahkan, dikonsumsi atau dijual. Perusahaan juga mengalokasi biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadangan yang tersedia yang juga biasa disebut sebagai deplesi. Tingkat Penyusutan a. Umur Manfaat Asumsi ini dibuat berdasar kondisi ekonomi, pemahaman teknik, pengalaman, dan informasi mengenai fisik dan sifat produktifnya. Kerusakan merupakan salah satu alasan adanya umur manfaat ini. Integritaas penyusutan dan penentuan laba bergantung pada estimasi yang cukup akurat dan revisi masa manfaat yang tepat waktu, yang idealnya tidak dipengaruhi oleh insentif manajemen yang terkait dengan waktu pengakuan laba. b. Metode Alokasi Garis lurus Mengalokasikan biaya aset pada masa manfaat berdasarkan beban periodik yang sama. Alasan penggunaan metode ini adalah kerusakan fisik terjadi seragam

sepanjang waktu. Analisis harus waspada pada kelemahan konseptual ini yaitu kurang efisien dan membutuhkan pemeliharaan yang lebih tinggi karena penyusutan pada tahun awal sama dengan tahun berikutnya. Dan juga penyusutan ini menghasilkan bias yang makin besar pada pola tingkat pengembalian aset sepanjang waktu. Dipercepat Mengalokasi biaya aset sepanjang masa manfaat dengan pola semakin menurun. Tujuan dari metode ini adalah pajak, yaitu percepatan alokasi biaya dan berikut penangguhan laba kena pajak. Konsep yang mendukung metode ini addalah beban penyusutan yang semakin kecil sepanjang waktu merupakan kompensasi atas 1) Peningkatan biaya perbaikan dan perawatan 2) Pennurunan pendapatan dan efisiensi operasi 3) Peningkatan ketidakpastian pendapatan atas aset berumur dimasa depan. Dua metode dipercepat antara lain yaitu saldo menurun dan jumlah angka tahun. Khusus Deplesi Ditentukan pada industri tertentu, seperti baja dan mesin berat. Metode ini mengkaitkan penyusutan dengan pada aktivitas atau entitas penggunaan aset. Pada metode ini perlu menelaah estimasi masa manfaat secara periodik untuk tetap valid dibaawah kondisi yang berubah. Merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan atau produksi. Perbedaan dengan penyusutan adalah jika penyusutan adalah alokasi biaya aset produktif sepanjang waktu, sedangkan deplesi adalah alokasi biaya berdasar unit yang dieksploitasi dari sumber daya alam. Deplesi tergantu pada produksi, jika menghasilkan ebih banyak maka biaya deplesi juga lebih tinggi pula. Analis harus memperhatikan kerumitan pada deplesi seperti keanddalan dalam mengestimasi pemulihan sumber daya. Harus menelaah estimasi ini secara periodik untuk membuktikan informasi telah semua tersampaikan. Penurunan Nilai Akuntansi sekarang telah merefleksikan nilai masa kini, meskipun dengan dasar konservatif yaitu ketika aset yang telah disusutkan diestimasi lebih tinggi daripada nilai estimasi sekarang, maka nilainya pada neraca diturunkan untuk merefleksikan nilai saat ini.

Menganalisis Aset Tetap dan Sumber Daya Alam Menganalisis Penyusutan dan Deplesi Analis berfokus pada revisi masa manfaat aset. Revisi ini sering kali digunakan untuk memindahkan atau meratakan laba selama beberapa periode. Tiga kemungkinan tantangan analis pada perbedaan metode alokasi yang digunakan adalah Penggunaan garis lurus baik dalam pelaporan keuangan maupun tujuan pajak Dampak pajak yang menguntungkan menghasilkan dari penyusutan pajak yang makin tinggi. Menghasilkan penyusutan yang lebih tinggi dari awal tahun yang diperpanjang selama beberapa tahun bagi perusahaan yang sedang ekspansi. Analis dapat mempertimbangkan penyusutan tambahan berdasar percepatan dengan membagi jumlah pajak tangguhan dengan tarif pajak terkini. Analis juga harus memperhatikan informasi penyusutan dan juga tidak terfokus pada laba sebelum penyusutan. Menganalisis penyusutan membutuhkan evaluasi kelayakannya. Untuk itu digunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap total aset. Pengukuran lain yaitu rata-rata jangkauan waktu total, umur rata-rata, umur sisa rata-rata, dan rata-rata jangkauan total yang berhubungan dengan umur rata-rata dan umur sisa. Jika pengukuran tersebut digunakan oleh analis untuk membandingkan antar perusahaan, harus dilakukan dengan hati-hati karena beban penyusutan berubah tergantung metode alokasi serta asumsi masa manfaat dan nilai sisa. Analisis Penurunan Nilai 3 masalah anilisis penurunan nilai adalah Evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai Evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai Analisis efek penurunan nilai terhadap laba ASET TAK BERWUJUD Merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Aset tak berwujud sering kali : 1. Tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya 2. Masa manfaat yang tidak terhingga 3. Mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif

Akuntansi Aset Tak Berwujud Aset Tak Berwuujud dapat Diidentifikasi Merupakan aset tak berwujud yang dapat diidentifikasikan terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan selama periode manfaat yang terbatas. Dicatat sebesar biayanya dan mengamortisasi biaya sepanjang periode manfaat. Tidak diperbolehkan menghapus untuk dibebankan pada saat akuisisi. Aset Tak Berwujud tidak dapat Diidentifikasi Merupakan aset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Biaya pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan aset tak berwujud dibebankan saat terjadinya. Amortisasi Aset Tak Berwujud Saat kapitalisasi biaya aset tak berwujud yang dapat atau tidak diidentifikasi, biaya ini selanjutnya diamortisasi sepanjang periode manfaat aset ini. Jika aset tak berwujud mengalami penurunan nilai yang materiel (setelah uji pemulihan), maka aset diturunkan nilainya. Berdasar sstandar akuntansi goodwill tidak diamortisasi tetapi diuji penurunan nilai setiap tahunnya. Menganalisis Aset Tak Berwujud Analisis harus waspada terhadap : 1. Saat mengevaluasi aset tak berwujud karena sering terjadi kesalahan penilaian 2. Goodwill yang dicatat hanya saat akuisisi, dan sebagian besar goodwill terdapat pada neraca. 3. Perlakuan amortisasi manajemen. Yaitu dengan meningkatkan laba yang dilaporkan dengan cara mengamortisasi aset tak berwujud sepanjang periode yang melebihi periode manfaat 4. Komposisi, penilaian dan disposisi goodwill. Aset Tak Berwujud dan Kontinjensi yang Tak Tercatat Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan saat terjadinya. Jika goodwill dapat menghasilkan laba itu karena pembebanan pengembangan goodwill. Analis harus menyesuaikan aset dan kewajiban secara layak.