PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN ALAT PENGERING DENGAN PENGONTROL SUHU UNTUK PAKAN IKAN PADA CV. FAJAR ABADI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

Renny Eka Putri 2, Santosa 2, Azrifirwan 2, Mislaini 2, Dede Pranata 3

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

APLIKASI ALAT TANAM SEMI MEKANIS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PENANAMAN JAGUNG BAGI PETANI DI PASAMAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

JENIS-JENIS PENGERINGAN

MEMBANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH UNTUK PENINGKATAN EFEKTIVITAS KONSUMSI PAKAN TERNAK SAPI

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia

UJI PERFOMANSI ALAT PENGERING RUMPUT LAUT TIPE KOMBINASI TENAGA SURYA DAN TUNGKU BERBAHAN BAKAR BRIKET

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

RANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PROTOTIPE ALAT PEMANAS UDARA PENGERING CENGKEH

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya ikan laut Indonesia pada tahun 2006 sebesar 4,8 juta ton dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. tersedia di pasaran umum (Mujumdar dan Devhastin, 2001) Berbagai sektor industri mengkonsumsi jumlah energi berbeda dalam proses

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. kedua terbesar setelah padi, sehingga singkong mempunyai potensi. bebagai bahan baku maupun makanan ringan. Salah satunya dapat

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengeringan hingga kadar airnya menurun dan tahan terhadap. mikroba dan jamur, sehingga bisa disimpan dalam waktu cukup

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Prinsip proses pengawetan dengan penurunan kadar air pada bahan pangan hasil ternak. Firman Jaya

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari


BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

III. METODE PENELITIAN

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

Pengujian Pengeringan Garam Briket Skala Laboratorium

PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses pertumbuhannya yaitu berkisar antara ºc dan baik di tanam pada

PROSES PEMBUATAN PAKAN

Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melimpah. Dalam sektor pertanian, Indonesia menghasilkan berbagai produk

Kamariah Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Musamus

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING DEHUMIDIFIKASI TERINTEGRASI DENGAN PEMANAS UDARA SURYA UNTUK MENGERINGKAN TEMULAWAK

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

PEPJGAWUH LAMA PENYULINGAN LADA SEGAR XIEHGAN METODA AIR DAW UAP TERWADAP RENDEMEN MlNYAK DAN MUTU LADA PUTlH VAbfG DIHASILKAN

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

Perpindahan Massa Pada Pengeringan Gabah Dengan Metode Penjemuran

PENGEMBANGAN SISTEM PENGERING KELOM GEULIS BERBASIS MIKROKONTROLER DENGAN DUA SISI BERPEMANAS PIPA

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

A. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

PERANCANGAN BANGUNAN PENGERING KERUPUK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PINDAH PANAS. Jurusan Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan 2

Perancangan Modul Pengering Ikan Putaran Rak Vertikal Berbasis Mikrokontroller

KONSEP DASAR PENGE G RIN I GA G N

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

Transkripsi:

PENGENTASAN KEMISKINAN KELOMPOK NELAYAN PANTAI CAROCOK KECAMATAN IV JURAI, PAINAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PENGERINGAN DAN USAHA TEPUNG IKAN Sandra (Fak.Teknologi Pertanian, Univ. Andalas, 08121856240, sandra.malinsutan@yahoo.co.id) Andasuryani (Fak.Teknologi Pertanian, Univ. Andalas, 081374317783, andasuryani@yahoo.com) Renny Eka Putri (Fak.Teknologi Pertanian, Univ. Andalas, 08126799647, renny.ekaputri@yahoo.co.id) Abstrak Nelayan di pantai Carocok, Painan Pesisir Selatan marupakan nelayan yang dalam berusaha masih mengandalkan metode-metode tradisional, baik cara penangkapan ikan maupun pada proses-proses setelah penangkapan. Nelayan di pantai Carocok, Painan merupakan potret nelayan secara keseluruhan di Kabupaten Pesisir Selatan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengatasi kemiskinan melalui introduksi alat pembuat tepung ikan, alat pengering surya, dan jenis kemasan yang sesuai. Berdasarkan hasil introduksi, secara umum dapat dinyatakan bahwa kelompok sasaran menyatakan sangat tertarik dengan adanya alat pengering surya karena terdapat beberapa keuntungan seperti kecepatan pengeringan, dan produk ikan terbebas dari gangguan binatang atau curahan air hujan, serta mutu ikan kering yang cukup baik. Kegiatan ini tentunya dapat menambah pendapatan keluarga melalui perluasan pasar, sehingga masalah kemiskinan yang selalu melilit kehidupan nelayan dapat dikurangi. Pada saat introduksi ini, beberapa orang nelayan mengajukan permohonan untuk mendapatkan alat pengemasan sehingga nantinya mereka dapat menjual ikan kering yang sudah dikemas kepada wisatawan yang datang ke pantai Carocok. Key word : Potret nelayan, Alat pengering, alat penepung dan kemiskinan

I. PENDAHULUAN Pada saat ini kira-kira 60% dari nelayan di desa pantai rata-rata pendapatannya hanya berkisar antara Rp. 35.000,-/kapita/bulan, jauh dibawah kebutuhan minimumnya. Untuk meningkatkan pendapatan agar kesejahteraan masyarakat pantai meningkat perlu usaha-usaha untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi. Dewasa ini, hasil penangkapan ikan laut telah mencapai sekitar 74 ribu ton per tahun. Berdasarkan survey Dirjen Perikanan Tahun 1991, sektor kelautan laut Pesisir Selatan memiliki potensi lestari rata-rata 94.864 ton/tahun. Saat ini tergarap 13,61 % dengan tingkat produksi 12.910 ton. Potensi ini seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat Sumatera Barat, khususnya para nelayan pantai Carocok yang secara umum mempunyai perekonomian lemah. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat nelayan Sumatera Barat, maka ikan hasil tangkapan nelayan tidak hanya dapat dijual dalam bentuk ikan basah, akan tetapi ikan-ikan tersebut dapat diolah menjadi beberapa produk perikanan yang mempunyai nilai jual tinggi misalnya tepung ikan dan ikan kering. Nelayan di pantai Carocok, Painan Pesisir Selatan marupakan nelayan yang dalam berusaha masih mengandalkan metode-metode tradisional, baik cara penangkapan ikan maupun pada proses-proses setelah penangkapan. Khalayak sasaran kegiatan penerapan IPTEKS ini adalah kelompok nelayan yang berada di daerah pantai Carocok, Painan, yang juga merupakan potret nelayan secara keseluruhan di Kabupaten Pesisir Selatan 1

Tujuan kegiatan Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Mengintroduksikan alat pembuat tepung ikan agar ikan rucah hasil tangkapan nelayan dapat diolah menjadi tepung ikan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan b. Mengintroduksikan alat pengering surya sehingga mudah dioperasikan oleh generasi muda nelayan yang umumnya tinggal di daerah pantai, agar proses pengeringan ikan mempunyai mutu lebih baik. c. Mengintroduksikan cara dan jenis kemasan yang sesuai. II TINJAUAN PUSTAKA Pengeringan didefinisikan sebagai proses pemindahan air dengan menggunakan panas atau aliran udara untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga tidak dapat berkembang lagi atau berkembang namun lambat (Hall, 1980). Laju pengeringan dibagi menjadi dua tahap utama yaitu laju pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun. Laju pengeringan konstan terjadi pada lapisan permukaan biji-bijian yaitu pada lapisan air bebas. Laju pengeringan ini terjadi sangat singkat selama proses pengeringan berlansung. Besarnya laju pengeringan ini tergantung dari 1) Lapisan yang terbuka, 2) Perbedaan kelembaban antara lain udara dan daerah basah, 3) Koefisien pindah massa, dan 4) Kecepatan aliran udara pengering. Jenis pengering yang digunakan oleh berbagai bidang industri mencapai lebih dari 200 jenis Mujumdar (1996) telah memberikan beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pengering, yang meliputi : Kemampuan menangani bahan ; Jumlah energi yang dikonsumsi; Kemudahan operasi yang 2

higienis; Fleksibelitas (untuk produk yang sejenis); Keamanan pengoperasian; Kemudahan dalam pengoperasian; Kemudahan dalam pengendalian; Kebutuhan biaya, kebutuhan ruang yang kecil; Kemampuan multiproses, untuk tahapan proses lainnya. Tepung ikan sebagai bahan baku pakan ternak, merupakan salah satu hasil produk perikanan dalam bentuk kering. Walaupun kadar air tepung ikan yang dianggap aman dari berbagai penyebab kerusakkan adalah 5-6 %, akan tetapi tingkat kesetimbangannya dengan keadaan lingkungan (suhu dan RH) berkisar antara 10-12 %. Oleh karena itu, standar mutu tepung ikan di Indonesia menentukan kadar air maksimum tepung ikan yaitu 10-12% (Syarief dan Halid, 1990). III. MATERI DAN METODE Kerangka Pemecahan Masalah Untuk mengatasi permasahan pengentasan kemiskinan nelayan di Pantai Carocok Pesisir Selatan, maka metode yang ditawarkan adalah penerapan IPTEK pembuatan alat tepung ikan dan alat pengeringan ikan yang berfungsi ganda. a) Mengintroduksikan alat pembuat tepung ikan Pengembangan rekayasa alat pembuat tepung ikan yang sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh peneliti. Komponen-komponen alat: 1) Hopper sebagai kotak pengumpan, 2) Batu penggiling (Batu Statis dan Dinamis), 3) Ulir Pembawa, 4) Motor listrik, 5) Saluran keluaran dan 6) Kerangka Tipe alat yang dikembangkan adalah tipe burr mill. Prinsip kerja dari alat ini adalah bahan dari hopper dibawa oleh ulir pembawa ke pusat penggilingan. Pada pusat penggilingan terdapat batu penggiling statis dan dinamis. Bahan yang terbawa pusat penggilingan akan terus bertumbuk dan saling mendorong untuk 3

menemukan celah keluar diantara kedua batu. Adanya putaran dan gesekan batu menyebabkan bahan akan hancur tergilas. b) Mengintroduksikan Alat Pengering Surya Alat pengering yang akan diintroduksikan mempunyai fungsi ganda yaitu mengeringkan bahan sebelum digiling dan juga untuk menghasilkan ikan kering dengan mutu lebih baik. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan analisis teknik terhadap komponen, membangun alat pengering berdasarkan parameter rekayasa yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembuatan alat dan cara pengoperasian Túnnel Dryer Alat pengering surya tipe tunnel dirancang untuk mengurangi kadar air dengan menggunakan energi surya. Pembuatan alat pengering dilakukan di Bengkel Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Andalas. Alat pengering dibangun dengan beberapa komponen berikut : 1) kolektor panas yang dilengkapi dengan lapisan penyerap radiasi matahari dan penutup transparan menggunakan kaca akrilik, 2) ruang pengering yang dijadikan tempat rak pengering ditutup dengan kaca akrilik, 3) rak pengering dan 4) kipas. Gambar 1. Alat Pengering Surya Tipe Tunnel 4

2. Pembuatan Alat Penepung Alat penepung terdiri dari beberapa bagian : 1) hopper, 2) ruang penggiling, 3) batu penggiling, 4) ulir pembawa, 5) corong pengeluaran, 6) rangka, 7) puli, 8) belt dan 9) motor bakar. Mekanisme kerja alat penepung dimulai dengan memasukkan bahan baku (ikan kering) ke hopper, selanjutnya bahan masuk ke ruang penggiling dan digiling oleh batu penggiling. Tepung ikan yang dihasilkan akan keluar melalui corong pengeluaran. Gambar 2. Alat Penepung Ikan 3. Introduksi Alat Pengering dan Alat Penepung Ikan Setelah diperoleh alat pengering dan alat penepung ikan yang dapat dinyatakan layak secara teknis, maka alat pengering dan alat penepung diintroduksikan pada pemuda nelayan Desa Carocok Kecamatan IV Jurai Painan Selatan Pesisir Selatan. Kegiatan introduksi ini dilaksanakan pada tanggal 8 November 2009 yang dihadiri oleh 20 orang nelayan pantai Carocok. 5

Gambar 3. Peserta Kegiatan Secara umum, dapat dinyatakan bahwa kelompok sasaran menyatakan sangat tertarik dengan menggunakan alat pengering surya karena adanya beberapa keuntungan seperti kecepatan pengeringan, keserderhanaan kontruksi, kemudahan pembuatan, produk ikan terbebas dari gangguan binatang atau curahan air hujan, suhu tinggi, serta mutu ikan kering yang cukup baik. Beberapa nelayan atau pengusaha ikan kering tertarik untuk pengembangan alat pengering surya dengan bahan yang ada didaerahnya untuk menghasilkan ikan kering kualitas super. Bagaimanapun juga, kelompok sasaran menyarankan agar perbaikan mutu ikan kering yang dihasilkan oleh alat ini juga diikuti dengan perluasan pasar dan harga jual yang lebih baik. Mereka juga berharap, produk yang dihasilkan dengan menggunakan kedua alat yang diintroduksikan dapat dipasarkan untuk wisatawan pantai carocok. Hal ini tentunya dapat menambah pendapatan keluarga sehingga masalah kemiskinan yang selalu melilit kehidupan nelayan dapat dikurangi. Pada saat introduksi ini, beberapa orang nelayan mengajukan permohonan untuk mendapatkan alat pengemasan sehingga nantinya mereka dapat menjual ikan kering yang sudah dikemas kepada wisatawan yang datang ke pantai Carocok. 6

Gambar 4. Introduksi Alat Pengring dan Penepung Gambar 5. Serah terima alat pengering dan penepung 7

Gambar 6. Salah satu khalayak sasaran (rumah tangga miskin) V. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional sebagai pemberi dana kegiatan dengan nomor kontrak 203/SP2H/PPM/DP2M/V/2009 tanggal 23 April 2009. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Univ. Andalas Padang, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Ketua Jurusan/Program Studi Teknik Pertanian atas segala fasilitas dan pendanaan yang telah diberikan. 8

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil program penerapan iptek pada kelompok nelayan pantai carocok dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: (1) Kelompok nelayan telah mendapatkan introduksi teknologi pengeringan ikan dengan menggunakan teknologi yang lebih baik (2) Kelompok nelayan telah mendapatkan introduksi teknologi penepungan ikan yang merupakan hal baru bagi kelompok. (3) Kelompok nelayan telah mengetahui konsep diversifikasi produk perikanan yang dapat memberi nilai tambah B. Saran Melalui kegiatan ini dapat disarankan dengan penerapan teknologi alat pengering ini, kelompok nelayan diharapkan menjadi pilot project pengembangan tepung ikan di Kabupaten Pesisir Selatan. DAFTAR PUSTAKA Hall, C.W. 1980. Drying Farm Crops. Agricuture Process Engineering. Jhon Willey and Sonns Inc. New York. 334 hal. Mujumdar, 1994. Teknologi Hasil Pertanian. Bogor. Depertemen Mekanisasi Pertanian. Fateta. IPB. Syarief, R, Halid, Hariyadi. 1990. Teknologi Penyimpanan Pangan (Buku dan Monograf) PAU. Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. 9