TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit. : Angiospermae. : Spadiciplorae (Arecales) : Palmae (Arecaceae)

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. sering kali tumbuh pada tempat dimana menimbulkan kerugian pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. : Spermatophyta. : Monocotyledonae. Species : Allium ascalonicum L.

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. perlahan-lahan. Persaingan antara tanaman dan gulma terjadi baik di atas

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan produksi Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias merupakan salah satu produk hortikultura yang saat ini mulai

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gladiol termasuk ke dalam famili Iridaceae dan memiliki daun yang

I. PENDAHULUAN. dengan asal daerah dan negaranya seperti Weed (Inggris), Unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda),

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

A. Struktur Akar dan Fungsinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya pertanian memegang

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolud linnaeues. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Familia Subfamilia Genus Spesies : Tracheophyta : Pteropsida : Angiospermae : Monocotyledoneae : Spadiciplorae (Arecales) : Palmae (Arecaceae) : Cocodieae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif merupakan perkembangan dari bunga dan buah (Wahyuni, 2007) 1. Akar (Radix) Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut, perakarannya sangat kuat yang keluar dari pangkal batang, tumbuh kebawah dan kesamping. Berfungsi sebagai penyerap unsur-unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Akarnya 4

juga berfungsi sebagai penyangga berdirinya tanaman. Sistem perakaran pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : Akar primer, yaitu akar yang tumbuh pada pangkal batang tanaman, tumbuh secara vertikal atau mendatar, dalam jumlah besaryang hidup maupun mati untuk menunjang tanaman dan mengabsorbsi air serta hara anorganik. Pada tanaman dewasa, akar primer berdiameter antara 4-10 mm, panjangnya antara 15-20 meter ke arah horizontal, dan bisa mencapai 3 meter ke arah vertikal. Umumnya akar membentuk sudut kecil dengan batang. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer yang lebih halus dengan diameter antara 2-4 mm dan panjangnya dapat mencapai sekitar 150 cm, tumbuhnya mendatar mengarah ke atas dan mengarah ke bawah. Sebagian akar sekunder ini menuju ke arah atas atau hampir mencapai permukaan tanah. Akar tertier, yaitu akar yang tumbuh dari akar sekunder berdiameter antara 1-2 mm, arah tumbuhnya mendatar dengan panjang antara 10-15 cm. Sangat banyak terdapat di dekat permukaan tanah. Akar kuarter, yaitu akar yang tumbuh dari akar tertier berdiameter antara 0,2-0,5 mm dengan panjangnya rata-rata 3cm. Akar tertier dan akar kuarter merupakan akar yang bnayak memadati atau saling bertindih pada sekitar permukaan tanah, tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan menuju ke lapisanatas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Kedua jenis akar ini merupakan bagian perakaran yang paling dekat 5

dengan permukaan tanah, banyak ditumbuhi bulu-bulu halus yang dilindungi oleh tudung akar. Bulu-bulu tersebut paling efektif dalam menyerap air, udara, dan unsur hara dari dalam tanah. Penyebaran akar bergantung pada kondisi tanah. Sistem perakaran cenderung tumbuh ke arah bawah, tetapi pertumbuhan selanjutnya dibatasi oleh dalamnya permukaan air tanah. Pada tanah yang bertekstur halus, akar sangat rapat, kurang baik bila dibandingkan dengan perkembangan akar pada tanah yang memiliki aerasi baik dan bertekstur longgar. Praktik budidaya tanaman kelapa sawit juga mempengaruhi penyebaran akar, terutama akar-akar tertier dan kuarter yang berfungsi untuk mengabsorbsi zat hara dari dalam tanah. Pemeliharaan akar akan meningkatkan kapasitas absorbsi tanaman (penyerapan terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar). Percobaan dilapangan dengan menimbun daerah perakaran pada pangkal batang akan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS dan memperbaiki perbandingan sex ratio sebagai faktor penentu produksi tanaman kelapa sawit. 2. Batang (Caulis) Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus keatas. Batang berbentuk silindris dan berdiameter 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama empat tahun pertama, titik tumbuh membentuk daun-daun yang pelepahnya membungkus batang sehingga batang tidak terlihat. Pangkal batang umumnya membesar membentuk bonggol batang (bowl). 6

Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda tergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan (pertambahan tinggi) sekitar 25-40 cm per tahun. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan batang kelapa sawit adalah kondisi di sekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan), kerapatan tanaman, umur tanaman, dan sebagainya. Batang kelapa sawit untuk beberapa tahun umumnya masih terbungkus oleh pelepah daun, sehingga lingkar batang menjadi lebih besar. Apabila pelepah (frond) dipangkas secara teratur, bekas kaki-kaki (pangkal pelepah) daun tampak pada batang yang letaknya teratur seperti spiral. Pada umumnya, setiap tanaman mempunyai 8 spiral yang letaknya agak tegak dan mengarah ke kanan atau ke kiri. Sifat ini merupakan sifat genetis. Pangkal pelepah daun biasanya mulai lepas (jatuh) setelah tanaman berumur 10 tahun atau lebih. Pangkal pelepah yang jatuh dapat mulai dari mana saja, tetapi lebih sering dari pertengahan tinggi batang. 3. Daun (Folium) Daun pertama yang keluar pada stadium bibit berbentuk lanceolate, kemudian muncul bifurcate, dan akhirnya pinnate. Pangkal pelepah daun adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folii), tangkai daun (petiolus), duri-duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii), dan daging daun (intervenium). Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang 7

pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara 120-160 pasang. Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang di mana daun ke-1, ke-9, ke-17, dan seterusnya membentuk garis spiral. Pada tanaman yang tumbuh normal, 2 set spiral dapat dilihat selang 8 daun berputar ke kanan. Jumlah pelepah daun yang terbentuk selama satu tahun dapat mencapai 20-30 helai, tetapi kemudian berkurang sesuai dengan bertambahnya umur tanaman sampai menjadi 18-25 helai atau kurang. 4. Bunga (Flos) Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada satu batang terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Namun, seringkali terdapat pula tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodit). Tandan bunga terletak di ketiak daun yang mulai tumbuh setelah tanaman berumur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Primordia (bakal) bunga terbentuk sekitar 33-34 bulan sebelum bunga matang (siap melaksanakan penyerbukan). Pertumbuhan bunga sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Jika tanaman kelapa sawit tumbuh kerdil, maka pertumbuhan bunganya lebih lambat daripada tanaan yang tumbuh subur. Tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah ketika bunga tersebut menjelang matang. Tandan bunga jantan yang masak memiliki 8

bau khas. Pada tanaman kelapa sawit yang masih muda, jumlah bunga jantan lebih sedikit daripada bunga betina, tetapi perbandingan ini akan berubah sesuai dengan bertambahnya umur tanaman. Bunga jantan maupun bunga betina biasanya terbuka selama 3-5 hari pada satu tandan. Tepung sari dapat melakukan penyerbukan selama 2-3 hari, tetapi makin lama daya hidupnya makin menurun. Letak bunga betina dan bunga jantan pada satu pohon terpisah dan matangnya pun tidak bersamaan, sehingga tanaman kelapa sawit biasanya menyerbuk secara silang. Penyerbukan dilakukan oleh bantuan angin atau serangga. 5. Buah (Fructus) Buah kelapa sawit termasuk buah batu. Pada satu buah terdapat susunan sebagai berikut : Kulit buah (exocarp) yang selama 3 bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3-6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning. Daging buah (mesocarp) yang pada 3 bulan pertama tersusun dari air, serat, khlorofil, dan tiga bulan selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten. Cangkang (endocarp) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur 3 bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih menjadi cokelat muda kemudian cokelat. Inti (kernel) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya padat serta agak keras. 9

Lama proses pembentukan buah, dari saat terjadinya penyerbukan sampai matang, dipengaruhi oleh keadaan iklim dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lama proses pemasakan buah di beberapa kawasan agak berbeda. Di malaysia, proses pemasakan buah sekitar 5,5 bulan, di Sumatera sekitar 5-6 bulan, sedangkan di afrika sekitar 6-9 bulan. Berdasarkan warna kulit buah, buah kelapa sawit dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Nigrescens adalah buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Virescens adalah buah yang berwarna hijau ketika masih muda, sedangkan setelah matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan. Sedangkan untuk tipe Albescens warna buah yang dimilikinya pada waktu muda adalah keputih-putihan sedangkan setelah matang berubah menjadi warna kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman. B. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Penilaian kesesuaian lahan ditunjuk terhadap setiap satuan peta tanah (SPT) yang ditemukan pada suatu areal. Untuk keperluan evaluasi lahan maka sifat fisik lingkungan suatu wilayah dirinci kedalam suatu kualitas lahan (land qualities) dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri dari satu atau lebih karakteristik lahan atau land characteristic. 10

Secara lengkap kelas kesesuaian lahan dengan beberapa faktor pembatas untuk lahan kelapa sawit dapat kita lihat pada tabel 1 berikut : N o Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit Pada Tanah Mineral Karakteristik Simbol Intensitas faktor pembatas lahan Tanpa (0) Ringan Sedang (2) Berat (1) (3) H 1.750-1.750-1.500 1.500- <1.250 3.000 >3.000 1.250 1 Curah hujan (mm) 2 Bulan kering (bln) 3 Ketinggian DPL (m) 4 Bentuk wilayah/ kemiringan lereng (%) 5 Batuan di permukaan dan di dalam tanah (% volume) K <1 1-2 2-3 >3 L 0-200 200-300 300-400 >400 W Datarberombak <8 Berombak, bergelomba ng 8-15 Bergelom bangberbukit 15-30 B <3 3-15 15-40 >40 Berbukitbergunung >30 6 Kedalaman efektif (cm) 7 Tekstur tanah T Lempung berdebu, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat. 8 Kelas drainase D Baik, sedang S >100 100-75 75-50 <50 Liat, liat berpasir, lempung berpasir, lempung. Agak terhambat, agak cepat Pasir berlempun g, debu. Cepat, terhambat Liat berat, pasir Sangat cepat, sangat terhambat, tergenang 9 Keasaman tanah (ph) A 5,0-6,0 4,0-5,0 6,0-6,5 Sumber : Buku Pintar Mandor Kelapa Sawit, LPP 3,5-4,0 6,5-7,0 <3,5 >7,0 11

berikut : Secara lengkap Klasifikasi kesesuaian lahan dapat dilihat dari tabel 2 Tabel 2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria Kelas S1 (Sangat sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal) Kelas S2 (Sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas ringan dan tidak memiliki lebih dari satu pembatas sedang Kelas S3 (Agak Sesuai) Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat Kelas N1 (Tidak Sesuai Bersyarat) Unit lahan yang memiliki dua atau lebih pembatas berat yang masih dapat diperbaiki Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen) Unit lahan yang memilki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki Sumber : Buku Pintar Mandor Kelapa Sawit, LPP 12

C. Pembuatan Piringan, Gawangan dan Pasar Pikul 1. Piringan Piringan adalah lingkaran dengan radius 1,0-1,5 meter yang mengelilingi pohon tanaman. Piringan dibuat dan dipelihara agar selalu dalam keadaan bersih dari gulma untuk memudahkan pelaksanaan berbagai kegiatan perawatan tanaman. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM I), pembuatan piringan berjarak 1 meter dari pangkal batang tanaman. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM II), jarak pembuatan piringan ditambah sehingga menjadi 1,5 meter. Adapun untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM III), jarak pembuatan piringan ditambah lagi sehingga menjadi 2 meter. Radius piringan yang semula hanya sekitar 60 cm secara berangsur-angsur di perbesar sampai 1,5 meter sesuai dengan umur tanaman. Pembuatan piringan ini yang paling utama adalah membersihkan gulma yang tumbuh disekitar pohon kelapa sawit. Pemeliharaan piringan dapat dilakukan dengan cara manual seperti dikored, dibabat atau secara mekanis dengan cara disemprot dengan herbisida. Pemeliharaannya harus dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan. Untuk tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun, pemeliharaan piringan sebaiknya dilakukan dengan secara mekanis. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena penggunaan herbisida sangat beresiko merusak daun daun tanaman muda tanaman. Pemeliharaan piringan dilakukan dengan rotasi 1 2 bulan sekali tergantung kebutuhan. Umumnya pada musim 13

hujan rotasi pemeliharaan piringan dilakukan lebih rapat karena pertumbuhan gulma akan lebih cepat dibandingkan musim kemarau (Rambe, 2010). Disamping untuk mencegah persaingan dengan gulma, pembuatan piringan juga memudahkan pekerjaan operasional kebun seperti panen, pengumpulan tandan buah, pemangkasan buah, pemupukan, aplikasi pestisida, dan sebagainya. Bila tidak dijaga, tanaman kacangan akan masuk dan tumbuh diareal piringan dan selanjutnya merambat ke kelapa sawit, sehingga selain menimbulkan kerusakan fisik dan menyaingi kelapa sawit dalam mendapatkan sinar matahari. Gambar 1. Piringan 2. Gawangan Gawangan adalah areal atau ruang yang terletak di antara tanaman kecuali piringan. Jenis gulma di gawangan yang perlu diberantas hingga tuntas adalah jenis tanaman yang merupakan pesaing berat pertumbuhan kelapa sawit. Pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) biasanya gawangan masih ditumbuhi oleh LCC (Legume Cover Crop). Jadi, areal gawangan hanya dilakukan sedikit antisipasi terhadap gulma-gulma yang tumbuh. 14

Gambar 2. Gawangan TBM 3. Pasar Pikul Pasar pikul adalah jalan yang berada ditengah gawangan, tujuannya untuk memudahkan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, pengangkutan hasil panen ke TPH dan untuk mempermudah pemanen. Untuk itu perlu dilakukan pemeliharaan terhadap pasar pikul. Fungsi pasar pikul tersebutmendorong untuk dilakukannya kegiatan pemeliharaan agar pasar pikul tetap berada dalam kondisi baik dan siap pakai. Kegiatan pemeliharaan yang harusdilakuakan adalah membersihkan vegetasi/gulma yang berada di areal pasar pikul baik secara manual maupun secara kimia. Dalam praktek, diperkebunan kelapa sawit memang sering ditemui masalah gulma, baik dipiringan maupun di pasar pikul. Pemunculan gulma ditangani sedini mungkin, karena dengan cara ini pengendalian gulma lebih mudah, lebih murah dan gulma tidak berkesempatan menimbulkan persaingan yang merugikan produksi buah. Pada dasarnya gulma dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu kelompok paku-pakuan (fern), rumput-rumputan (grasses), gulma berdaun lebar (broadleaf weed), dan teki-tekian (sedges). 15

Gambar 3. Pasar Pikul D. Jenis Gulma dan Pengendaliannya Penggolongan gulma dapat dirinci oleh 2 kategori yaitu berdasarkan morfologi dan kerugiannya. 1. Berdasarkan Morfologinya Berdasarkan sifat Morfologi nya gulma dapat dibedakan menjadi lima golongan, antara lain sebagai berikut : a. Gulma Berdaun Sempit (Grasses) Gulma berdaun sempit memiliki ciri ciri sebagai berikut : Memiliki daun menyerupai pita Memiliki batang tumbuhan yang beruas ruas Tumbuh tegak atau menjalar, dan Memiliki pelepah serta helaian daun. Contoh gulma berdaun sempit, antara lain : lalang (Imperata cylindrica) dan rumput pahit (Paspalum conjungatum). 16

b. Gulma Teki Tekian (Sedges) Jenis gulma ini mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai area pertanian secara tepat. Gulma teki tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, bedanya gulma teki tekian memiliki batang berbentuk segitiga. Contoh gulma teki tekian antara lain adalah : teki (Cyperus rotundus) dan krisan (Seleria sumatrensis). c. Gulma Berdaun Lebar (Broad leaves) Gulma ini biasanya tumbuh di akhir masa budi daya kelapa sawit. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Pada umumnya gulma ini merupakan tumbuhan berkeping dua, Meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar dengan ciri ciri sebagai berikut : 1) Memiliki bentuk daun melebar 2) Tumbuhan tumbuh tegak atau menjalar. Contoh tumbuhan berdaun lebar, antara lain : sambung rambat (Mikania micrantha), senduduk (Melastoma malabathricum), dan gambutan (Passiflora futtida). d. Gulma Pakis Pakisan (Ferns) Gulma pakis pakisan umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar. Contoh gulma pakis pakisan antara lain : pakis kresek (Stenochlaena palustris) dan pakis kawat (Dicranopteris linearis). 17

Pengendalian gulma pakis pakisan dilakukan dengan cara kimia yaitu menggunakan herbisida berbahan aktif paraquat dan metil metsulfuron dengan dosis paraquat 1,5 l/ha dan metil metsulfuron 25 gr/ha). e. Gulma Rumput Rumputan Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tekian tetapi menghasilkan stolon, alih alih umbi. Di dalam tanah stolon ini membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Sebagai contoh adalah alang alang. 2. Berdasarkan Kerugiannya Tabel 3. Jenis Jenis Gulma Di Perkebunan Katagori Nama Latin Nama Indonesia/Daerah I.Jahat/sangatMengganggu Imperata cylindrica Lalang Mikania micrantha Sembung rambat Mikania cordata Mikania Mimosa pudica Putri malu/kucingan Mimosa invisa Pis kucingan Eupatorium odoratum Putihan Lantana camara Tahi ayam/tembelekan Clidemia hirta Harendong Melastoma affine Senduduk Axonopus compressus Rumput pahit/pahitan Paspalum konjungatum Rumput Pahit/buffalo,grass Cyperus rotundus Teki - tekian Gleichenia linearis Pakis kawat Dryopterus arida Pakis Kadal II. Sedang danlunak Ageratum conyzoides Wedusan/Babandotan Borreria latifolia Kentangan Borreria laevicaulis Rumput Kancing Ungu Phyllanthus niruri Meniran Sumber : Buku Pintar Mandor Kelapa Sawit, LPP 18

Pekerjaan pengendalian gulma memerlukan jumlah tenaga kerja dan biaya sangat banyak. Oleh karena itu, pekerjaan ini harus dilakukan secara rasional dengan memanfaatkan teknologi secara efektif dan efisien. Beberapa metode pengendalian gulma telah dilakukan di perkebunan adalah : 1. Secara Manual Pengendalian gulma secara manual adalah dengan tenaga manusia menggunakan alat-alat pertanian, perawatan seperti cangkul, parang babat gawangan, garuk, dan sebagainya. Rotasi pengendalian gulma secara manual pada pasar pikul dilaksanakan sama seperti pada piringan dan gawangan yang dilakukan dengan membabat atau menggaruk. Pada tanah yang mudah tererosi sebaiknya dibabat saja (Lubis, 2008). 2. Secara Mekanis Pengendalian gulma secara mekanis adalah dengan menggunakan alat alat berat. Contohnya, traktor yang dilengkapi peralatan seperti luku, tajak, garuk, sabit, atau babat gawangan. 3. Secara Kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Bahan kimiawi itu disebut herbisida. Alang alang (Imperata cylindrica) dan Sembung rambat (Mikaniamicrantha) sering menjadi masalah di areal perkebunan kelapa sawit 19

khususnya TBM. Kondisi alang alang tersebut bisa terbentuk sheet, vlekken, atau sporadis. Untuk mengendalikan gulma alang alang pada kondisi sheetatau Vlekken, lakukan aplikasi Blanket dengan glifosat 1% dengan volume semprot 500 l/ha atau dalapon 1%. Standard hari kerja dengan pengendalian kimia adalah 6 8 HK/ha, sedangkan cara manual dengan cangkul 75 HK/ha (Sinaga, 2013). Pada Kondisi berat hingga sedang, aplikasi spot spraying dengan glifosat 1% atau dalapon 1%, standard kerja 3 HK/ha. Pada kondisi ringan lakukan wipping dengan glifosat 0,6 1,0%, rotasi 8 kali/ tahun, standard kerja 0,5 HK/ha. Gulma sembung rambat dikendalikan dengan 2,4 D-amin atau MCPA dengan dosis 1,5 2,0 l/ha dicampur Teepol 0,5 l/ha, dan standard kerja 6 HK/ha. Sembung rambat dapat dikendalikan secara manual dengan cara menggulung dan mengeringkan gulma tersebut di tepi jalan kebun. Perawatan penutup tanah (LCC) dilakukan secara manual hingga kondisi W1. Standard kerja 13,5 HK/ha. Untuk perawatan piringan, dilakukan secara manual dengan parang panjang atau arit, dengan standard kerja 3 HK/ha, dan rotasi 8 kali/tahun. Pada TBM 1, jari jari piringan yang dibersihkan adalah sekitar 1,0 m. Pada TBM 2 dan 3, bisa dilakukan aplikasi glifosat atau paraquat dengan konsentrasi 0,4 0,6% volume semprot 400 600 l/ha. Pada TBM 2 dan 3, jari jari piringan yang dibersihkan adalah sekitar 1,5 2,0m (Vademikum, 2003). 20

E. Herbisida 1. Herbisida Kontak Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringanjaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas. Herbisida kontak. Herbisida jenis ini dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat terutama pada penggunaan dengan kadar tinggi, seperti asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%. Paraquat, sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hidrogen peroksida radikal yang dapat memecah membran sel, akhirnya seluruh sel juga rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan ke bagian lain. Herbisida kontak, cocok digunakan untuk gulma yang tergolong gulma lunak, artinya gulma tersebut relatif lebih mudah dikendalikan. Jenis gulma ini ada yang berdaun sempit ada yang berdaun lebar. Untuk pengendalian gulma diantara atau pada barisan tanaman baik sekali, karena akar gulma yang disemprot tidak mati. Rumput ini akan hidup kembali setelah bagian atasnya kering terbakar herbisida. Biji-bijian gulma yang terkena semprotan tidak mati, namun jika biji tersebut telah tumbuh dan daunnya terkena semprotan akan mati. 21

Contoh contoh jenis herbisida Kontak adalah sebagai berikut : Tabel 4. Jenis jenis Herbisida Kontak No. Nama dagang Bahan aktif Jenis formulasi 1 Gramoxone Paraquat diklorida WSC 2 Herbatop Paraquat diklorida WSC 3 Paracol Paraquat diklorida WSC 4 Rumpas Paraquat diklorida WSC 2. Herbisida Sistemik Herbisida sistemik, biasa digunakan untuk pengendalian gulma yang mempunyai rhyzome atau umbi seperti lalang (Imperata cylindrica) atau teki (Cyperus rotundus). Herbisida ini akan diserap melalui daun dan dibawa kebagian rhyzome atau umbinya kemudian bahan aktifnya mematikan bakal tunas yang tumbuh setiap ruas akar lalang atau setiap umbi. Ciri-ciri herbisida ini berhasil menjalankan tugasnya apabila terlihat noda hitam pada bakal tunas di atas. Hal tersebut berarti bakal tunasnya telah mati. Untuk jenis gulma seperti Mikania (Mikania cordata), herbisida ini pun efektif membunuh gulma sampai ke akarnya beberapa hari setelah penyerapan berlangsung. Biji-bijian tidak akan mati masih terlindung, namun biji gulma yang telah tumbuh, beberapa jenis akan mati dan beberapa jenis lainnya tetap hidup. Ada beberapa jenis herbisida sistemik ini, untuk mengendalikan lalang atau gulma berdaun sempit (grasses) lainnya, gulma berumbi seperti teki-tekian serta untuk berdaun lebar (Broad leaves), masing-masing produk mempunyai spesifikasi sendiri misalnya : Herbisida yang mengandung bahan aktif glifosat, baik sekali untuk mengendalikan lalang dan teki. 22

Herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4 D atau 2,4,5 T baik sekali untuk mengendalikan gulma berdaun lebar. Efek kematian terjadi hampir merata keseluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem Ultra Low Volume (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif keseluruh gulma memerlukan sedikit pelarut. Herbisida sistemik diaplikasikan melalui tajuk seperti herbisida glifosat, sulfosat, dan 2,4-D ester berlangsung secara simplatik atau melalui jaringan hidup dengan pembuluh utama floem bersamaan dengan translokasi fotosintat. Sedangkan herbisisda sistemik yang diaplikasikan melalui tanah seperti ametrin, atrazin, metribuzin, 2,4-D amin, dan diuron, ditranslokasikan secara apoplastik atau melalui jaringan mati dengan pembuluh utama xilem bersama aliran masa gerakan air dan hara dari tanah ke daun dengan bantuan proses transpirasi. Berikut ini adalah Contoh jenis jenis dari HerbisidaSistemik : Tabel 5. Jenis jenis Dari Herbisida Sistemik No. Bahan Aktif Nama Dagang Jenis formulasi 1 Isopropilaminaglifosat Nufaris WSC 2 Metil metsufuron Ally 20 WDG WDG 3 Etil pirazolsulfuron TI GOLD WP 4 2,4 D Dimetil amina Fenomin WSC 5 Klomazone Command EC 6 Oksifluogen Goal EC 7 Ammonium glofosnat Maxitol WSC 8 2,4 D Dimetil amina Lindonin AS 23