BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh aspek kehidupan (Munas PPNI 2005). Keperawatan sebagai profesi berarti mempunyai bidang ilmu tertentu dan terorganisir, serta adanya perkembangan dalam ilmu itu sendiri. Dengan demikian pelayanan keperawatan tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. (Wardhono, 1998). Keperawatan sebagai bagian dari tim kesehatan merupakan tim yang 24 jam penuh berhubungan langsung dengan klien dan keluarganya. Dalam pelaksanaan intervensi keperawatan dibutuhkan komunikasi yang tepat agar maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan sesuai. Diharapkan perawat mampu memberikan informasi atau berkomunikasi yang efektif dengan tim kesehatan lain, klien dan keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan klien. Hal ini yang menjadikan perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan rumah sakit (Hamid, 1996). Media komunikasi yang diharapkan adalah terapeutik, penggunaan komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan 1
2 perawat-tim kesehatan lain, perawat-klien, sehingga didapat informasi yang akurat dan efisien (Hamid, 1996). Komunikasi merupakan modal dasar yang harus dimiliki perawat dalam memberikan asuhan keperawatan serta menjadi kunci keberhasilan asuhan keperawatan, akan tetapi dalam praktek di lapangan masih sangat kurang (Abraham, 1996; Arwani, 2003). Kemampuan perawat dalam berkomunikasi secara terapeutik akan mempermudah hubungan yang terapeutik antara perawat-klien, perawat-tim kesehatan lain, mencegah adanya masalah illegal, memberikan kepuasan pelayanan, meningkatkan citra profesi keperawatan serta rumah sakit (Hamid, 1996). Sampai saat ini masih ada juga tenaga keperawatan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yang masih berpegang pada pola pendidikan masa lalu, serta tidak ada atau keterbatasan untuk mengikuti pendidikan lanjutan sehingga pelayanan asuhan keperawatan akan mengalami banyak kendala. Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama merupakan rumah sakit peninggalan Belanda yang bernama Militer Hospital Yuliana didirikan tahun 1925. Telah mengalami beberapa kali perubahan nama dan status, sejak tahun 1993 berdasarkan Surat Keputusan Pangdam nomor : Skep / 283 04 / X / 1993 tanggal 30 Oktober 1993 menjadi rumah sakit tingkat III / tipe C dan melayani umum (Profil Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama, 1994). Sebagai data awal mengenai tingkat pendidikan perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama adalah jumlah tempat tidur 154 tempat tidur, 7 ruang rawat inap, dengan jumlah perawat 78 orang, dan
3 bidan 7 orang. Klasifikasi tingkat pendidikan sebagai berikut; 4 S1 Keperawatan, 51 DIII Keperawatan, 22 SPK, 1 PK, 3 DIII Kebidanan, 4 Bidan DI. Tenaga keperawatan tersebut terdiri dari anggota TNI, PNS, dan Honorer (Rumah Sakit Tingkat III BWT, 2007). Dengan keadaan yang demikian Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama, tentunya berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan kepada pasien TNI, PNS, maupun umum dengan sebaik-baiknya. Pelayanan yang memuaskan didasari dari komunikasi terapeutik antar perawat-pasien, perawat-tenaga kesehatan lain, dan antar perawat itu sendiri. Berdasarkan penelitian sebelumya, Gandes A. (2006), dinyatakan bahwa dengan pengetahuan yang baik ada kecendrungan lebih mampu komunikasi terapeutik terhadap pasien. Atas dasar pemikiran dan belum pernah dilakukannya penelitian tentang hal ini pada instansi di atas, maka penelitian ini mengambil judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan dengan Penerapan Komunikasi Terapeutik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan penerapan komunikasi terapeutik pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama semarang?
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan penerapan komunikasi terapeutik pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan tingkat pendidikan perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan komunikasi terapeutik perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. c. Mendeskripsikan penerapan komunikasi terapeutik pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. d. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan penerapan komunikasi terapeutik pada perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk rumah sakit, khususnya keperawatan hasil dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam upaya meningkuk atau belum. Untuk praktek keperawatan, hasil penelitian ini dapat menjadi koreksi dan masukan bagi perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira
5 Tamtama dalam meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan sehingga tingkat kepuasan meningkat. 2. Untuk institusi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingat pendidikan dan pengetahuan mempengaruhi pelaksanaan komunikasi terapeutik, dan sebagai bahan pengembangan maupun penelitian selanjutnya.