BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah respon emosional yang digambarkan sebagai suatu perasaan kuatir yang samar-samar, sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu tersebut. Kecemasan dapat diekspresikan (Stuart & Sundeen,1995). 2. Predisposisi Stuart & Sundeen (1998) menjelaskan tentang penyebab dari kecemasan adalah : a. Teori Psikoanalisa Kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara ide dan super ego, yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi. b. Teori Interpersonal Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Presipitasi Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor presipitasi kecemasan dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu: a. Ancaman terhadap integritas biologi Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab kecemasan. b. Ancaman terhadap rasa aman Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri meliputi tidak tercapainya harapan, tidak terpenuhinya akan status, rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan perilaku, dan tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain. 4. Tingkat Respon Kecemasan Menurut Townsend (1996) mengembangkan konsep kecemasan pada empat rentang kontinum mulai dari kecemasan ringan sarnpai panik. Secara spesifik terbagi menjadi: a. Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan rneningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Respon fisiologis, sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar. b. Kecemasan sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. c. Kecemasan berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk rnengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mampu belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. d. Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, hiperaktif, tidak mampu belajar, tidak mampu berkonsentrasi, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. 5. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Gangguan cemas dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa dan lebih banyak pada wanita (Wibisono, 1990). Menurut Stuart dan Sundeen (1995), respon terhadap kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor: usia atau tingkat perkembangan, jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman individu. Sedangkan menurut Long,B,C (1996) respon terhadap kecemasan juga dipengaruhi oleh faktor biologi, perilaku dan tingkat sosial ekonomi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Terman cit T'aylor (1997) menunjukkan bahwa wanita cenderung neurotik daripada pria walaupun berbagai kesempatan sama diberikan kepada mereka. Selain itu juga menurut
penelitian lain dikemukakan bahwa wanita lebih banyak menderita kecemasan dikarenakan faktor predisposisi kecemasan yaitu faktor genetik (Roam, 1979). Menurut Priest (1990) cit Hidayanto (1998) wanita lebih sering mengalami kecemasan. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar dua orang wanita berbanding satu pria yang mengalami kondisi semacam ini. Wanita lebih banyak mengungkapkan keadaan dirinya. Sesuatu yang ia rasakan juga tentang rasa kecemasan atau rasa tertekan. Sedangkan laki-laki cenderung menolak bahwa ia menderita hal-hal tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita lebih menanggung resiko kecemasan dibandingkan dengan pria, yaitu: a. Menstruasi dan stres Satu perbedaan yang sangat mencolok antara pria dan wanita adalah menstruasi setiap bulan pada wanita. Pada masa pubertas, periode ini mulai dialami bagi seorang gadis. Jika ia tidak siap menerima kenyataan ini sebagai kodratnya, ia akan mengalami tekanan atau stres yang betul-betul menekan jiwanya. Jiwanya masih labil hingga kalau tidak terkontrol akan mudah goncang. b. Premenstrual Tension (PMT) Ini merupakan pengalaman yang sangat umum dan akan melibatkan gejalagejala fisik ataupun psikologik. Sekitar satu diantara empat wanita mengalami kecemasan dan tekanan ketika mengalami masa haid, wanita mungkin juga mudah tersinggung dan begitu agresif. Sebelum masa ini biasanya dada, tangan
dan kaki merasa begitu capek. Pada saat yang sama payudara akan terasa kencang. Bagi beberapa wanita gejala-gejala fisik dan mental menjadi begitu menekan dan dapat mengakibatkan hubungan pergaulan menjadi berantakan, kesehatan menurun. Teori tentang wanita menderita PMT sebelum haid adalah menstruasi yang dikontrol oleh hormon-hormon estrogen, progesteron, yang akan rnempengaruhi emosi. Estrogen dan Progesteron dapat mempengaruhi aktivitas sistem sehingga bisa mempengaruhi respon perilaku. c. Kccemasan saat hamil Sering kehamilan dapat menyebabkan kecemasan, terutama jika wanita belum siap menerima kehadiran sang bayi. Jika tidak mempunyai persiapan yang matang, wanita akan mengalami kecemasan dan rasa tertekan.
B. Konsep tentaug Pre Operasi Laparatami 1. Fase pre operasi Fase ini dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Pada fase ini ada beberapa persiapan yang harus disiapkan oleh pasien sebelum dilakukan tindakan operasi (Doorland, 1994). 2. Tindakan operasi Laparatomi Laparatomi merupakan insisi pembedahan melalui pinggang, tetapi tidak selalu tepat dan lebih umum dilakukan di bagian perut dimana saja (Doorland, 1994). Hal ini juga berlaku untuk operasi besar yang lain seperti nefrolitotomi, pielonefrolitotomi dan sebagainya. Persiapan yang baik selama periode pre operasi menurunkan resiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Resiko pernbedahan dipengaruhi oleh usia, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kesehatun umum, obat-obatan yang digunakan, dan status mental pasien. Demikian juga pada pre operasi laparatomi. Pengkajian kesiapan psikologis terhadap operasi antara lain tentang tingkat kecemasan pasien. Bila dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa pasien menderita cemas yang gawat, operasi dapat ditangguhkan. Gejala cemas sebelum operasi dari pasien tidak berbeda dengan yang diderita oleh pasien lain yang tidak operasi. Gejala fisik terdiri dari kenaikan kecepatan nadi, pernafasan, telapak tangan basah, gerakan tangan yang terus menerus atau kegiatan motor verbal dan gelisah. 3. Persiapan-persiapan
Persiapan-persiapan yang harus disiapkan oleh pasien sebelum dilakukan tindakan operasi antara lain persiapan fisik pasien, persiapan psikologis pasien, persiapan administrasi, dan persetujuan tindakan operasi, baik dari pasien maupun dari keluarga pasien (Black, 1997). Tindakan keperawatan pada pasien sebelum operasi (pre operatif nursing) bertujuan agar pasien: a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka). b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan dijalankan setelah operasi (bergerak dan merubah posisi, latihan nafas dan batuk, latihan kaki). c. Terpeliharanya keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. d. Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh anesthesi. e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah operasi karena kurangnya kebersihan kulit. f. Mendapatkan istirahat yang cukup. g. Menjelaskan pengertian tentang prosedur operasi yang akan dijalankan termasuk jadwal operasi dan menandatangani surat persetujuan operasi. h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung. C. Penelitian Terkait
Penelitian tentang kecemasan berdasarkan jenis kelamin telah banyak dilakukan antara lain oleh Johnson dan Terman cit. Taylor (1956), menunjukkan bahwa wanita cenderung neurotik daripada pria walaupun berbagai kesempatan sama diberikan kepada mereka. Menurut Priest (1990) wanita yang sering mengalami kecemasan. Dan statistik menunjukkan sekitar dua orang wanita berbanding satu pria yang mengalami kondisi semacam ini. Penelitian lain yang dilakukan hidayanto (1998) antara wanita yang bekerja di perusahaan juga menunjukkan hasil yang sama. D. Kerangka Teori Faktor Presipitasi Ancaman terhadap integritas biologi Ancaman terhadap rasa aman Faktor yang Berpengaruh Jenis kelamin Sosial budaya Pengalaman masa lalu Usia Tingkat sosial ekonomi Kecemasan Tingkat Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik Faktor Predisposisi Emosi Trauma masa Pertumbuhan (Sumber: Long B.C., 1996, Stuart & Sundeen, 1995)
E. Konsep Faktor yang berpengaruh Keterangan: : diteliti Pria Wanita Tingkat Kecemasan Tingkat Kecemasan F. Variabel Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pria dan wanita yang akan dilakukan operasi laparatomi. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka hipotesis penelitiannya adalah ada perbedaan tingkat kecemasan klien pria dan wanita pre operasi laparatomi. H. Identifikasi Asumsi Kecemasan dapat disebabkan oleh banyak hal. Pasien pre operasi laparatomi, cemas biasanya disebabkan oleh ketidaksiapan klien untuk menjalani operasi serta kecemasan klien terhadap hasil operasi tersebut. Menurut Townsend (1996) tingkatan cemas adalah bervariasi mulai dari ringan, sedang, berat dan panik. Apabila kecemasan tidak dikelola dengan baik, mungkin akan merupakan perilaku yang kurang adaptif. Pola perilaku yang demikian akan mengganggu kehidupan sehari-hari individu
(Prawitasari, 1988). Terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita yaitu tingkat kecemasan klien wanita lebih tinggi daripada tingkat kecemasan klien pria pre operasi laparatomi atau tingkat kecemasan klien pria lebih tinggi daripada tingkat kecemasan klien wanita pre operasi laparatomi.