STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

Penjualan Perdana 20 Mei 2017

Click to edit Master title style

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

1. BPTJ DAN KONDISI JABODETABEK 2. INDIKATOR KINERJA 3. RENCANA INDUK TRANSPORTASI JABODETABEK

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

Pengembangan Pantai Utara Jakarta dalam Review Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur

Pendekatan dan Tantangan Pengembangan Wilayah. Dr. Saut Sagala Perencanaan Wilayah dan Kota - Institut Teknologi Bandung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

: Ir. Mirna Amin. MT (Asisten Deputi Pengembangan Kawasan Skala Besar)

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM. Secara visualisasi wilayah administrasi dapat dilihat dalam peta wilayah Kabupaten Lebak sebagaimana gambar di bawah ini

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

ANALISIS PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN TAHUN 2014

Penyediaan Hunian Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2015)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN NOVEMBER 2014

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebijakan Keterpaduan Infrastruktur Permukiman dalam Penanganan Permukiman Kumuh

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berpenghasilan rendah (MBR) dapat juga dikatakan sebagai masyarakat miskin atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Persentase Jumlah Penduduk yang Tinggi, versus Lahan yang Terbatas

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

D A F T A R I S I Halaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PROGRAM NASIONAL PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH Jakarta, 22 Desember 2014

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Transkripsi:

STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI BANTEN Tiar Pandapotan Purba 1), Topan Himawan 2), Ernamaiyanti 3), Nur Irfan Asyari 4) 1 2) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Indonesia 3) Program Studi Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Riau 4) Program Studi Planologi Universitas Pakuan E-mail: tiar.poerba@gmail.com Abstrak Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Kota Serang, Provinsi Banten. Penelitian yang digunakan melalui pendekatan studi kasus (case study approach). Rancangan penelitian yaitu penelitian eksplanatori. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai Desember2017 di Provinsi Banten. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan dan sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara terstruktur, FGD dan metode pustaka. Analisis proyeksi penduduk mengunakan metode pertumbuhan penduduk eksponensial. Hasil penelitian dianalisis secara analisis Geospasial dan deskriptif. Strategi pengembangan PKP di Provinsi Banten saat ini sangat ditentukan oleh kebutuhan hunian masyarakat baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk kebutuhan investasi. Arah pengembangan PKP di Provinsi Banten pada tahun 2030 sesuai RTRW, maka beberapa kota harus mulai mengembangkan permukiman di wilayah sekitarnya dan atau mengembangkanpermukiman dengan konsep vertikal dan berbasis TOD seperti Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Kata Kunci: Strategi, Perumahan dan Kawasan Permukiman, Banten, TOD PENDAHULUAN Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman merupakan pembangunan multisektoral yang penyelenggaraannya melibatkan berbagai pemangku kepentingan (Syarif, 2011). Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang (adequate shelter for all). Pemerintah bertanggungjawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman,terjamin, mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya. Pada dasarnya, upaya pemenuhan kebutuhan akan perumahan dan permukiman yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur dapat dilakukan setiap orang dengan cara menyewa, membangun sendiri, ataupun membeli. Namun jumlah dan proporsi penduduk di daerah perkotaan yang semakin lama semakin bertambah, berdampak pula pada semakin berkurangnya ketersediaan lahan dan ruang untuk perumahan dan permukiman yang berakibat pada meningkatnya harga tanah sehingga harga jual rumah menjadi relatif tinggi dan sulit dijangkau oleh sebagian besar penduduk Indonesia khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. 299

Berdasarkan UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, pembangunan perumahan dan permukiman adalah salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi Banten. Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembangunan perumahan dan permukiman dan dalam upaya percepatan pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan di Provinsi Banten, maka dibutuhkan suatu strategis terkait pembangunan perumahan dan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Provinsi Banten. METODOLOGI Penelitian yang digunakan melalui pendekatan studi kasus (case study approach). Rancangan penelitian yaitu penelitian eksplanatori. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Banten pada Agustus sampai November 2017. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan dan sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara terstruktur, FGD dan metode pustaka. Analisis proyeksi penduduk mengunakan metode pertumbuhan penduduk eksponensial. Hasil penelitian dianalisis secara analisis Geospasial dan deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Sasaran pembangunan wilayah Pulau Jawa-Bali yang langsung terkait dengan pengembangan Wilayah Banten adalah amanat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Pengembangan Kota Baru Publik Mandiri dan Terpadu (KBPM-T) di Maja (Lebak), peningkatan keterkaitan pembangunan pusat kegiatan Nasional (Serang dan Cilegon) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Rangkasbitung, pengurangan resiko bencana di Kota Cilegon, upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 sebesar 7,8%, pengentasan kemiskinan sebesar 3,7 hingga tahun 2019, dan pengentasan pengangguran sebesar 8,0% hingga tahun 2019. Strategi pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Banten yang meliputi Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kota Lainnya yaitu (1) perwujudan sistem perkotaan nasional (PKN); (2) Percepatan pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota layak huni yang aman dan nyaman pada kawasan metropolitan dan kota sedang; (3) Perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; (4) Perwujudan Kota Cerdas dan Daya Saing Kota; (5) Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan. Peningkatan keterkaitan kota dan desa di Banten, khususnya Kawasan Cibaliung (Kabupaten Pandeglang) menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan sebagai kawasan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian dengan komoditas unggulan Kedelai. Diharapkan kawasan Cibaliung (Perkotaan) dapat terkoneksi dengan kota lainnya dan menjadi focus pengembangan kawasan agropolitan. Penanggulangan bencana di Pulau Jawa-Bali, khususnya di Wilayah Banten menerapkan beberapa strategi penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana, meliputi: 1. Internalisasi pengurangan resiko bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. 2. Penurunan kerentanan terhadap bencana. 3. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. 300

Tabel 1. Profil Kerawanan dan Resiko PKN, PKW di Wilayah Banten WILAYAH Kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) INDEX KERAWANAN (IRBI 2011) Kota Tangerang: tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim Kab. Tangerang: tinggi untuk banjir, cuaca ekstrim PKN Cilegon Kota Cilegon : tinggi untuk letusan gunung api Serang Tinggi untuk ancaman : Banjir PKW Pandeglang Tinggi untuk ancaman: banjir dan tanah longsor KELAS MULTI RESIKO TINGKAT KABUPATEN/ KOTA Kota Tangerang: sedang Kab. Tangerang: tinggi Kota Cilegon: Tinggi Tinggi Pandeglang: Tinggi Rencana Induk Transportasi JABODETABEK (RITJ) Secara khusus persoalan transportasi di wilayah Banten khususnya Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan sebagai berikut: 1. Kabupaten Tangerang, yaitu: a. keterbatasan wilayah pergudangan bagi angkutan barang untuk ekspor/import maupun distribusi logistik. b. perkembangan tata ruang yangsnagat cepat tidka terantisipasi oleh kebijakan penataan ruang. c. Banyaknya pergudangan dalam ruang ygsangat terbatss, dan tidak ada perencanaan komprehensif. d. Berdasarkan data BPS DKI jakarta No.12/02/31/Th.XVII, 16 Februari 2015, tentang jumlah komuter. Sekitar 52.731 komuter yang melakukan kegitan di DKI Jakarta selama tahun 2014. 2. Kota Tangerang, yaitu: a. sistem integrasi angkutan umum yang memerlukan perhatian sangatserius untuk memadukan angkutan umum massal berbasis jalan dan berbasis rel, b. penataan angkutan illegal namun memenuhi kebutuhan demand karena lemahnya pelayanan angkutan umum resmi. c. Berdasarkan data BPS DKI jakarta No.12/02/31/Th.XVII, 16 Februari 2015, tentang jumlah komuter. Sekitar 193.185 komuter yang melakukan kegitan di DKI Jakarta selama tahun 2014 3. Kota Tangerang Selatan, yaitu: a. kualitas pelayanan sesuai tuntutan. b. lemahnya jaringan pelayanan angkutan umum termasuk BRT. c. peningkatan kualitas terminal angkutan jalan. d. Berdasarkan data BPS DKI jakarta No.12/02/31/Th.XVII, 16 Februari 2015, tentang jumlah komuter. Sekitar 210.924 komuter yang melakukan kegitan di DKI Jakarta selama tahun 2014. Analisis Proyeksi Penduduk Dalam menganalisis kependudukan, metode yang digunakan adalah pertumbuhan penduduk eksponensial. Metode ini dipilih karena menggambarkan pertumbuhan penduduk yang berlangsung terus-menerus sesuai dengan kenyataan yang ada di 301

lapangan. Proyeksi penduduk dapat diketahui setelah mengetahui rata-rata angka pertumbuhan penduduk (r) yang didapat dari analisis tingkat/laju pertumbuhan penduduk. Dari hasil perhitungan menggunakan metode penduduk eksponensial maka diperoleh proyeksi penduduk dari tahun 2015-2030 untuk setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Proyeksi Penduduk Provinsi Banten 2030 Menurut gambar di atas menjelaskan bahwa proyeksi jumlah penduduk Provinsi Banten pada tahun akhir perencanaan (tahun 2030) yaitu sebanyak 15.791.710 jiwa yang mana jumlah penduduk terbanyak berada di kabupaten Tengerang diperkirakaan tahun 2030 sebanyak 4.956.912 jiwa. Sementara itu, jumlah penduduk yang paling sedikit pada tahun 2030 adalah Kota Cilegon yakni diperkirakan sebanyak 520.946 jiwa. Analisis Proyeksi Kepadatan Penduduk Analisis proyeksi kepadatan penduduk digunakan untuk mengetahui besarnya penggunaan lahan oleh penduduk dimasa mendatang sekaligus untuk mengetahui persebaran penduduk di Provinsi Banten. Dari hasil perhitungan maka diperoleh kepadatan penduduk Provinsi Banten sebagai berikut: KABUPATEN/ KOTA Tabel 2. Kepadatan Penduduk Tahun 2030 JUMLAH PENDUDUK 2030 LUAS WILAYAH (HA) KEPADATAN (JIWA/HA) KETERANGAN KABUPATEN 1. Pandeglang 1.316.636 274.689 5 Rendah 2. Lebak 1.455.657 342.656 4 Rendah 3. Tangerang 4.956.912 101.186 49 Tinggi 4. Serang 1.668.809 173.428 10 Rendah KOTA 1. Tangerang 2.764.392 15.393 180 Tinggi 2. Cilegon 520.946 17.550 30 Sedang 3. Serang 829.576 26.671 31 Sedang 4. Tangerang Selatan 2.278.782 14.719 155 Tinggi 302

Dari tabel hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa proyeksi kepadatan penduduk di Provinsi Banten yaitu rata-rata 16 jiwa/ha, dimana kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Tangerang yaitu 180 Jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Lebak yaitu 4 jiwa/ha. Persebaran penduduk Provinsi Banten pada tahun 2030 dapat diketahui dengan melihat proyeksi jumlah penduduk kemudian dibandingkan dengan total jumlah penduduk pada tahun 2030, sehingga didapatkan prosentase pesebaran penduduk di setiap kabupaten/kota. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persebaran penduduk tertinggi yaitu 31,4% akan terkonsentrasi di Kabupaten Tangerang, dengan jumlah penduduk sebesar 4.956.912 jiwa. Sedangkan persebaran penduduk terendah yaitu 3,3% akan terkonsentrasi di Kota Cilegon, dengan jumlah penduduk sebesar 520.946 jiwa. Analisis Strategi Pengembangan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Berdasarkan peta rencana pola ruang RTRW Provinsi Banten Tahun 2030 dapat diketahui luas kawasan pengembangan untuk perumahan dan kawasan pemukiman di Provinsi Banten adalah 176.819.94 hektar. Kawasan pengembangan ini tersebar diseluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten. Kabupaten/kota yang memiliki areal pengembangan terluas terdapat di Kabupaten Tangerang (46.715,93 hektar), Kabupaten Serang (33.329,12 Hektar) dan Pandeglang (22.520,60 hektar). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Luas Kawasan Perkotaan (Ha) KABUPATEN/KOTA LUAS KAWASAN PERKOTAAN (HA) Kota Cilegon 9.658,01 Kota Serang 17.776,54 Kota Tangerang 16.150,14 Kota Tangerang Selatan 16.074,99 Lebak 14.594,61 Pandeglang 22.520,60 Serang 33.329,12 Tangerang 46.715,93 PROVINSI BANTEN 176.819,94 Hasil perhitungan dengan menggunakan data spasial berbasis sistem informasi geografis, terlihat bahwa RTRW Banten 2030 untuk alokasi lahan kawasan permukiman-perkotaan terbesar terdapat di Kabupaten Tangerang dengan komposisi sebesar 26%, disusul oleh Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang dan Kota Tangerang Selatan serta Kota Tangerang. Lihat gambar dibawah ini. 303

Gambar 2. Luas Lahan Permukiman Perkotaan Berdasarkan GIS pada RTRW Provinsi Banten 2030 Namun jika mencermati ketersediaan lahan permukiman yang dialokasikan pada tahun 2030 sesuai RTRW Banten, maka beberapa kota harus mulai mengembangkan permukiman di wilayah sekitarnya dan atau mengembangkan permukiman dengan konsep vertikal seperti Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang. Dua kota ini harus mulai mengembangkan dan menyiapkan lahan permukiman berbasis vertikal dan berbasis TOD. Lihat grafik dibawah ini. Gambar 3. Ketersediaan Lahan Permukiman Pada Tahun 2030 KESIMPULAN Strategi pengembangan PKP di Provinsi Banten saat ini sangat ditentukan oleh kebutuhan hunian masyarakat baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk kebutuhan investasi. Arah pengembangan PKP pada tahun 2030 sesuai RTRW Banten, maka beberapa kota harus mulai mengembangkan permukiman di wilayah sekitarnya dan atau mengembangkan permukiman dengan konsep vertikal seperti Kota Tangerang Selatan 304

dan Kota Tangerang. Dua kota ini harus mulai mengembangkan dan menyiapkan lahan permukiman berbasis vertikal berbasis TOD. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2016. Provinsi Banten Dalam Angka 2016. Juli: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Kota Serang Provinsi Banten. 2011. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten Tahun 2010-2030. Lembaran Daerah Provinsi Banten Tahun 2011, Nomor 2. Sekretariat Daerah. Banten. Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 244. Sekretariat Negara. Jakarta. Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011, Nomor 7. Sekretariat Negara. Jakarta. Syarif, K,.Z,. 2011. Politik Pembangunan Perumahan Rakyat di Era Reformasi. Housing and Urban Development Institute (HUD). Jakarta 305