II.2.1. PRINSIP JAR TEST

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

BAB III METODE PENELITIAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Secara Umum Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H 2 O.

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM BIOPROSES (IBK 551) Disusun Oleh Ariyo Prabowo Hidayanto, M.Si.

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III UJI MATERIAL

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

EFISIENSI PROSES KOAGULASI DI KOMPARTEMEN FLOKULATOR TERSUSUN SERI DALAM SISTEM PENGOLAHAN AIR BERSIH. Ignasius D.A. Sutapa

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

PENGAMBILAN SAMPEL AIR

KOAGULASI 9. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lain-lain. Tanpa air manusia dan mahkluk hidup lainnya tidak dapat hidup.

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Gambar Sampel. a. Air Sungai Bagian Hulu Hamparan Perak. b. Air sungai setelah di ambil

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

PERBANDINGAN POLY ALUMINIUM CHLORIDE (PAC) DAN ALUM (TAWAS) DALAM MEMPERTAHANKAN ph PADA AIR SUNGAI BELAWAN DI PDAM HAMPARAN PERAK TUGAS AKHIR

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB III METODE PENELITIAN

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

BAB III LANDASAN TEORI

UJI COBA PROSES KOAGULASI-FLOKULASI AIR BAKU UNTUK PDAM DANAU TELOKO DAN TELUK GELAM DI KAYU AGUNG KABUPATEN OKI PROPINSI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

PRAKTIKUM JAR TEST TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu: 1. Untuk mencari/menentukan dosis alum sulfat optimum, alkali optimum, dosis kaporit pada desinfeksi dan kadar lumpur dari sampel air baku untuk pengolahan air bersih 2. Untuk mengetahui alat, bahan, serta cara kerja yang baik dalam penggunaan jar test. II.1. PENDAHULUAN Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan olah adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah kwartz, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebagainya. Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat terterntu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas, namun dapat pula garam Fe (III), atau sesuatu polielektrolis organis. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Untuk menentukan dosis yang optimal flokulan dan nilai-nilai parameter lain seperti ph, jenis flokulan yang akan digunakan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan jar test. Jar test merupakan model sederhana proses flokulasi. Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi pada proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan dilakukan dengan tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalisasi proses proses koagulasi, flokulasi, dan perjernihan serta bagi para engineer dalam merancang bangunan instalasi pengolahan air baku/memperbaiki instalasi yang ada. Jar test memberikan data yang mengenai kondisi optimum untuk parameter parameter proses seperti : a. Dosis koagulan dan koagulan pembantu b. ph c. Metode pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan(pada atau di bawah permukaan air, pembubuhan beberapa bahan kimia secara bersamaan atau berurutan, lokasi pembubuhan relatif terhadap peralatan pengadukan, dan lain-lain). d. Kepekatan larutan kimia. e. Waktu dan intensitas pengadukan cepat dan pengadukan lambat (Flokulasi). f. Waktu penjernihan. Untuk Jar Test penetapan standarisasi dan prosedur tetap merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil hasil yang mempunyai arti.

Terpisah dari parameter parameter proses yang disebutkan di atas, variabel variabel berikut ini harus dimonitor dan dikontrol yaitu seperti : a. Temperature air di dalam gelas beaker glass (jar). b. Kekeruhan, warna, dan alkalinitas air baku dan air yang telah diolah. c. Metode pengeluaran contoh sample air. d. Peralatan percobaan laboratorium dan prosedur analida laboratorium. Pada instalasi pengolahan yang ada, jar test terutama digunakan untuk menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku, khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses lainnya, kondisi aktual dalam instalasi pengolahan distimulasikan. Berbagai tabung Jar Test, memungkinkan untuk menyelidiki perbandingan terhadap kondisi kondisi yang berbeda, untuk suatu variabel proses yang spesifik. Dalam rangka memonitor pengaruh variasi suatu parameter proses tertentu pada proses proses koagulasi, flokulasi, dan penjernihan parameter parameter lainnya harus dibuat sama pada semua tabung yang digunakan dalam studi perbandingan. Koagulasi dan flokulasi merupakan hasil penambahan alum kedalam air baku, dibawah kondisi pengadukan cepat/pengadukan lambat yang berurutan. Alum sulfat bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini kedalam air baku, khususnya kapasitas penyangganya. ph dapat berpengaruh secara kuat terhadap proses koagulasi/flokulasi dan sedimentasi, ph dapat diatur dengan penambahan sejumlah bas tertentu. II.2.1. PRINSIP JAR TEST Suatu larutan koloidal yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid dapat dianggap stabil bila: 1. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam). 2. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan partikel-partikel adalah setanda (biasanya negative), sehingga ada repulse elektrostatis antara partikel satu dengan lainnya. Dalam pembubuhan flokulan seperti disebutkan di atas, maka stabilitas tersebut akan terganggu karena: 1. Sebagian kecil tawas tinggal terlarut dalam air; molekul-molekul ini dapat menempel pada permukaan koloid dan mengubah muatan elektrisnya karena sebagian molekul Al bermuatan positif sedangkan koloid biasanya bermuatan negative (pada ph 5 sampai 8). 2. Sebagian besar tawas tidak terlarut dan akan mengendap sebagai flok Al (OH)3 yang dapat mengurung koloid dan membawanya ke bawah. Proses ini umumnya paling efisien. Tawas (bahasa Inggris: Alum) dapat terdiri dari:

- Al 2 (SO 4 ) 3.11H 2 O, atau ---.14H 2 O, atau ---.18H 2 O, komposisi tawas sebagai hasil tambang adalah Al 2 (SO 4 ) 3 ± 14 H 2 O, Kristal dengan mutu p.a bersifat 18H 2 O - AlK(SO 4 ) 3.xH 2 O Kalau garam tersebut dimasukkan dalam air, maka akan terbentuk: - Molekul yang terlarut; pada ph<7: Al(OH) 2+, Al(OH) 4+ 4+ 2, Al 2 (OH) 2 dan pada ph>7: - Al(OH) 4 - Flokflok Al(OH)3 yang mengendap berwarna putih. Supaya proses tersebut efisien, flokflok harus terbentuk dengan baik. Yaitu melalui pengadukan yang cukup lama kirakira 15 menit. Proses pembentukan flok-flok ini yang berlangsung pada ph 6 sampai 8 dan disebut flokulasi Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah: 1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit; 100 rpm) bila perlu juga pembubuhan bahan kimia (sesaat) untuk koreksi ph 2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit; 20 rpm). Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk 3. Pengapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui sedimentasi (15 menit atau 30 menit; 0 rpm) Hidrolis atom Al dalam air menurut reaksi umum adalah sebagai berikut: Al 2 (SO 4 ) 3 + 6 H 2 O 2Al(OH) 3 + 6H + 2- + SO 4 II.2.2. PRINSIP ANALISA ZAT (PADAT) TERENDAP ANALISA MENURUT IMHOFF Zat (Padat) terendap dipisahkan dari air dan dari zat yang tetap tersuspensi dengan cara pengendapan dalam keadaan tenang selama 1 jam. Zat (padat) terendap dapat dinyatakan dalam satuan volum yaitu ml volum zat yang terendap dibagi volum sampel atau dalam satuan berat yaitu mgl zat (padat) dalam endapan. Bila perlu, waktu pengendapan dapat disesuaikan, misalnya menjadi 0,5 atau 2 jam. Waktu pengendapan selalu harus dicantumkan bersama hasil analisa III. APLIKASI Jar tester dapat digunakan untuk merancang suatu instalasi pengolahan air, untuk menentukan intensitas pengadukan, periode pengadukan cepat dan lambat, periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan, serta lokasi aplikasinya. Pada instalasi pengolahan yang ada, jar tester terutama digunakan untuk menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku, khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses lainnya, kondisi actual dalam instalasi pengolahan disimulasikan. Berbagai tabung jar tester, memungkinkan untuk menyelidiki perbandingan terhadap pengaruh kondisi-kondisi yang berbeda, untuk suatu variable proses yang spesifik

Dalam rangka memonitor pengaruh variasi suatu parameter proses tertentu pada proses-proses koagulasi/flokulasi/penjernihan, parameter-parameter lainnya harus dibuat bernilai sama, untuk semua tabung yang digunakan dalam studi perbandingan. Sebagai contoh, jar test dilakukan untuk menentukan dosis optimum koagulan (alum sulfat) untuk air baku tertentu, kondisi berikut ini harus dibuat sama pada semua tabung, yaitu: - Contoh air baku - Temperature - ph - konfigurasi rotor (dan stator) - konfigurasi tabung - intensitas pencampuran - periode pencampuran - periode sedimentasi Jika tujuan dari jar test adalah untuk menentukan intensitas pengadukan optimum, maka terhadap berbagai tabung, digunakan berbagai rotor dan stator yang berbeda. Semua parameter proses, termasuk dosis alum, harus mempunyai nilai yang sama dalam semua tabung. Untuk instalasi pengolahan yang ada, jar test sering digunakan untuk menentukan dosis optimum bahan kimia, untuk koagulasi/flokulasi, khususnya dosis optimum koagulan dan bahan kimia conditioning untuk koreksi ph, untuk kualitas-kualitas air yang berbeda. Semua variable-variabel proses lainnya, pada umumnya dijaga pada nilainya yang tetap. IV. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN 1. Jar Tester dengan motor yang dapat diatur kecepatannya. 2. Batang pengaduk. 3. Beaker glass 4. Selang plastik kecil 5. Pipet 6. Saringan pasir 7. Gelas ukur 8. Corong 9. Labu didih 10. Stator pada setiap tabung 11. Tempat sample 12. ph meter 13. Turbidity meter 14. Stopwatch

V. BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN 1. Larutan alum sulfat 2. Aqudest 3. Larutan soda kostik 4. Larutan kaporit 5. Larutan kapur 6. Sample air baku 7. DAD Free Chlorin VI. PROSEDUR Koagulasi dan flokulasi merupakan hasil penambahan alum ke dalam air baku, di bawah kondisi pengadukan cepat dan pengadukan lambat yang berurutan. Alum bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini ke dalam air baku, ph air baku tersebut akan turun. Besarnya penurunan ph tergantung kepada komposisi air baku, khususnya kapasitas penyangganya (buffering), ph dapat berpengaruh secara kuat terhadap proses koagulasi/flokulasi dan sedimentasi, ph dapat diatur dengan penambahan sejumlah basa tertentu, seperti soda abu, soda kostik atau kapur. Dalam rangka penyelidikan pengaruh khusus alum maupun ph, terhadap proses koagulasi/flokulasi dengan pertolongan jar tester, hanya satu variable pada suatu saat yang dirubah : baik konsentrasi alum maupun ph. Karena itu dua penelitian perbandingan harus dilakukan, yaitu pertama adalah dosis alum terhadap berbagai tabung dibuat berbeda, sementara ph dijaga konstan (untuk kondisi air baku tertentu, ph tidak dibuat konstan) dan kedua, adalah ph dalam setiap tabung, dibuat berbeda, sementara pembubuhan alum dilakukan dalam dosis yang sama. Prosedur percobaan untuk menentukan dosis alum optimum dan nilai ph untuk koagulasi/flokulasi dari suatu air baku tertentu diberikan di bawah ini. Dimisalkan bahwa percobaan menggunakan suatu jar tester dengan empat tabung yang masing-masing diberi tanda A,B,C dan D. 1. Persiapan Umum Penyiapan Larutan Alum Sulfat Dibuat larutan alum sulfat 1% (berat/volume), dengan melarutkan 10 gram alum, Al 2 (SO 4 ) 3.18H 2 O ke dalam aquadest, jadikan satu liter larutan, 1 ml larutan ini ekivalen dengan 10 mg. Penyiapan larutan Soda Kostik, NaOH

Dibuat larutan soda kostik 0,36% (berat/volum) dengan melarutkan 3,6 gram soda kostik, ke dalam aquadest, jadikan satu liter larutan. 2. Pengambilan Air Baku Ambil air baku (air sungai), kira-kira 20 liter atau langsung dari sungai (intake) atau dari pipa air baku di instalasi pengolahan, bila instalasi telah berjalan beberapa jam. Ukur temperature, ph, alkalinitas dan kekeruhan air baku. Catat data pada form. 3. Penentuan Dosis Alum Optimum Siapkan 4 buah tabung kapasitas 1 liter. Isi ke dalam masing-masing tabung, air baku sebanyak 1 liter Letakkan masing-masing tabung di bawah rotor. Turunkan masing-masing rotor ke dalam setiap jar. Ukur tinggi air dari permukaan air sampai 10 cm Siapkan dosis alum sulfat, dengan memasukkan larutan ke dalam tabung pembubuh untuk masing-masing jar, misal tabung A=10, B=20, C=30 dan D=40 mg/l, jadi pembubuhan alum masing-masing 1:2:3:4 ml, catat data pada form. Besarnya variasi dosis di atas, untuk air baku dengan kekeruhan < 500 NTU, jika kekeruhan lebih besar lagi, maka variasi dosis harus lebih besar (mungkin kelipatan dua) Untuk mengatasi penurunan ph, akibat penambahan alum, maka ke dalam masingmasing tabung ditambahkan larutan NaOH 3,6% dengan dosis 3,6; 7,2; 10,6 dan 14,4 mg/l, caranya sama seperti pembubuhan alum, yaitu dengan memasukkan larutan tersebut, ke dalam tabung pembubuh yang satu lagi yaitu sebanyak 1; 2; 3 dan 4 ml (hal ini dilakukan supaya ph masing-masing tabung tetap sama) Catatan: Jika dosis alum dua kali lipat, maka demikian pula untuk dosis soda kostik. Penambahan NaOH tidak direkomendasikan untuk ph air baku > 7, atau pada dosis koagulan yang tidak terlalu tinggi. Atur kecepatan motor sampai 100 150 rpm untuk pengadukan cepat dengan waktu 30 60 detik. Memasukkan secara serentak bahan-bahan kimia (alum dan soda kostik) ke dalam masing-masing jar, waktun pengadukan cepat dihitung, mulai dari saat bahan-bahan kimia dimasukkan. Hitung waktu yang dibutuhkan. Amati dan catat saat flok pertama mulai dapat terlihat Catatan: dalam hal mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada suatu instalasi pengolahan, suatu periode pengadukan cepat yang berbeda dapat dilakukan.

Setelah pengadukan cepat berjalan 30 60 detik, turunkan kecepatan (intensitas) pengadukan sampai 3 50 rpm, lakukan proses flokulasi ini selama 15-20 menit. Pada saat flokulasi berlangsung, amati ukuran flok dengan membandingkan ukurannya, dengan gambar ukuran flok kemudian catat misalnya diambil untuk setiap interval waktu 5 menit sampai waktu flokulasi berakhir (pengaturan interval tergantung kebutuhan) Catatan: dalam rangka mensimulasi kondisi proses pada suatu instalasi pengolahan, prosedur-prosedur yang berbeda, untuk pengadukan lambat perlu diterapkan misalnya tiga interval setiap 3, 6 dan 9 menit, dengan kecepatan pengadukan berurutan, yaitu 50, 30 dan 20 rpm. Setelah pengadukan lambat selesai, hentikan pengadukan, kembalikan pengatur waktu ke-0 dan perhatikan secara seksama, waktu pengendapan dari kumpulan flok yang dominan mulai dari permukaan sampai pada batas (10 cm), catat hasil. Biarkan flok-flok yang terbentuk mengendap, selama total waktu 20-30 menit. Catatan: dalam rangka mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada suatu instalasi pengolahan air, maka periode pengendapan yang berbeda dapat diterapkan. Ambil contoh air secara syphon atau dengan menggunakan selang plastic secara hatihati. Usahakan pengambilan contoh air seragam (jumlah, posisi pengambilan dll) untuk setiap jar. Periksa ph, alkalinitas dan turbidity, untuk setiap contoh yang diambil, catat hasil dan buat grafik hubungan antara dosis alum dengan turbidity. Tentukan dosis optimum alum secara grafis, dengan cara: - Tarik garis tangent=1 (sudut =45 0 ) - Buat garis sejajar garis tangent=1, yang menyinggung kurva di satu titik - Tarik garis dari titik singgung ke bawah, sehingga akan menunjukkan dosis optimum yang diperoleh. Dosis alum ini adalah dosis alum optimum sebagai hasil dari jar test pertama. Catatan: untuk dosis alum yang terpilih, peningkatan dosis alum 1 mg/l akan mengakibatkan penurunan kekeruhan sebesar 1 NTU. Untuk dosis alum yang lebih tinggi, dampaknya pada kehilangan kekeruhan akan menurun, secara bertahap. Pemilihan dosis optimum dengan cara di atas, berdasarkan criteria ekonomis dan perlu diuji selanjutnya, atas penyesuaian teknis dalam uji-uji berikut.

Bila tidak mungkin untuk menggambarkan garis tangent dalam grafik, hal ini berarti bahwa koagulasi/flokulasi air, tidak lengkap dan pengujian harus dilaksanakan, dengan merubah dosis alum dan/atau nilai ph. 4. Penentuan ph Optimum Percobaan ini dilakukan apabila ph air baku relatif rendah (<6) Semua bagian peralatan jar test harus dibersihkan sepenuhnya, sebelum penentuan ph optimum dimulai Siapkan tabung dengan kode A, B, C dan D. Isi masing-masing tabung dengan 1 liter air baku. Siapkan dosis alum optimum untuk setiap jar, sebesar nilai yang diperoleh, misal X mg/l dengan memasukkan larutan alum, ke dalam tabung pembubuh. Siapkan larutan basa (yang sesuai dengan bahan kimia yang digunakan di instalasi atau dengan menggunakan NaOH) dengan konsentrasi 1% (1 ml = 1 mg, dimana cara pembuatannya sama dengan yang telah diterangkan sebelumnya) Buat variasi dosis bahan basa (yang diperkirakan akan menetralisasi 0; 20; 50 dan 100% dari produksi keasaman dari dosis alum, masukkan masing-masing ke dalam tabung pembubuh. Langkah seterusnya yang diperoleh dan catat hasil yang diperoleh Buat grafik antara ph dengan turbidity. Kemudian tentukan ph optimum dengan cara: - Tarik garis sejajar sumbu horizontal pada grafik, untuk kekeruhan sebesar 5 NTU dan kekeruhan 2 NTU lalu baca nilai ph pada perpotongan garis-garis dengan grafik. - Batas-batas ph, dimana kekeruhan antara 2-5 NTU, dipertimbangkan sebagai batas-batas optimum untuk koagulasi/flokulasi. VII. EVALUASI 1. Dosis Bahan Kimia Optimum Pada percobaan ini, umumnya memberikan hasil yang memuaskan untuk perkiraan pendahuluan untuk dosis koagulasi/flokulasi. Percobaan jartest seringkali memerlukan seri percobaan lebih banyak. Dengan mengulangi percobaan-percobaan dengan dosis yang sedikit lebih tinggi atau lebih rendah, dari dosis optimum yang diperoleh dari seri percobaan pertama, akan didapat lebih banyak data yang akurat, mengenai dosis-dosis bahan kimia dan batas-batas optimum ph. 2. Pengaturan ph

Jar test dapat menunjukkan koagulasi/flokulasi/sedimentasi, tanpa atau memakai pengaturan ph yang diperlukan, sehubungan dengan penambahan alum untuk mendapatkan suatu penjernihan yang baik. Dengan penambahan alum, keasaman air bertambah besar dan mempunyai karakter agresif terhadap material yang digunakan dalam bangunan pengolahan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Hal ini sebaiknyha akan menimbulkan masalah operasi dan pemeliharaan serta biaya untuk perbaikan dan pergantian. Pengaruh sekunder, kemungkinan korosi pada sistem dan kualitas air harus juga diperhitungkan. Karena itu pengaturan ph lebih lanjut, harus dilakukan setelah sedimentasi. Hal ini bisa dilakukan sebelum atau sesudah proses penyaringan. 3. Pembentukan Flok Baik selama atau setelah jar testing, sejumlah pengamatan perlu dibuat untuk menaksir efisiensi proses pengolahan. Setelah tahap awal dari flokulasi, umumnya 1 menit setelah pembubuhan bahan kimia, pertumbuhan flok-flok yang pertama dapat terlihat. Selama percobaan berlangsung, flok-flok yang sangat halus ini, secara perlahan ukurannya bertambah besar, sementara air diantara flok-flok tampak jernih. Pada percobaan yang dilakukan secara baik, air yang jernih akan terlihat setelah 3,5 5 menit, jika hal demikian tidak Nampak, maka merupakan indikasi yang pasti bahwa pembubuhan bahan kimia atau ph tidak tepat. Pertumbuhan flok-flok dapat ringan dan halus atau padat. Flok-flok ringan dan halus cenderung mempunyai karakteristik pengendapan yang tidak baik dan dipertimbangkan tidak diinginkan, karena rapuh, bahkan gangguan yang kecil akan merusak flok-flok tersebut. Umumnya tipe flok-flok ringan/halus diamati dalam kombinasi dengan flok-flok kepala jarum peniti (pin point flock) yang tertinggal di dalam air, setelah flok-flok yang besar telah mengendap. Flok-flok dengan sebutan kepala jarum peniti ini, merupakan flok-flok yang berukuran sangat kecil dengan diameter di bawah 0,5 mm yang mana tidak akan bergabung kembali menjadi senyawa yang lebih besar. Kondisi pengadukan yang tidak diinginkan selama flokulasi, dapat merupakan terjadinya flok-flok ini dan kebanyakan dapat terjadi pula akibat dari pembubuhan alum atau ph air yang tidak tetap. VIII. FREKUENSI JAR TESTING

Frekuensi jar test sangat bergantung pada variasi dan fluktuasi kualitas air baku (kekeruhan, jenis zat-zat tersuspensi dan koloidal). Umumnya langsung sebelum atau seketika, setelah menjalankan menjalankan unit koagulasi/flokulasi, suatu jar test dengan suatu contoh air baku yang representative harus dilakukan dalam rangka penetapan dosis optimum dari bahan kimia yang digunakan. Selama operasi normal dan memuaskan dari unit koagulasi/flokulasi, jar test harus dilakukan sekarang-kurangnya sekali dalam sehari. Jika hasil penjernihan tidak memuaskan, frekuensi jar testing harus diperbesar, dalam rangka penetapan kondisi yang tepat untuk menghasilkan air dengan kualitas dapat diterima. IX. PERHITUNGAN DEBIT PEMBUBUHAN Untuk mendapatkan pembubuhan yang tepat, data berikut harus ditentukan secara regular: Debit air baku, Q (l/dtk) diukur memakai alat ukur air baku pada aliran masuk (inlet), weir pelimpah dll. Konsentrasi larutan yang dibuat, S (%berat) atau C (mg/ml) Dosis optimum, X (mg/l) Densitas larutan, d(kg/l atau gr/ml) Formula debit pembubuhan adalah: 1) Q x X x (100/S) x (1/d) x 10-6 liter/detik 2) (Q x X x 60 x 10-3 )/C liter/menit

DATA HASIL JAR TEST PENENTUAN DOSIS OPTIMUM KOAGULAN Data Air Baku ph : 6,8 Turbidinity : 278 NTU Konsentrasi : 1 % ( 1 ml = 10 mg ) Dosis Alum Sulfat, mg/l Al 2 (SO 4 ) 3.xH 2 O PARAMETER I = 1,0 II =1,5 III = 2,0 IV = 2,5 V = 3,0 VI = 3,5 Saat pertama flok terbentuk, detik 17 15 14 12 10 9 Ukuran Flok :5 menit A B C D D F 10 menit A B C D E E 15 menit B C C D E F Waktu Pengendapan (10 cm), menit 16 32 16 15 57 ph 6,43 6,40 6,34 6,30 6,28 6,27 Turbidinity, NTU 30,4 23,5 8,79 6,30 3,64 2,49 Dosis Optimum : 2,0 mg/l

DATA HASIL JAR TEST A. Penentuan Dosis Bahan Alkali Penetapan ph pada Proses Stabilisasi B. Penentuan Dosis Khlor (Cl 2 )/Kaporit Untuk proses Desinfeksi C. Penentuan Kadar Lumpur Air hasil filtrasi / Filtrat ph : 6,54 Turbidity : 1 NTU A. Bahan Alkali dan ph S ( ph Saturasi ) / ph Sasaran : DOSIS NaCO 3 (mg/l) ph 2 6,85 3 7,02 4 7,12 5 7,3 5,5 7,5 B. Desinfektan : Kadar klor aktif dalam Kaporit : 56 % Pembubuhan Kaporit : 3 mg / L Ca(OCl) 2 = 3 Waktu Kontak = 1,68 mg / L Cl 2 : 30 menit Sisa Klor : 0,2 mg / L Cl 2 Daya Pengikat Klor ( DPC ) : 1,68 0,2 = 1,48 mg / L Cl 2 1,5 mg / L Cl 2 Jika digunakan sisa klor 0,5 mg / L Cl 2 Dosis Kaporit = ( 1,5 + 0,5 ) = 3,3 Ca(OCl) 2

C. Kadar Lumpur ( pengendapan 60 menit ) = x 100% = 0,25 % X. KESIMPULAN Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses-proses koagulasi dan flokulasi pada proses pengolahan air bersih. Apabila percobaan dilakukan dengan tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator instalasi dalam mengoptimalisasi proses proses koagulasi, flokulasi, dan perjernihan serta bagi para engineer dalam merancang bangunan instalasi pengolahan air baku/memperbaiki instalasi yang ada. Untuk sumber air baku dengan ph 6,8 dan turbidity 278 NTU, dosis alum sulfat optimum sebagai koagulan diperoleh pada dosis 2,0 mg/l dan turbidity yang dihasilkan 8,79 NTU. Alum sulfat bisa bekerja efektif pada ph tertentu, ph tersebut bisa ditentukan dengan penambahan NaCO 3. Pembubuhan kaporit sebagai desinfektan tergantung dari Kadar khlor aktif, waktu kontak dan sisa khlor yang diinginkan. XI. SUMBER PUSTAKA 1. Penuntun Praktikum JAR TEST, Ir. Ida Dhaliawati Dipl. SE, Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna 2. Metoda Penelitian Air, DR. Ir. G. Alaert Ir Sri Sumestri Santika MSc., Penerbit Usaha Nasional Surabaya, 1987

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN JAR TEST DOSEN : Ir. IDA DHALIAWATI, DIPL. SE. DISUSUN OLEH: PARWOTO (2011.11114) LABORATORIUM LINGKUNGAN JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI SAPTA TARUNA JAKARTA 2012