BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, infeksi C.albicans dapat

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyebab utama terjadinya kehilangan gigi. Faktor bukan penyakit yaitu sosiodemografi

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan penelanan. Kehilangan gigi merupakan tanggalnya gigi dari soketnya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

bahan yang diperoleh adalah tetap dalam isopropil alkohol dan udara kering menengah diikuti oleh budidaya pada Sabouraud agar.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. memeliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu mastikasi atau pengunyahan, estetik,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

Proses Pembuatan Madu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. dan kandidiasis. Dermatomikosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker kepala dan leher merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI / PENYEBAB

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah mikroorganisme yang ditemukan pada plak gigi, dan sekitar 12

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Otomikosis atau otitis eksterna jamur sering melibatkan pinna dan meatus

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

SATUAN ACARA PENYULUHAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PENURUNAN KESADARAN. di R. 26s. STOKE UNIT RSUD Dr.SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penampilannya (Ibiyemi, dkk. 2011). Alasan tersebut menjadi satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak sekali khasiat sebagai obat tradisional, dan belum banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengolahan dan ruang pengolahan (BPOM RI, 2008). Keracunan makanan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

FARMASI USD Mei Oleh : Yoga Wirantara ( ) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh pertumbuhan jamur di mulut diantaranya menurunnya imunitas tubuh, gangguan endokrin, terapi antibiotik yang sedang dijalani dalam jangka waktu lama, perokok serta seseorang yang sedang menjalani kemoterapi. Menurunnya imunitas dalam tubuh dapat menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tumbuhnya jamur dalam mulut karena sistem pertahanan dari tubuh sedang tidak baik, sehingga menyebabkan jamur yang bersifat saprofit menjadi patogen (Daniluk T, 2006). Gangguan endokrin menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur di mulut, karena terjadi peningkatan pertumbuhan jamur Candida dalam rongga mulut pasien. Candida merupakan jamur dengan bentuk yeast dan termasuk dalam flora normal yang ada di rongga mulut dan terdapat 70% pada setiap populasi. Jamur ini dapat menjadi patogen apabila terjadi penurunan respon imun atau terjadi perubahan ekosistem mikroorganisme. Kandida ini memiliki beberapa jenis, dan jenis yang paling sering menyebabkan infeksi yaitu Candida albicans (Silverman dkk, 2001 ; Scully, 2002 ; Akpan dan Morgan, 2002 dalam Maharani 2013). Insidensi Candida albicans yang diisolasi di dalam rongga mulut yaitu 45% pada bayi, 45-65% pada anak yang sehat. Penyakit Candidiasis ini dapat menyerang pada semua usia, terutama bayi dan orang tua (Bhavan dkk, 2010). Sedangkan sifat dari penyakit ini yaitu bisa akut, subakut atau kronis pada seluruh tubuh. Jamur Candida ini cepat tumbuh pada suhu 25-30 0 C dan 35-37 0 C (Babic dkk, 2010). Faktor-faktor yang dapat memicu jamur Candida menjadi patogen diantaranya adanya perubahan flora normal di dalam rongga mulut (akibat penggunaan obat antibiotik spektrum luas, penggunaan obat kumur yang berlebihan), iritasi lokal yang bersifat kronis, pemakaian kortikosteroid, kurangnya menjaga kebersihan rongga mulut,

kehamilan, penurunan kekebalan tubuh akibat virus, malnutrisi dan malabsorpsi (Lynch dkk, 2003 dalam Maharani 2013). Gejala yang ditimbulkan oleh Candidiasis yaitu bercak berwarna putih konfluen dan melekat pada mukosa oral serta faring, terutama pada rongga mulut dan lidah. Gejala lain yang dapat ditimbulkan diantaranya epidermofitosis kronik, displasia gigi, hipofungsi kelenjar paratiroid, adrenal dan tiroid (Sudoyo, 2009). Jamur Candida tumbuh dengan cepat pada suhu 25-37 0 C. Candidiasis orofaring dikenal dengan tiga bentuk yaitu pseudomembran, eritematosa dan cheilitis angularis. Candidiasis pseudomembran membentuk plak putih 1-2 cm lebih luas di mukosa mulut, jika dilepaskan pseudomembran tersebut akan meninggalkan bercak kemerahan atau perdarahan. Penatalaksanaan Candidiasis ini yaitu dengan cara pemberian anti jamur secara topikal atau sistemik, apabila jamur masih tumbuh tebal, maka cara lain yang bisa dilakukan yaitu dengan cara soap atau pengerokan pada jamur Candida yang masih tumbuh (Anonim, 2010). B. Oral Higiene 1. Pengertian Oral higiene merupakan tindakan membersihkan seluruh area mulut, termasuk gigi dan gusi agar terhindar dari infeksi. Oral higiene menjadi sangat penting bagi manusia, karena mulut merupakan pintu utama masuknya bakteri ke dalam tubuh, bisa melalui makanan dan minuman (Sariningsih, 2012). Oral higiene juga merupakan praktik menjaga mulut dan gigi untuk mencegah permasalahan yang terjadi di dalam mulut. 2. Tujuan Oral higiene pada anak sangat penting dilakukan untuk menjaga kekuatan gigi dan kesehatan mulut, lidah pada anak, dan menjaga kelembaban mukosa mulut anak (Johnstone, Spence, & Koziol-McLain, 2010). Selain itu tujuan dilakukannya oral higiene diantaranya untuk mengurangi plak pada gigi, mengurangi resiko infeksi pada rongga mulut, mencegah kerusakan gigi, gusi, meningkatkan kenyamanan pada anak (Johnstone, Spence, & Koziol-McLain, 2010). Akibat oral higiene yang kurang baik menurut Sariningsih (2012), diantaranya :

a. Penyakit gigi (gigi berlubang, karies gigi). b. Penyakit periodontal (gingvitis / peradangan pada gusi dan periodintitis atau peradangan pada jaringan pada penyangga gigi). c. Trauma pada gigi sulung d. Lidah berjamur e. Stomatitis f. Pembengkakan pada sekitar gigi dan wajah g. Perubahan warna pada gigi h. Serta persistensi dan gigi sulung yang goyang. 3. Agen yang digunakan dalam oral higiene Penelitian Bardy et al (2008), menyatakan cairan yang dipakai dalam oral hygiene misalnya chlorhexidiene 0,2% dan providone iodine, namun untuk chlorhexidine tidak terjamin keefektifannya dalam oral hygiene. Menurut Potting et al (2006) menyatakan pasien yang melakukan oral hygiene dengan menggunakan cairan chlorhexidiene 0,2% menyebabkan iritasi, serta perubahan flora normal di dalam rongga mulut dan oral hygiene dengan menggunakan cairan iodine dapat menyebabkan risiko hipertiroid. C. Madu Menurut penelitian (Moussa, dkk 2009) menyatakan bahwa berkumur dengan madu murni dengan konsentrasi 30% - 50% dapat menghambat pertumbuhan beberapa mikroorganisme patogen, termasuk Candida Albican. Menurut Estevinho (2008) menyatakan kandungan asam fenolik, favonoid dan molekul lainnya yang ada di dalam madu dipercaya dapat menghambat pertumbuhan jamur. Kebanyakan jenis madu menghasilkan hidrogen peroksida ketika diencerkan karena aktivitas enzim glukosa, yang mengoksidadi glukosa untuk glukonat asam dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida adalah penyumbang utama terhadap aktivitas antimikroba dan konsentrasi yang berbeda dari senyawa ini menyebabkan efek yang berbeda pula (Adeleke, 2006). Menurut Bogdanov (2009) madu terdiri dari air (17%), fruktosa (38,2%), glukosa (31,3%), sukrosa

(0,7%), disakarida lainnya (5%), erlose (0,8%), oligosakarida lainnya (3,6%), melezitose (<0,1%), mineral (0,2%), asam amino (0,3%), asam (0,5%) dan ph sekitar 3,3 3,9. Madu sudah lama digunakan sebagai obat herbal. Madu merupakan salah satu bahan makanan produk dari nektar bunga yang didalamnya terdapat cairan manis dan di hisap oleh lebah kemudian dikumpulkan di sarang lebah sebagai persediaan makanan untuk lebah itu sendiri (Mottalebnejad, 2008). Penelitian Moussa, (2012) menunjukkan bahwa madu memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Rhodotorula sp dan Candida albicans, penelitian ini secara in vitro. Menurut penelitian Candiracci dkk, (2011) menunjukkan bahwa ekstrak flavonoid madu mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans. Ekstrak flavonoid pada madu dapat membantu mengobati infeksi jamur dan menunjukkan aktivitas anti candida (Candiracci, dkk, 2011). Aktivitas anti jamur ini karena adanya peranan dari tingkat glu-tathione intraseluler yang berguna untuk menghambat pertumbuhan jamur candida. Dalam flavonoid terdapat dua efek penghambatan ROS (reactive oxygen species) dan aktivitas GGT (glutamyltranspeptidase), dimana keduanya bertanggung jawab dalam pembentukan patogenesis jamur candida. Penelitian Alnaimat et al (2012) menyebutkan bahwa sebagian besar madu memiliki aktivitas antibacterial spektrum luas. D. Kerangka Teori Jenis obat kumur Terapi antibiotik dalam jangka panjang Skema 2.1 Kerangka teori Oral higiene yang buruk Jumlah jamur Candida pada mulut Status gizi

E. Kerangka Konsep Skema 2.2 Kerangka Konsep Oral higiene dengan Madu 30% dan NaCl 0,9% Jumlah Candida Albicans di mulut F. Variabel Penelitian 1. Variabel independent pada penelitian ini yaitu oral higiene menggunakan madu murni. 2. Variabel dependent pada penelitian ini yaitu jumlah candida albicans pada anak selama hospitalisasi G. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan jumlah candida albicans antara anak yang dilakukan pre dan post oral higiene dengan madu murni dan NaCl.