BAB I PENDAHULUAN. agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik.

dokumen-dokumen yang mirip
ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

BAB I PENDAHULUAN I.1

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Penetapan Kadar Asam Salisilat Secara Alkalimetri LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT (C7H6O3) SECARA ALKALIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

LAPORAN KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT (Acetosal) Jumat, 12 Febuari 2016

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

Metodologi Penelitian

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENETAPAN NATRIUM BENZOAT Laporan Praktikum Kimia Pangan

BAB III METODE PENELITIAN

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

Titik Leleh dan Titik Didih

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PENENTUAN TITIK LEBUR UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015 PENENTUAN TITIK LEBUR

Percobaan 6 DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA JENIS PELARUT YANG BERCAMPUR. Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sampel maupun sediaan. Jenis metode yang digunakan pun tergantung

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

MODUL I Pembuatan Larutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Sistem tiga komponen

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

Jason Mandela's Lab Report

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

BAB III METODE PENELITIAN

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

ENERGI KESETIMBANGAN FASA

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

NETRALISASI ASAM BASA SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu zat ada yang dapat larut dalam dua pelarut yang berbeda, dalam pelarut polar dan pelarut non polar. Dalam praktikum ini akan diamati kelarutan suatu zat dalam pelarut air dan minyak. Sifat zat harus diketahui dengan baik agar dapat diperoleh suatu produk farmasi yang baik. Dalam bidang farmasi prinsip dari fenomena distribusi ini sangatlah penting, karena mencakup berbagai bidang farmasetik. Yaitu untuk mengetahui medium yang cocok untuk suatu pelarut atau untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul ketika membuat sediaan farmasetik, untuk menentukan pelarut/ pengawet yang cocok untuk suatu sediaan farmasetik, untuk mengetahui kerja obat yang tidak spesifik tempat absorbsinya dan distribusi dari suatu obat. Aplikasi dalam bidang farmasi adalah untuk pembuatan lotion dan mempengaruhi penetrasi salep. Peranan koefisien distribusi dalam pembuatan salep yaitu menentukan bahan salep yang memenuhi syarat untuk digunakan pada lapisan kulit tertentu sehingga menghasilkan efek yang diinginkan. Melihat pentingnya fenomena distribusi dalam aplikasi di bidang farmasi maka diadakanlah percobaan ini.

I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud percobaan Mengetahui dan memahami cara menentukan koefisien distribusi suatu zat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. I.2.2 Tujuan percobaan Menentukan perbandingan kelarutan dan koefisien distribusi dari asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air dan minyak yang tidak saling bercampur. I.3 Prinsip Percobaan Penentuan koefisien distribusi atau partisi dari asam borat dan asam benzoat dalam pelarut air dan minyak kelapa berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yang dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,0979 N ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda dengan bantuan indikator fenolftalein.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Distribusi obat adalah proses suatu obat yang secara reversibel meninggalkan aliran darah dan masuk ke interstisium (cairan ekstrasel) dan atau ke sel-sel jaringan. Pengiriman obat dari plasma ke interstisium terutama tergantung pada aliran darah, permeabilitas kapiler, derajat ikatan obat tersebut dengan protein plasma atau jaringan, dan hidrofobisitas dari obat tersebut (1). Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi dan laju reaksi, yaitu (2): a. Temperatur Kecepatan reaksi akan bertambah setiap kenaikkan 10 o C. kenaikan tersebut mencapai dua kali atau tiga kali lipatnya. Dengan persamaan Archeniusnya: Log k= log A E a /2.303 RT Keterangan : R = konstanta gas yaitu 1,987 kal/ o mol E a = derajat/ energi aktifasi A = faktor frekuensi b. Efek pelarut

Pelarut biasaya bersifat tidak ideal. Laju reaksi akan besar dalam pelarut dibandingkan dengan pelarutnya. Jadi dapat dikatakan bahwa pelarut polar yaitu pelarut yang mempunyai tekanan dalam yang tinggi cenderung menghasilkan reaksi yang dipercepat untuk menghasilkan produk yang mempunyai tekanan dalam tinggi dari pada reaktan. c. Pengaruh kekuatan ion Koefisien aktivitas dalam larutan air encer (< 0,01 M) pada suhu 25 o C akan bernilai negatif. d. Pengaruh konstanta dielektrika Efek konstanta dielektrika terhadap konstanta laju reaksi ionik yang diekstrapolasikan sampai pengenceran tidak terbatas, yang pengaruh terhadap laju reaksi sering menjadi kemungkinan reaksi dikatalisis oleh satu atau beberapa komponen penyusun dapar. e. Pengaruh cahaya Energi cahaya seperti panas dapat memberikan keaktifan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi. Jika kelebihan cairan atau zat padat ditambahkan ke dalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri di antara kedua fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap terdistribusi di atara kedua lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu (2).

Jika C 1 dan C 2 adalah konsentrasi kesetimbangan zat dalam pelarut 1 dan pelarut 2, persamaan kesetimbangan menjadi C 2 C 1 = K Tetapan kesetimbangan K dikenal sebagai perbandingan distribusi, koefisien distribusi atau koefisien partisi (2). Interaksi molekul dibedakan dengan asal dan juga kekuatan. Interaksi bolak-balik dari karakteristik fisik utama merupakan cara pendekatan dari kenaikan kekuatan (3) : a. Interaksi dispersi b. Interaksi orientasi dwi kutup dan induksi c. Ikatan hidrogen atau interaksi penerima-penerima elektron d. Ikatan ionik dan dwi kutub atau ion lain Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum. Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi (4). Untuk menghasilkan respons farmakologi, suatu molekul obat harus melewati membran biologis. Membran terdiri dari protein dan bahan lemak yang

bertindak sebagai penghalang lipofilik tempat lalu lintas obat. Ketahanan penghalang terhadap perpindahan obat berhubungan dengan sifat lipofilik dan molekul yang sedang dipindahkan (4). Koefisien partisi minyak/air merupakan ukuran sifat lipofilik suatu molekul, ini merupakan rujukan untuk sifat fase hidrofilik atau lipofilik. Koefisien partisi harus dipertimbangkan dalam pengembangan bahan obat menjadi bentuk obat. Koefisien partisi menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air (4). II.2 Uraian Bahan 1. Air Suling (5:96) Nama resmi Nama lain : Aqua Destilata : Air suling, aquadest RM/BM : H 2 O / 18,02 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tak berbau, tidak berasa. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut 2. Asam Benzoat (5:49) Nama resmi Nama lain : Acidum Benzoicum : Asam Benzoat RM/BM : C 7 H 6 O 2 / 122,12

RB : COOH Pemerian Kelarutan : Hablur halus dan ringan; tidak berwarna; tidak berbau. : Larut dalam lebih kurang350 bagian air, dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai sampel 3. Asam Borat (4:49) Nama resmi Nama lain : Acidum boricum : Asam borat RM/BM : H 3 BO 3 / 61,83 Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna, kasar, tidak berbau, rasa agak asam dan pahit kemudian manis. Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%)P, dalam 5 bagian gliserol P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai sampel 4. Indikator Fenolftalein (5: 662) Nama resmi Nama lain : Phenolphthaleinum : Fenolftalein

RM / BM : C 20 H 14 O 4 / 318,33 RB : OH C OH O C O Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah; tidak berbau ; stabil di udara. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Trayek ph : 8,3 10,0 Kegunaan : Sebagai indikator 5. Minyak kelapa (4 ; 456). Nama resmi Nama lain Pemerian : Oleum cocos : Minyak kelapa : Cairan jernih, tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik. Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P pada suhu 60 0 C sangat mudah larut dalam CHCl 3 P dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. Kegunaan : Sebagai pelarut 6. Natrium hidroksida (4 ; 412) Nama resmi Nama lain : Natrii hydroxidum : Natrium hidroksida RM/BM : NaOH / 40,00 Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur, atau keping, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putihm mudah meleleh, basah, sangat alaklis dan korosif, cepat menyerap CO 2. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95 %) P Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai titran. II.3 Prosedur Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Timbang asam borat sebanyak 100 mg dengan menggunakan timbangan milligram. 3. Masukkan asam borat ke dalam erlenmeyer kemudian larutkan dengan 100 ml air suling. 4. Ambil 25 ml larutan lalu masukkan ke dalam corong pisah.

5. Ke dalam 25 ml larutan, tambahkan 25 ml minyak kelapa, kemudian dikocok hingga homogen. 6. Diamkan beberapa menit sampai campuran membentuk dua lapisan yang jelas. 7. Lapisan air diambil dan lapisan minyak dibuang. 8. Tambahkan 3 tetes indikator pp lalu titrasi dengan larutan NaOH 9. Dari larutan stok (100 ml), diambil 25 ml larutan untuk dititrasi seperti point 8. 10. Catat volume titrasi. 11. Ulangi percobaan dengan mengganti asam borat dengan asam benzoat.

BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat-alat yang digunakan Anak timbangan 100 mg Baskom Batang pengaduk Botol semprot Buret 25 ml Erlenmeyer 250 ml Gelas ukur 25 ml, 100 ml Pipet tetes Pipet volume 5 ml dan 10 ml Sendok tanduk Statif dan Klem Timbangan milligram III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan Air suling Asam borat

Asam benzoat Indikator PP Kertas timbang Larutan NaOH 0,0979 N Minyak kelapa Tissue rol III.2 Cara Kerja 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Ditimbang asam borat sebanyak 100 mg. 3. Dimasukkan asam borat ke dalam erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan 100 ml air suling. 4. Diambil 25 ml larutan, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer (sebagai larutan awal). 5. Ke dalam larutan ditambahkan 3 tetes indikator PP lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,0979 N. 6. Dicatat volume titrasi. 7. Dari larutan stok, diambil 25 ml larutan dengan pipet volume dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 8. Ditambahkan 25 ml minyak kelapa, kemudian diaduk hingga larut (sebagai larutan akhir).

9. Didiamkan selama beberapa menit sampai larutan membentuk dua lapisan yang jelas. 10.Lapisan air diambil dan lapisan minyak dibuang. 11.Ke dalam lapisan air, ditambahkan 3 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,0979 N. 12.Dicatat volume titrasi. 13.Diulangi percobaan dengan mengganti asam borat dengan asam benzoat.

BAB IV HASIL PENGAMATAN IV.1 Data Pengamatan Sampel Asam benzoat Asam borat Berat (mg) Tanpa minyak Volume titran (ml) Dengan minyak 100 5 2,6 100 5,20 2,1 100 2,75 1,9 100 2,6 2,1 IV.1 Perhitungan N NaOH = 0,0979 N Berat sampel = 100 mg Bst 12,21 BE Asam benzoat = fk = 0,1 = 122,1 Bst 61,83 BE Asam benzoat = fk = 0,1 = 618,3 K = N x V x Bst Bs x fk K = N x V x BE Bs

Untuk Asam Benzoat Tanpa minyak Kadar 1 = 5 ml x 0,0979 N x 122,1 100 mg = 0,5977 Kadar 2 = 5,2 ml x 0,0979 N x 122,1 = 0,6216 100 mg Dengan minyak 2,6 ml x 0,0979 N x 122,1 Kadar 1 = = 0,3108 100 mg 2,1 ml x 0,0979 N x 122,1 Kadar 2 = = 0,251 100 mg K fase minyak 1 = K tanpa minyak K dengan minyak = 0,5977-0,3108 = 0,2869 K fase minyak 1 = K tanpa minyak K dengan minyak = 0,6216-0,251 = 0,3706

Koefisien distribusi 1 = = Kadar minyak Kadar air 0,2869 0,5977 = 0,48 Koefisien distribusi 2 = = Kadar minyak Kadar air 0,3706 0,6216 = 0,5962 Koef. distribusi rata-rata = = Koef distribusi 1 + Koef distribusi 2 0,48 + 0,5962 2 2 = 0,5381 Untuk Asam Borat Tanpa minyak Kadar 1 = 2,75 ml x 0,0979 N x 618,3 100 mg = 1,6646 Kadar 2 = 2,6 ml x 0,0979 N x 618,3 = 1,5738 100 mg Dengan minyak 1,9 ml x 0,0979 N x 618,3 Kadar 1 = = 1,15 100 mg

2,1 ml x 0,0979 N x 618,3 Kadar 2 = = 1,271 100 mg K fase minyak 1 = K tanpa minyak K dengan minyak = 1,6646 1,15 = 0,5146 K fase minyak 1 = K tanpa minyak K dengan minyak = 1,5738 1,271 = 0,3028 Koefisien distribusi 1 = = Kadar minyak Kadar air 0,5146 1,6646 = 0,309 Koefisien distribusi 2 = = Kadar minyak Kadar air 0,3028 1,5738 = 0,1924

Koef. distribusi rata-rata = = Koef distribusi 1 + Koef distribusi 2 0,309 + 0,1924 2 2 = 0,2507 IV.3 Reaksi 1. Asam borat H 3 BO 3 + H 2 O HBO 2 + 2H 2 O H 3 BO 3 + NaOH Na 3 BO 3 + 3H 2 O 2. Asam benzoat COOH COO - + H 2 O + H 3 O + COOH COONa + NaOH + H 2 O

Reaksi indikator fenolftalein OH OH C O OH + H 2 O C HO OH + H 3 O + C C O - O O H 2 In, fenolftalein HIn -, tidak berwarna tidak berwarna O C OH + H 3 O + C O - O In 2-, merah

BAB V PEMBAHASAN Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Faktor yang mempengaruhi koefisien distribusi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2, dirumuskan : K = C 2 C 1 Dalam bidang farmasi prinsip dari fenomena distribusi ini sangatlah penting, karena mencakup berbagai bidang farmasetik. Yaitu untuk mengetahui medium yang cocok untuk suatu pelarut atau untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul ketika membuat sediaan farmasetik, untuk menentukan pelarut/pengawet yang cocok untuk suatu sediaan farmasetik, untuk mengetahui kerja obat yang tidak spesifik tempat absorbsinya dan distribusi dari suatu obat. Aplikasi dalam bidang farmasi adalah untuk pembuatan lotion dan mempengaruhi penetrasi salep. Peranan koefisien distribusi dalam pembuatan salep yaitu menentukan bahan salep yang memenuhi syarat untuk digunakan pada lapisan kulit tertentu sehingga menghasilkan efek yang diinginkan. Pada percobaan ini, digunkan sampel asam borat dan asam benzoat yang dilarutkan dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur yaitu minyak kelapa dan air. Ketidakcampuran ini disebabkan oleh sifat fisisnya yang berbeda yaitu bobot

jenis, perbedaan tegangan permukaan dan perbedaan tingkat kepolaran dimana air bersifat lebih polar dibandingkan dengan minyak kelapa. Asam borat merupakan bahan yang larut dalam air, dimana 1 bagian dari asam borat dapat larut dalam 20 bagian air. Sedangkan asam benzoat adalah zat yang sukar larut dalam air dimana 1 bagian dari asam benzoat hanya dapat larut dalam 350 bagian air. Mula-mula 100 mg asam borat dilarutkan dalam 100 ml air suling, diaduk hingga larut. Dari larutan diambil 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ke dalamnya dimasukkan 25 ml minyak kelapa dan dicampur hingga larutan homogen, lalu diamkan selama beberapa menit hingga terbentuk dua lapisan yang jelas. Pada lapisan atasnya adalah minyak sedang pada lapisan bawahnya adalah air lalu lapisan minyaknya dibuang dan lapisan air diambil. Setelah itu ditambahkan indikator PP ke dalam larutan sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan larutan NaOH baku 0,0979 N, kemudian ditentukan kadarnya. Diulangi untuk sampel asam benzoat dengan pengerjaan yang sama. Pada percobaan ini dilakukan titrasi dengan NaOH menggunakan indikator Fenolftalein (PP). PP mempunyai trayek ph antra 8,3-10,0 dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah. Pada waktu terjadi titik akhir titrasi, sampel asam telah habis bereaksi dengan titran NaOH sehingga titran bereaksi dengan indikator dan dicapai range ph indikator sehingga terjadi perubahan warna. Fase yang dititrasi adalah fase air, bukan fase minyak, sebab jika fase minyak yang dititrasi maka akan terjadi reaksi saponifikasi (penyabunan). Hal ini dikarenakan apabila minyak

direaksikan dengan alkali hidroksida maka akan terbentuk sabun yang akan mengganggu proses titrasi. Untuk perhitungan koefisien distribusi pada percobaan ini, tidak digunakan faktor pengenceran, sebab jumlah zat terlarut dalam 100 ml adalah sama dengan jumlah zat dalam 25 ml larutan yang diambil dari 100 ml larutan. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh koefisien distribusi asam borat dan asam benzoat adalah 0,2507 dan 0,5381. Hasil ini tidak sesuai dengan tujuan percobaan yaitu untuk mendapatkan koefisien distrubusi zat = 1. Kesalahan ini mungkin disebabkan karena ketidaktelitian dalam penimbangan sampel dan kesalahan pengamatan titik akhir.

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan : - Koefisien distribusi asam borat adalah 0,2501. - Koefisien distribusi asam benzoat adalah 0,5381. VI.2 Saran Sebaiknya alat-alat lab dilengkapi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Mycek, Mary J., (2001), Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2, Widya Medika: Jakarta hal 8. 2. Martin., Alfred., dkk., (1990), Farmasi Fisik 1, UI-Press : Jakarta hal 622. 3. Rumate., F., (1993), Analisis Instrumental I, Jurusan Farmasi, Unhas: Makassar hal 33. 4. Ansel., Howard C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI-Press: Jakarta hal 57, 58, 59. 5. Dirjen POM., (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI : Jakarta hal 49, 96, 412, 456. 6. Dirjen POM., (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI : Jakarta hal 662.