Panduan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23. Jenis Penghasilan. Jumlah Penghasilan Bruto

Subjek Pajak PPh Pasal 23

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PENGANTAR. Dasar Hukum : UU Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun Presented by M.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Ekspor. Kegiatan.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-70/ PJ. / 2007 TANGGAL : 9 April 2007

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB IV PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. (Waluyo, 2000 : 2), pajak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2.1 Definisi Pajak. Landasan Teori. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB III KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF EFEKTIF DALAM PEMUNGUTAN PPh PASAL 23 ATAS JASA LAIN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Kelebihan PPN 30/04/2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

FAKTUR PAJAK STANDAR

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) penerimaan negara, dan mendorong produk ekspor.

BAB IV KETENTUAN LAINNYA

Perpajakan Bagi Koperasi

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PMK.03/2010 TENTANG

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :


PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pajak merupakan kewajiban rakyat untuk memberikan sebagian harta

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 8, NO 1, Edisi Februari 2016 (ISSN : )

AKUNTANSI PPN & PPnBM

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

Regulasi Pemotongan dan Pemungutan PPh Pasal 23. dan Risiko Apabila Lupa Memotong PPh Ps 23. Atas Pembayaran Jasa Yang Anda Gunakan

Subject 4. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Page : 1

LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : KEP-170/PJ/2002 TANGGAL : 28 Maret 2002

244/PMK.03/2008 JENIS JASA LAIN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 23 AYAT (1) HURUF C ANGKA 2 UNDANG-

Transkripsi:

Panduan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) A. Pengertian umum PPN PPN adalah pajak atas konsumsi barang atau jasa di dalam daerah pabean oleh orang pribadi atau badan. Daerah Pabean yaitu wilayah RI yang meliputi wilayah darat,perairan dan ruang udara di atasnya,tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif. Pengenaan PPN dilaksanakan dalam sistem faktur,setiap terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) wajib dibuatkan faktur fajak. Faktur pajak merupakan bukti pungutan PPN dimana faktur pajak bagi penjual merupakan bukti pajak keluaran dan pembeli merupakan bukti pajak masukan. B. Objek PPN 1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. 2. Impor BKP 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. 5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean 6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP 7. Penyerahan JKP dari dalam daerah pabean ke luar daerah pabean oleh PKP yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar daerah pabean. 8. Ekspor JKP dan atau ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP. C. Non Barang Kena Pajak 1. Barang hasil pengeboran minyak, gas bumi dan panas bumi, yang diambil langsung dari sumbernya. 2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak 3. Uang,emas batangan,makanan dan minuman yang disajikan di hotel,restoran,rumah makan,warung dan sejenisnya. 4. Surat-surat berharga 5. Barang hasil pertanian,hasil perkebunan dan hasil kehutanan,yang dipetik langsung dari sumbernya. 6. Barang hasil petrnakan,perburuan/penangkapan atau penangkaran yang diambil langsung dari sumbernya 7. Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan,yang diambil langsung dari sumbernya.

D. Non Jasa Kena Pajak ( Non JKP) 1. Jasa pelayana kesehatan medik 2. Jasa pelayanan sosial 3. Jasa pengiriman surat dengan perangko 4. Jasa keuangan 5. Jasa asuransi 6. Jasa keagamaan 7. Jasa pendidikan 8. Jasa kesenian dan hiburan 9. Jasa penyiaran yang bukan bersifat iklan 10. Jasa angkutan umum di darat, di air, dan jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri 11. Jasa tenaga kerja 12. Jasa perhotelan 13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum 14. Jasa penyediaan tempat parkir 15. Jasa telepon umum dengan menggunakan logam 16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pihak yang wajib melakukan kewajiban PPN-nya disebut PKP Peraturan tentang Pengusaha Kecil mengacu pada Kep.Menkeu No 571/KMK.03/2003 tanggal 29 Desember 2003, yaitu pengusaha selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000, Tarif PPN serta Dasar Pengenaan Pajak (DPP) A. Tarif PPN 1. Tarif PPN adalah sebesar 10% 2. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas : a. Ekspor BKP b. Penyerahan JKP dari dalam daerah pabean ke luar daerah pabean oleh PKP yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar daerah pabean c. Ekspor JKP dan atau ekspor BKP tidak berwujud 3. Perjalanan wisata (travel),pengiriman barang adalah DPP-nya 10% dari penyerahan JKP ( tarif menjadi 1 % dari penyerahan JKP)

B. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) 1. PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN dengan DPP 2. DPP adalah jumlah harga jual berupa uang,termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP,tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak. Contoh : Tagihan (DPP) = Rp 10.000.000,- Tarif 10% PPN = Rp 10.000.000,- x 10 % = Rp 1.000.000, Faktur Pajak (FP) 1. Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau JKP. 2. Syarat syarat faktur pajak: a. Nama,alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang menyerahkan BKP atau JKP. b. Nama,alamat dan NPWP pembeli atau Penerima JKP c. Kode,nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur pajak d. Jumlah harga jual atau pergantian e. PPN yang dupingut f. Pajak penjualan atas barang mewah yang dipungut g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak serta cap perusahaan 3. Faktur Pajak gabungan a. PKP dapat membuat satu faktur pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama selama sebulan takwim b. Faktur pajak gabungan harus dibuat selambat-lambatnya pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan/atau JKP.Jika pembayaran baik sebagian atau seluruhnya terjadi pada bulan penyerahan,faktur pajak gabungan harus dibuat selambat-lambatnya pada akhir bulan penyerahan. 4. Faktur pajak yang hilang,rusak atau cacat atau salah dalam pengisian maupun dalam penulisan dapat diganti atau dibetulkan. 5. Faktur fajak harus memenuhi persyaratan formal dam material.direktur Jenderal Pajak dapat menetapkam dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur Pajak.

Penjelasan Pengisian Faktur Pajak 1. Nomor seri faktur pajak diisi dengan angka sebanyak 16 digit Digit ke-1 dan ke-2 dalah Kode Transaksi Digit ke-3 adalah Kode Status Digit ke-4,ke-5 dan ke-6 adalah Kode cabang Digit ke-7 dan ke-8 adalah Kode Tahun Digit ke-9 sampai ke-16 adalah Nomor Urut 2. Identitas Pengusaha Kena Pajak antara lain nama,alamat dan NPWP Agar dilakukan pengecekan antara identitas pada faktur pajak dengan identitas pada fotocopy kartu NPWP 3. Identitas Pembeli BKP/JKP 4. Pengadaan BKP/JKP ditampilkan sebesar DPP tampa PPN Penyajian keterangan pada kolom Nama Barang Kena Pajak / jasa Kena Pajak boleh dirinci atau boleh direkap,misalnya dengan mencamtumkan fee/keuntungan 5. Harga Jual / Penggantian / Uang Muka / diisi berdasarkan penjumlahan Dikurangi Potongan Harga...Kalau Ada Dikurangi Uang Muka Yang Telah Diterima...Kalau Ada Dasar Pengenaan Pajak (DPP)...diisi angka sebesar 100% (tampa PPN) PPN= 10% x Dasar Pengenaan Pajak...10% x DPP 6. Nama Kota diisi dengan nama tempat Tanggal diisi sesuai dengan tanggal Berita Acara serah Terima barang atau invoice dengan catatan barang belum diterima Nama diisi dengan nama pimpinan perusahaan tersebut(pejabat yang berwenang) juga dilengkapi dengan nama jabatan,tanda tangan dan cap/stempel perusahaan. Pengkreditan Pajak Masukan Pajak masukan yang dapat dikreditkan adalahpajak masukan yang berasal dari perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan.sedangkan pajak masukan yang tidak terkat langsung dengan kegiatan usaha,tidak dapat dikreditkan antara lain terdiri dari : 1. Perolehan BKP atau JKP oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP 2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha 3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan dan station wagon kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean oleh pengusaha yang belum dikukuhkan sebagai PKP 5. Perolehan PKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau Pasal 13 ayat (9) UU PPN atau tidak mencamtumkan nama,alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP.

6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean yang fakturpajaknya tidak memenuhi ketentuan formal dan material 7. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih dengan penertiban Ketetapan Pajak 8. Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan. 9. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi. Pajak masukan dapat dikreditkan paling lama 3 bulan sejak diterbitkan faktur pajak Contoh: Faktur pajak diterbitkan pada tanggal 15 Januari 2012.Maksimum dapat dikreditkan pada SPT Masa April 2012. Saat Terutang PPN Terutang pajak terjadi saat: a. Penyerahan atau pembayaran BKP maupun JKP(mana yang terlebih dahulu) b. Pemanfaatan atau pembayaran BKP dan JKP tidak berwujud dari luar daerah pabean c. Penyerahan atau pembayaran JKP dari dalam daerah pabean ke luar daerah pabean oleh PKP yang menghasilkan dan melakukan ekspor BKP atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar daerah pabean(mana yang terlebih dahulu) d. Impor BKP e. Ekspor BKP f. Ekspor JKP dan /atau ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP

Panduan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 tahun 2011 Pengertian Pajak yang dipungut atas: 1. Penghasilan yang diperoleh dari modal,penyerahan jasa,atau peyelenggaraan kegiatan 2. Yang diterima oleh WP dalam negeri 3. Berbentuk usaha tetap 4. dan belum dipotong PPh Pasal 21 Objek dan Tarif Pajak Undang-undang NO 36 tahun 2008 pasal 23 berbunyi atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,subjek pajak badan dalam negeri,penyelenggara kegiatan,bentuk usaha tetap,atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan : 1. Sebesar 15 % dari jumlah bruto atas dividen,bunga,royalti,hadiah,penghargaan dan bonus 2. Sebesar 2 % dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,imbalan sehubungan dengan jasa teknik,jasa manajemen, jasa konstruksi,jasa konsultan dan jasa lain. Untuk jenis jasa lain sebagaimana dijelaskan pada poin 2 di atas dapat dilihat pada Peraturan Menteri Keuangan No.244/PMK.3/2008 tanggal 31 desember 2008,pasal 1 sbb: 1. Jasa penilai(appraisal) 2. Jasa aktuaris 3. jasa akuntansi,pembukuan,dan atestasi laporan keuangan 4. Jasa perancang 5. Jasa Pengeboran di bidang penambangan minyak dan gas bumi kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap 6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas 7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selai migas 8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara 9. Jasa penebangan hutan 10. Jasa pengelolaan limbah 11. Jasa penyedia tenaga kerja 12. Jasa perantara dan atau keagenan 13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga,kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek 14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan,kecuali yang dilakukan oleh KSEL 15. Jasa pengisian suara dan atau sulih suara 16. Jasa mixing film

17. Jasa sehubungan dengan software komputer,termasuk perawatan,pemeliharaan dan perbaikan. 18. Jasa instalasi/pemasangan mesin,peralatan,listrik,telepon,air,gas,ac,dan atau TV kabel selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai ijin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi. 19. Jasa/perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin,peralatan,listrik,telepon,air,gas,ac,tv kabel,alat transportasi/kendaraan dan atau bangunan,selain yang dilakukan oleh wajib pajak yang ruamg lingkuonya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi. 20. Jasa maklon 21. Jasa penyelidikan dan keamanan 22. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer 23. Jasa pengepakan 24. Jasa penyediaan tempat dan atau waktu dalam media massa,media luar ruang atau media lain untuk penyampain informasi. 25. Jasa pembasmian hama 26. Jasa kebersihan 27. Jasa katering Dalam hal penerima imbalan sehubungan dengan jasa tidak memiliki NPWP,besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% daripada tarif. Contoh Kasus Contoh I- PPh 23 tarif 15 % untuk customer ber-npwp PT Telesindo mendapatkan hadiah dari telkom atas pencapain penjualan vouvher Flexi sebesar RP 10.000.000,-Pajak ditanggung pemenang.pt Telesindo merupakan customer ber-npwp maka perhitungan pajaknya adalah sbb: Perhitungan PPh Pasal 23: Rp 10.000.000 x 15% = Rp 1.500.000,- Jumlah diterima PT Telesindo sebesar = Rp 10.000.000,-Rp 1.500.000 = Rp 8.500.000,-

Contoh II-PPh Pasal 23 tarif 30 % untuk costomer Non-NPWP Koperasi ABC mendapatkan hadiah dari Telkom atas pencapaian penjualan voucher flexi sebesar Rp 10.000.0000,-.Pajak ditanggung pemenang.koperasi ABC merupakan Costomer Non-NPWP maka perhitungan pajaknya adalah sebagai berikut: Perhitungan PPh Pasal 23 : Rp 10.000.000, x 30% =Rp 3.000.0000 Jumlah diterima PT Telesindo sebesar =RP 10.000.000-Rp 3.000.000 =Rp 7.000.000,- Ket: apabila customer tidak memiliki NPWP maka dikenakan pajak 100% lebih tinggi. Contoh III PPh Pasal 23 tarif 2% untuk customer ber-npwp Kopegtel XYZ mengajukan tagihan atas jasa sewa mobil bulan Januari 2012 sebesar Rp 4.000.000,- maka perhitungan pajaknya adalah sbb: Perhitungan PPh Pasal 23 : Rp 4.000.000 x 2% = Rp 80.000 Jumlah diterima kopegtel XYZ sebesar = Rp 4.000.000-Rp 80.000 = Rp 3.920.000,- Contoh IV-PPh Pasal 23 tarif 4% untuk customer Non NPWP PT Sukamaju mengajukan tagihan atas jasa sewa mobil bulan Januari 2012 sebesar Rp 4.000.000,- maka perhitungan pajaknya adalah sbb: Perhitungan PPh Pasal 23 Rp 4.000.000 x 4 % = Rp 160.000 Jumlah diterima Pt sukamaju sebesar = Rp 4.000.000-Rp 80.000 = Rp 3.840.000,- Catatan: Perhatikan penulisan kalimat di surat bukti atau tagihan untuk menentukan jenis jasa yabg dikenakan PPh Pasal 23. Contoh lain PT Telkom menyewa sebuah gedung untuk menyimpan dokumen,di mana pihak gedung tidak bertanggung jawab atas dokumen yang disimpam telkom di gudang tersebut..maka PPh yang dikenakan atas sewa gedung tersebut merupakan PPh Final (PPh Pasal 4 Ayat 2 atas sewa gedung/bangunan) karena dalam transaksi tersebut yang merupakan objek pajak adalah sewa gedung bukan atas

jasa penyimpanan barang sehingga pajak yang dikenakan adalah PPh Final ( PPh Pasal 4 Ayat 2). Contoh lain PT Telkom menyimpan dokumen di sebuah gedung yang dikelolah oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyimpanan dokumen sehingga dokumen tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut,maka pajak yang dikenakan atas jasa penyimpanan dokumen tersebut adalah PPh Pasal 23.