Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

DIFUSI MOLEKUL DAN TEKANAN OSMOTIK CAIRAN SEL

A. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang potongan jaringan umbi ubijalar? 2.

Siti Nur Faedah Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PENGUKURAN POTENSIAL OSMOTIK DAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

LAPORAN PRAKTIKUM PLASMOLISIS

Luas permukaan. Jarak zat pelarut dan zat terlarut. Suhu.

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II POTENSIAL AIR PADA SEL TUMBUHAN

Fisiologi Tumbuhan. PNA 2462 B/D Didik Indradewa Eka Tarwaca Susila Putra

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PLASMOLISIS

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN SEL HEWAN DAN SEL TUMBUHAN

OSMOSIS & PENYERAPAN ZAT PADA TUMBUHAN 1 Oleh : Drs. Suyitno Al. MS. 2

OSMOSIS LATAR BELAKANG

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Transportasi Air, Nutrisi, dan Unsur Hara

Sistem Transportasi Tumbuhan L/O/G/O

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A)

LEMBARAN SOAL. Sat. Pendidikan

BIOLOGI UMUM SEMESTER GASAL 2014/2015 PRODI PENDIDIKAN FISIKA OLEH TIM LAYANAN BIOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Praktikum Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

Rima Puspa Aryani : A1C311010

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGANGKUTAN AIR MELALUI XILEM PADA TANAMAN Allamanda cathartica

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

Sulistyani M.Si

Daya Tekan Akar dan Daya Isap Daun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPONEN KIMIA MEMBRAN SEL DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS AZKI AFIDATI PUTRI ANFA ( ) KELOMPOK 3B (A)

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

MEKANISME AIR PADA TUMBUHAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

Proses Membuka dan Menutupnya Stomata pada Tumbuhan

TRANSPIRASI TUMBUHAN. Tujuan : - Mengukur laju transpirasi pada dua jenis tumbuhan, yaitu Acalypha sp. dan Bauhemia sp.

Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor BOGOR.

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Pertemuan : Minggu ke 1 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Rumah tangga air pada tumbuhan Sub pokok

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

ULANGAN TENGAH SEMESTER (UTS) GASAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

RESUME FISIOLOGI TUMBUHAN PERTEMUAN KE 2

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR TRANSPORT MEMBRAN SEL

Sifat Koligatif Larutan

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

KULIAH V TRANSPOR LARUTAN

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA

Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

intermediet seperti asam-asam organik dengan berat molekul rendah Haung, 1980).

STOMATA Biosintesis, Mekanisme Kerja Dan Peranannya Dalam Metabolisme AFIFUDDIN DALIMUNTHE

PENYERAPAN AIR OLEH AKAR TANAMAN

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

TITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

PETUNJUK PRAKTIKUM. Biologi umum (kimia) Oleh : Dr. Tyas Pramesti G Ria Ramadhani, S.Kep Asmuni Hasyim, M.Si

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

Modul 1 Keseimbangan Air pada Tumbuhan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Perbedaan Transpirasi dengan. Evaporasi

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

luar yang mempengaruhi laju fotosintesis dan peranannya masing-masing 2. Mahasiswa mengetahui dan dapat menjelaskan faktorfaktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN STRUKTUR TUMBUHAN PADA TINGKAT SEL

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

PERTEMUAN VI DAN VII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Panduan Praktikum. Botani. Tahun Akademik 2015/2016. Oleh : Nurcahyo Widyodaru Saputro, S.Si., M.Sc

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN 5 Penentuan Tegangan Permukaan Cara Cincin Du Nouy. Dosen Pembina Bapak Sumari dan Bapak Yahmin

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat-sifat Fisis Larutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI HEWAN

THE TOUR CYTOL CYT OGY OGY T : he Study of Cells V sualisasi sualisasi sel sel : :mikroskop meningkatkan n resolusi (jarak (jarak an tar obyek

NUTRISI DAN ENERGI TUMBUHAN. Oleh: Drs. Taufik Rahman, MPd.

I Sifat Koligatif Larutan

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH AKAR DAN DAUN

LAPORAN PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

AIR DAN PENGARUHNYA THD PER TUMBUHAN TANAMAN

- Difusi air melintasi membrane permeabel aktif dinamakan osmosis. Keseimbangan air pada sel tak berdinding Jika suatu sel tanpa dinding direndam

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

Transkripsi:

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel Nama Kelompok: Disusun oleh: Putri Mayang Sari NIM. 12030244024 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita berhadapan dengan peristiwa difusi dan osmosis, baik kita sadari maupun tidak kita sadari. Contohmya pada saat kita menyeduh teh celup dalam kemasan kantong, warna dari teh tersebut akan menyebar. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi teh dalam gelas lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi teh yang ada di dalam kantong teh tersebut. Peristiwa tersebut sering kita sebut sebagai difusi. Begitu pula pada tumbuhan, yang menyerap air dan zat hara yang diperlukan dari lingkungan melalui proses difusi, osmosis, maupun imbibisi. Peristiwa tersebut dapat berlangsung dengan baik jika terdapat perbedaan tekanan potensial air yang sangat besar antara larutan di luar sel tumbuhan dengan larutan di dalam sel tumbuhan tersebut. Tunbuhan mempunyai membran plasma yang jika dimasukkan dalam larutan dengan konsentrasi tinggi akan mengalami plasmolisis, yaitu tearlepasnya membran plasma dari dinding sel akibat tekanan osmotik. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mencari pada konsentrasi berapakah sel bawang merah akan mengalami plasmolisis dengan prosentase jumlah sel bawang merah yang terplasmolisis mencapai 50%. Selain itu kita juga akan menghitung tekanan osmotik dari sel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel daun Allium cepa yang terplasmolisis? 2) Pada konsentasi berapakah larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel daun Allium cepa mengalami plasmolisis?

3) Bagaimana cara mendapatkan besar tekanan osmosis sel cairan sel daun Allium cepa dengan metode plasmolisis? 1.3 Tujuan 4) Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis. 5) Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel mengalami plasmolisis. 6) Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metode plasmolisis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umbi Lapis Bawang Merah Bawang merah dikelaskan dalam keluarga Alliaceae dalam order Asparagales. Nama saintifik adalah Allium cepa var. aggregatum. Bawang merah lebih kecil serta lebih manis rasanya berbanding bawang besar. Bawang merah merupakan tanaman semusim. Ia memiliki umbi yang berlapis (bulb), berakar serabut, dan daun berbentuk silinder berongga. Umbinya terbentuk daripada pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang kemudian berubah bentuk dan fungsinya yang seakan-akan umbi berlapis. Jadi, umbi bawang merah bukanlan ubi sebenarnya seperti ubi kentang ataupun ubi keledek. Ia terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan kemudiannya bersatu. 2.2 Perpindahan Molekul pada Jaringan Tumbuhan Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (defisit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negatif. Istilah tekanan difusi negatif dapat ditukar dengan kekurangan tekanan difusi atau defisit tekanan difusi yang disingkat dengan DTD (Dwijo, 1985). Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Senada dengan itu, Agrica (2009) menjelaskan bahwa difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu

zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Prinsip dasar yang dapat kita pegang mengenai peristiwa difusi ini adalah difusi terjadi sebagai suatu respon terhadap perbedaan konsentrasi. Suatu perbedaan terjadi apabila terjadi perubahan konsentrasi dari suatu keadaan ke keadaan lain. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan dalam sifat dapat juga menyebabkan difusi. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis. Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi (Anonymous a, 2009). Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel (Fetter, 1998). Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel

selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri (Agrica,2009). 2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel Tekanan yang diberikan pada air atau larutan, akan meningkatkan kemampuan osmosis dalam larutan tersebut. Tekanan yang diberikan atau yang timbul dalam system ini disebut potensial tekanan, yang dalam tumbuhan potensial ini dapat timbul dalam bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif, nol, maupun negatif. Selain potensial air (PA) dalam potensial tekanan (PT) osmosis juga dipengaruhi tekanan osmotic (PO). Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan sebagai status larutan. Status larutan biasa kita nyatakan dalam bentuk satuan konsentrasi, satuan tekanan, atau satuan energi. Hubungan antara potensial air (PA) dan potensial tekanan (PT), dan potensial osmotic (PO) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut: PA = PO + PT Dari rumus di atas dapat terlihat bahwa apabila tidak ada tekanan tambahan (PT), maka nilai PA = PO Untuk mengetahui nilai potensial osmotic cairan sel, salah satunya dapat digunakan metode plasmolisis. Jika potensial air dalam suatu sel lebih tinggi dari pada potensial air yang ada di sekitar sel atau di luar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai potensial air yang ada dalam sel maupun di luar sel sama besar. Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat terlepas dari dinding sel, peristiwa tersebut biasa kita kenal dengan istilah plasmolisis. Metode plasmolisis dapat ditempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapakah yang mengakibatkan jumlah sel yang terplasmolisis mencapai 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel

terplasmolisis diketahui, maka tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TO sel = 22,4 x M x T 273 Dengan : TO = Tekanan Osmotik M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis T = Temperatur mutlak (273 + t C) (Tim fisiologi tumbuhan. 2014). Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis. Pada dasarnya pengangkutan membran sel dapat terjadi secara pasif maupun secara aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi, artinya dari larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang memiliki konsentrasi rendah tanpa memerlukan energi hasil metabolisme karena prosesnya searah gradien konsentrasi. Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif memerlukan energy hasil metabolisme seperti ATP (Adenosin Tri Phospat) kerena prosesnya melawan gradien konsentrasi. Difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara pasif. Difusi adalah pergerakan partikel dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi sebaliknya hingga partikel-partikel tersebut tersebar merata.(loveles, 1987). Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi

lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil. Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi. Osmosis adalah difusi air melalui selaput yang permeable secara differensial dari satu tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Maksud dari konsentrasi adalah konsentrasi pelarutnya yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat terlarut (molekul atau ion) dalam air itu. Oleh karena itu, osmosis juga bisa diartikan sebagai perpindahan molekul air dari konsentrasi air yang tinggi ke konsentrasi air yang rendah melalui membran semi permeabel. Membran semi permeabel adalah membran yang hanya mengijinkan lalunya air dan menghambat lalunya zat-zat terlarut. Osmosis pada Jaringan Tumbuhan Pada struktur sel tumbuhan, ditengah protoplasma terdapt vakuola yang dilapisi oleh lapisan protoplasma yang sifatnya semipermeabel, di sebelah luar terdapat dinding sel. Cairan sel tumbuhan pada umunya merupakan larutan hipertonis dibandingkan dengan cairan disekelilingnya, misalnya pada bulu akar dibandingkan dengan air tanah. Cairan ini sebagaian besar menempati vakuola. Osmosis juga dapat terjadi dari sitoplasma ke organel-organel bermembran. Osmosis dapat dicegah dengan menggunakan tekanan. Oleh karena itu, ahli fisiologi tanaman lebih suka menggunakan istilah potensial osmotik yakni tekanan yang diperlukan untuk mencegah osmosis. Sel tumbuhan mengambil air dari sekelilingnya dengan cara osmosis. Air masuk vakuola dan menekan protoplasma, protoplasma menekan dinding sel, tekanan pada

dinding sel ini disebut tekanan turgor. Karena tekanan turgor dinidng sel sedikit mengembang pada saat tekanan turgor dinding sel mengembang secara maksimum dikatakan sel mempunyai turgor penuh atau turgid penuh. Jika tumbuhan kekurangan air akan terjadi plasmolisis pada sel-selnya, makan tumbuhan akan menjadi layu. Di dalam kehidupan sehari-hariperistiwa terjadinya plasmolisis jika tanaman layu karena kekurangan air, sedangkan tegaknya tumbuhan muda atau daun disebabkan sel-selnya dalam keadaan turgor penuh. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Potensial Osmotik Meskipun potensial osmotik tidak dipengaruhi oleh tekanan, tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya, yaitu : a. Konsentrasi Meningkatnya konsentrasi suatu larutan akan menurunkan nilai potensial osmotiknya. Bila zat terlarut buka elektrolit dan molekulnya tidak mengikat air hidrasi, maka potensial osmotik larutan tersebut akan sebanding dengan konsentrasi molalnya. b. Ionisasi molekul zat terlarut Potensial osmotik suatu larutan tidak ditentukan oleh macam zatya, tetapi ditentukan oleh jumlah zat partikel (ion, molekul dan partikel koloid) yang terdapat di dalam larutan tersebut. PO lebih bergantung pada perbandingan antaraa jumlah pelarut dengan partikel yang dikandungnya. c. Hidrasi molekul zat terlarut Air yang berionisasi dengan partikel zat terlarut biasanya disebut air hidrasi. Air dapat berionosasi dengan ion, molekul atau pertikel koloid. Dampak dari air hidrasi adalah larutan menjadi lebih pekat. d. Suhu Potensial osmotik suatu larutan akan berkurang nilainya dengan naiknya suhu. Potensial osmotik suatu larutan yang ideal akan sebanding dengan suhu absolutnya.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis percobaan yang dilakukan adalah percobaan eksperimental, karena percobaan dilakukan di laboratorium dan pada percobaan ini terdapat variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon. 3.2 Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut: - Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa (0,28 M; 0,26 M; 0,24 M; 0,22 M; 0,20 M; 0,18 M; 0,16 M; 0,14 M) - Variabel kontrol : Jenis sel sama, yaitu sel epidermis alium cepa. Jumlah sayatan epidermis Rhoe discolor yaitu selapis sayatan. Perbesaran mikroskop 10x Waktu perendaman sayatan epidermis dalam larutan sukrosa yaitu 30 menit. - Variabel respon : Persentase sel epidermis bawang merah (alium cepa) yang terplasmolisis 3.3 Alat dan Bahan a. Alat 1) Mikroskop 2) Kaca arloji dan cawan petri 8 buah 3) Kaca benda dan kaca penutup 4) Pisau/silet 5) Gelas beaker 100 ml 6) Pipet

b. Bahan 1) Umbi lapis bawang merah yang jaringan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna. 2) Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M ; 0,26 M ; 0,24 M ; 0,22 M ; 0,20 M ; 0,18 M ; 0,16 M dan 0,14 M. 3.4 Langkah Kerja 1) Menimbang. Buatlah larutan sukrosa dari konsentrasi ang terbesar yaitu 0,28 M, dengan cara menimbang sebanyak 95,76 gr Kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades sehingga volumenya menajadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan yang lebih rendah, dapat digunakan rumus sebagai berikut : V 1.M 1 = V 2.M 2 Dengan: V 1 = volume awal ; M 1 = konsentrasi awal V 2 = volume akhir ; M 2 = konsentrasi akhir 2) Mengukur. Siapkan 8 buah kaca arloji, isi masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan beri label pada masing-masing kaca arloji berdasarkan konsentrasi larutan. 3) Ambil umbi lapis bawang merah, kemudian sayatlah lapisan epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Usahakan menyayat selapis sel. 4) Rendamlah sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang sama. Catat waktu mulai perendamannya. 5) Mengamati. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan menggunakan mikroskop. 6) Menghitung. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.

3.5 Alur Kerja Membuat larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar 0,28 M hingga yang terkecil 0,14 M Mengisi kaca arloji dengan 5 ml larutan sukrosa, masing-masing dengan konsentrasi yang berbeda Buatlah sayatan tipis daun Allium cepa Rendam sayatan kedalam maing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda (setiap konsentrasi diisi sayatan yang sama) Catat waktu mulai perendaman Setelah 30 menit, amati dengan mikroskop Menghitung jumlah sel 1 lapang pandang sel yang terplasmolisis (presentase) terhadap jumlah sel seluruhnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Hasil Pada praktikum yang kami lakukan, dapat diketahui bahwa jumlah sel daun Allium cepa yang terplamolisis terus bertambah seiring dengan meningkatnya konsentrasi larutan sukrosa. (tabel 1) Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Persentase Sel yang Mengalami Plasmolisis pada Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi sukrosa (M) Ʃ Seluruh sel Ʃ Sel terplasmolisis % Sel terplasmolisis 0,14 328 43 13,10 0,16 245 63 25,71 0,18 110 37 33,63 0,20 145 50 34,48 0.22 118 42 35,59 0,24 226 117 51,80 0,26 303 238 78,54 0,28 96 90 93,75 Dengan : Suhu ruangan ( t ) = 28 0 C M = 0,237 M TO sel = 5,85 atm 4.2 Analisis Data Berdasarkan data diatas, dapat dianalisis bahwa konsentrasi larutan sukrosa mempengaruhi jumlah sel dan persentase sel Allium cepa yang mengalami plasmolisis. Pada konsentrasi larutan sukrosa yang tinggi, persentase sel yang terplasmolisis banyak. Hal ini dapat dilihat pada data yang menunjukkan bahwa pada konsentrasi 0,28 M persentase sel yang terplasmolisis sebesar 93,75%, sedangkan pada konsentrasi larutan sukrosa yang rendah, jumlah sel yang terplasmolisis juga

Presentase sel yang terplasmolisis (%) rendah, hal ini dapat dilihat pada konsentrasi 0,14 M persentase sel yang terplasmolisis sebesar 13,10 %. Sedangkan pada konsentrasi 0,26 jumlah sel yang terplasmolisis 78,54%, konsentrasi 0,24 jumlah sel yang terplasmolisis 51,80%, konsentrasi 0,22 jumlah sel yang terplasmolisis 35,59%, konsentrasi 0,20 jumlah sel yang terplasmolisis 34,48%, konsentrasi 0,18 jumlah sel yang terplasmolisis 23,63%, dan konsentrasi 0,16 jumlah sel yang terplasmolisis 25,71%. Persentase sel yang terplasmolisis didapatkan dengan rumus : % = n N x 100% Dengan : n = jumlah sel terplasmolisis N = jumlah sel keseluruhan Dari hasil yang didaptkan diatas kemudian dibuat grafik untuk mencari konsentrasi yang mneyebabkan 50% sel terplasmolisis. 100 93.75 90 80 70 78.54 60 50 40 30 25.71 33.63 34.48 35.59 51.8 20 10 13.10 0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,28 Konsentrasi sukrosa (M) Grafik Pengaruh Konsentrasi Sukrosa terhadap Plasmolisis Sel Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis adalah 0,237 M, hasil ini di peroleh dengan cara menarik garis lurus pada sumbu Y

(persentase sel terplasmolisis) yaitu pada persentase 50 % dengan sumbu X (konsentrasi sukrosa) hingga bertemu di titik X=0 yang dilewati grafik. Pada percobaan ini, didapatkan nilai tekanan osmotik (TO) sel sebesar 5,85 atm. 4.3 Pembahasan Dari hasil analisa di atas maka dapat diperoleh bahwa semakin pekat konsentrasi larutan sukrosa yang digunakan untuk merendam sayatan epidermis Allium cepa maka semakin banyak pula sel epidermis yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari perbedaan potensial air di dalam dan di luar sel. Potensial air yang ada di dalam sel lebih besar dari pada potensial air yang ada di luar sel. Oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmosis, maka potensial osmosis yang ada di dalam sel juga lebih besar dari pada potensial osmosis yang ada di luar sel. Hal inilah yang menyebabkan berpindahnya molekul air di dalam sel menuju ke luar sel yang dalam praktikum kali ini molekul air berpindah dari sel epidermis Allium cepa menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas dari dinding sel, peristiwa yang terjadi pada sel epidermis Allium cepa ini biasa disebut dengan Plasmolisis. Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,237 M jumlah sel yang mengalami plasmolisis telah mencapai 50%. Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut merupakan kondisi yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potential air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa maupun di luar sel (pada larutan sukrosa) menjadi sama, sehingga tidak terjadi lagi difusi air karena air yang masuk ke dalam sel epidermis Allium cepa dan air yang keluar meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama atau dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam dan di luar sel juga akan sebanding atau sama. Setelah diketahui bahwa pada konsentrasi M, jumlah sel epidermis Allium cepa mencapai 50%, maka dapat dihitung nilai tekanan osmosis yang ada pada sel epidermis Allium cepa,

TO = 22,4 x M x T 273 = 22,4 x 0,237 x (273 +28 C) 273 = 5,85 atm 4.4. Diskusi 1. Jelakan mengapa terjadi proses plasmolisis. Dukung dengan data yang anda peroleh. Jawab: Plasmolisis dapat terjadi karena terlepasnya membran sel dari dinding sel akibat air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel. Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat diketahui bahwa dengan semakin pekat atau tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang mengalami plasmolisis. Hal tersebut disebabkan oleh potensial air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena potensial air berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka potensial yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa juga akan lebih besar dibandingkan dengan potensial osmosis yang ada di luar sel. Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan sel yang tampak pada satu lapang pandang jika konsentrasi larutan sukrosa 0,237 M, karena pada kondisi tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis Allium cepa maupun di luar selnya menjadi sama atau bias disebut dalam keadaan yang isotonic.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1) Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, semakin tinggi presentase sel Allium cepa yang terplasmolisis. 2) Konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% sel Allium cepa yang mengalami plasmolisis ialah 0,237 M. 3) Tekanan osmosis sel cairan sel Allium cepa yang didapatkan sebesar 5,85 atm, dengan menggunakan rumus : TO sel = 22,4 x M x T Dengan : M = konsentrasi yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis (0,237 M) T = suhu ruangan (301 K) 5.2 Saran Pada praktikum Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel, perlu ditingkatkan ketelitian dan kehatian-hatian oleh para praktikan dalam setiap langkah kerja yang dilakukan, karna kesalahan kecil yang dilakukan dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh sehingga nantinya tidak sesuai dengan teori yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam membuat sayatan Allium cepa harus selapis sel, karena jika tidak didapatkan selapis sel maka akan mempersulit praktikan dalam melakukan pengamatan menggunakan mikroskop. Hal lain yaitu lama waktu perendaman Allium cepa dalam larutan sukrosa harus benar-benar di control,karena selisih waktu beberapa menit saja menyebabkan sel yang terplasmolisis lebih banyak lagi.

DAFTAR PUSTAKA Dwidjoseputro, D, Prof. DR. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia. Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga. Loveless. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta: PT Gramedia. Sasmita, Drajat ; Arbasyah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:ITB Press. Salisbury, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:ITB Press. Rahayu, Yuni Sri. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA UNESA Bidwell. R.G.S.1979. Plant Physiology edition 2. Macmillion Publishing. Co : New York Dwidjoseputro. D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia : Jakarta

Lampiran 1. Perhitungan Tabel Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Persentase Sel yang Mengalami Plasmolisis pada Bawang Merah (Allium cepa) Konsentrasi sukrosa (M) Ʃ Seluruh sel Ʃ Sel terplasmolisis % Sel terplasmolisis 0,14 328 43 13,10 0,16 245 63 25,71 0,18 110 37 33,63 0,20 145 50 34,48 0.22 118 42 35,59 0,24 226 117 51,80 0,26 303 238 78,54 0,28 96 90 93,75 Perhitungan persentase sel terplasmolisis = Jumlah sel terplasmolisis / jumlah sel x 100 % Pada konsentrasi 0,14 M = x 100% = 13,10% Pada konsentrasi 0,16 M = x 100% = 25,71% Pada konsentrasi 0,18 M = x 100% = 33,63% Pada konsentrasi 0,20 M = x 100% = 34,48% Pada konsentrasi 0,22 M = x 100% = 35,59% Pada konsentrasi 0,24 M = x 100% = 51,80% Pada konsentrasi 0,26 M = x 100% = 78,54% Pada konsentrasi 0,28 M = x 100% = 93,75% Jadi tekanan osmotiknya sebesar 6,19 atm

Lampiran 2. Dokumentasi Konsentrasi (M) Sebelum Terplasmolisis Keterangan Setelah Terplasmolisis 0,14 0,16 0,18

0,20 0,22 0,24

0,26 0,28