PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

alat ukur waterpass dan theodolit

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

PENGUKURAN WATERPASS

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB VI PENGUKURAN JARAK LANGSUNG

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

THEODOLITE T2 CARA KERJA PENGGUNAAN. Disusun oleh : Kelompok 3 Survei dan Pemetaan (A)

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

SURVEYING (CIV -104)

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 PENGUKURAN JARAK LANGSUNG PADA AREA MENDATAR, MIRING, DAN TERHALANG

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

BAB I. Laporan Praktikum 1

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

METODA-METODA PENGUKURAN

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

BAB IV METODE PENELITIAN

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

BAB X PINTU DAN JENDELA

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

NERACA. Neraca Ohauss

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

PENGENDALIAN MUTU KLAS X

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

BUKU BAHAN AJAR SURVEYING 1

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

2/6/2014 PENGUKURAN SUDUT

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

LABORATORIUM KONSTRUKSI DASAR (Sumber : Teknik Konstruksi Bangunan Gedung, AG. Thamrin, 2008)

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

PENGKURAN JARAK DAN SUDUT

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

MENGGAMBAR GARIS. Yesi Marlina 87678/2007

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

Can be accessed on:

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Transkripsi:

PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK D I S U S U N OLEH :. Astrin Monika Tampubolon. Brando Sinuraya. Devita Sari Manihuruk. Meltina Monalisa Ginting 5. Michael Hizkia Nababan 6. Nurhadi Syahputra 7. Ricky Saputra SI-B Dosen : Galio Budianto, BET., MSC D TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN

KATA PENGANTAR Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahannyalah makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu dan sesuai dengan yang diharapkan. Makalah Ilmu Ukur Tanah ini mengenai Pengukuran Sudut dengan theodolite, Beda Tinggi dengan alat sipat datar, dan jarak dengan meteran dimana makalah ini adalah makalah dari materi pertamadi semester jurusan d teknik sipil. Dalam proses pendalaman materi proses pembuatan makalah pengukuran beda tinggi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, dari dosen Ilmu Ukur Tanah kami yang terhormat Bapak Galio Budianto untuk itu kami mengucapkan rasa terima kasih kami yang sedalam-dalamnya tanpa arahan dari Bapak mungkin makalah ini tidak bisa terselesaikan dengan baik. Kami telah melakukan yang terbaik dalam proses penyelesaian laporan ini tetapi kami sadar bahwa di dalam laporan ini mungkin masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu kami mohon maaf jika terjadi kesalahan maupun kekurangan dalam laporan penulisan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Demikianlah laporan ini kami perbuat kami ucapkan terimakasih. Medan, Mei 05 Penulis

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar belakang... Tujuan... Manfaat... Rumusan masalah... BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. Tinjauan teoritis... Pengenalan alat... Cara kerja... Hasil pengukuran... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... B. Saran... Daftar Pustaka... Dokumentasi... BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Ilmu ukur tanah merupakan bagian kecil dari ilmu yang lebih luas. Ilmu Ukur Tanah memiliki Tujuan ilmiah. Tujuan Ilmiahnya adalah untuk menentukan bentuk permukaan bumi, sedangkan tujuan praktisnya adalah untuk membuat gambaran yang dinamakan peta, dari sebagian besar atau sebagian kecil bentuk permukaan bumi. Ilmu ukur tanah untuk jurusan sipil hanya mempelajari tujuan praktisnya saja, yaitu untuk membuat peta bagi keperluan-keperluan teknik sipil. Salah satu materi yang dipelajari dalam ilmu ukur tanah salah satunya adalah pengukuran sudut. Pengukuran beda tinggi adalah suatu pekerjaan pengukuran untuk menentukan beda tinggi beberapa titik dimuka bumi terhadap tinggi muka air laut rata-rata. Pekerjaan ini dapat pula diaplikasikan pada pekerjaan konstruksi bangunan dimana titik titik konstruksi harus ditentukan ketinggiannya atau elevasinya. Untuk pekerjaan pengukuran pada pekerjaan konstruksi memerlukan alat pengukur beda tinggi yang mempunyai akurasi yang tinggi. Alat yang biasa dipakai pada pekerjaan pengukuran beda tinggi adalah Water pas, selang ukur dan atau Pesawat Penyipat Datar. Alat Pesawat Penyipat Datar yang dipakai untuk Melakukan pekerjaan pengukuran beda tinggi harus mempunyai akusari yang disyaratkan, artinya alat tersebut harus akurat, sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang tepat. C. TUJUAN Setelah pembelajaran mahasiswa dapat:. Menjelaskan syarat syarat mengukur beda tinggi dilapangan. Menyebutkan sumber sumber kesalahan mengukur beda tinggi. Menjelaskan teknik mengukur beda tinggi. Mengukur beda tinggi garis lurus dilapangan 5. Mahasiswa mengetahui cara membaca benang silang diafragma pada rambu ukur. 6. Mahasiswa mengetahui cara penulisan data lapangan ke buku lapangan dan mengetahui cara pembuatan sket lapangan. D. MANFAAT. Pengukuran menggunakan theodolit bermanfaat untuk D. RUMUSAN MASALAH

BAB II PEMBAHASAN A. TINJAUAN TEORITIS. Pengukuran Sudut dengan Theodolite Theodolite adalah alat untuk mengukur sudut. Pada pandangan pertama, alat ini terlihat sebagai suatu alat yang agak rumit. Namun demikian, cara kerjanya dapat dipelajari dengan lebih cepat jika alat ini dipisah-pisahkan dalam bentuk bagan (diagram) ke dalam bagian-bagiannya dan masing-masing dijelaskan secara mandiri.. Penggolongan Theodolite Sebuah theodolite umumnya digolongkan menurut cara yang dipakai untuk membaca lingkaran, kegunaan, dan ketelitiannya. Penggolongan yang utama adalah menurut cara yang dipakai untuk membaca lingkaran. Cara-cara tersebut adalah:. Vernier. Skala optis atau micrometer optis. Theodilite Vernier Seperti tersebut pada namanya, theodolite ini dibaca dengan menggunakan skala vernier, salah satu skala tambahan, yang memungkinkan pembacaan sampai 0 detik. Bagian-bagian utama theodolite seperti terlihat pada gambar. adalah: Gambar.. Bagian-Bagian Theodolite

a. Tripod/ Statif/ Kaki Tiga Kegunaan tripod adalah untuk mendukung kedudukan theodolite. Tripod dapat berbentuk teleskopik (mempunyai kaki yang dapat diubah-ubah panjangnya) atau tripod dapat juga memiliki kaki yang tetap panjangnya. b. Landasan Theodolite (Trivet) Landasan theodolite adalah dasar alat ukur yang datar yang disekrup-kan pada tripod dan menunjang kaki-kaki skrup penegak c. Tribrach Tribrach adalah badan alat ukur yang menunjang seluruh bagian alat lain. Tribrach ini mempunyai bagian yang berlekuk, dudukan yang berbentuk seperti kerucut pada mana bagian-bagian alat ukur yang lain ditumpangkan diatasnya. Jika alat ukur sedang dipakai maka tribrach harus benar-benar mendatar. d. Pengaturan penengakan (Leveling Footscrew) Untuk memungkinkan tribrach ditegakkan, sekrup-sekrup penegak dipasangkan antara tribrach dengan landasan theodolite. Gerakan-gerakan sekrup kaki akan mengetengahkan gelembung nivo tabung piringan yang terletak pada piringan penutup lingkaran mendatar. Kepekaan nivo tabung ini sekitar mm ± 0 detik sudut. e. Lingkaran Mendatar atau Piringan Bawah Lingkaran mendatar ini dipasangkan di atas suatu gelondong (spinale) yang berlekuk. Gelondong ini dipasangkan pada dudukan yang berlekuk dari tribrach. Gelondong ini bebas berputar dalam tribrach dan karenanya lingkaran dapat diputar dan dihentikan dalam sembarang kedudukan. Lingkaran dapat ditahan pada kedudukan ini dengan menggunakan sekrup pengunci piringan bawah yang jika dikeraskan akan mengunci dudukan tribrach pada gelondong lingkaran. Walaupun sekrup pengunci telah dikeraskan, sedikit gerakan masih mungkin bisa dilakukan dengan sekrup penggerak halus yang juga disebut sekrup tangensial. Lingkaran mendatar berupa suatu piringan logam dengan garis tengah 5mm, dibagi-bagi dengan teliti dalam bagian-bagian derajat dan dua puluhan menit (0 ) dan dinomori searah dengan arah jarum jam selang lima derajat (5 ) (gambar.)

Gambar.. Skala Vernier f. Piringan Penutup pada Lingkaran Mendatar atau Piringan Atas Piringan penutup terletak pada suatu gelondong pusat yang terpasang dalam dudukan berlekuk dari lingkaran mendatar. Karena itu bisa bebas berputar terhadap lingkaran yang juga bisa bebas berputar dalam dudukan tribrach seperti telah diterangkan sebelumnya. Lingkaran mendatar secara keseluruhan tertutup oleh piringan penutup yang anti debu. Pembacaan lingkaran dilakukan melalui jendela yang terletak pada penutup. Suatu tanda penunjuk atau vernier yang tetap ditempelkan pada piringan penutup dan bergerak di atas lingkaran mendatar jika piringan penutup diputar (gambar.). Suatu sekrup pengunci piringan atas tersedia dan berguna untuk mengunci lingkaran mendatar dan vernier secara bersamaan. Suatu alat untuk gerakan halus memungkinkan vernier bergerak secara terbatas di atas lingkaran walaupun sekrup pengunci piringan atas dikunci. g. Sekrup-Sekrup Pengunci Piringan Atas dan Bawah Hampir seluruh gerakan theodolite diatur oleh kedua sekrup pengunci ini dan sekrup gerakan halusnya. Karena itu sangat penting untuk betul-betul mengerti cara penggunaannya. Jika kedua pengunci terbuka, piringan atas bebas berputar dan vernier dapat berputar di atas piringan bawah, yang juga bebas berputar relative terhadap tribrach. Vernier dapat digerakkan ke sekeliling piringan atas sampai panah penunjuk terbaca nol atau pembacaan apapun pada piringan bawah. Jika pengunci piringan atas dikeraskan, hubungan antara vernier dan piringan bawah akan tetap. Karena itu, keduanya dapat diputar bersamaan untuk diarahkan pada arah yang diinginkan. Sebagai alat untuk membidik, sebuah teropong dipasangkan

pada piringan penutup. Karena vernier juga dipasang pada piringan penutup, teropong dan vernier selalu bergerak bersama-sama. Jika pengunci piringan bawah dikeraskan pada kedudukan ini, alat ukur tak dapat digerakkan. Jika pengunci piringan atas dilonggarkan, maka vernier akan berjalan di atas piringan bawah yang diam. Perbedaan pembacaan pada piringan bawah menyatakan besarnya sudut. Pada kenyataannya, terdapat dua vernier pada theodolite vernier. Vernier-vernier tersebut terletak pada sisi-sisi yang berlawanan dari garis tengah lingkaran. Karena itu, ketika vernier A mengukur suatu sudut, tetapi pembacaan yang didapat berbeda 0º dari pembacaan-pembacaan pada vernier A. h. Kerangka A atau Standard/Support Terpasang secara langsung pada piringan penutup adalah kerangka yang menunjang teropong. Dalam keadaan teropong miring ke atas, kerangka mempunyai bentuk yang khusus dalam bentuk huruf A (gambar.). i. Sumbu Pengalihan atau Trunnion Sumbu pengalihan bertumpu pada badan dudukan dan dikokohkan kedudukannya oleh sekrup pengunci. Teropong dan lingkaran tegak bertumpu pada sumbu pengalihan. Ketiganya berputar dalam bidang tegak tetapi dapat dikunci dalam kedudukan apapun dalam bidang tersebut oleh suatu pengunci yang dikenal dengan nama pengunci teropong (gambar.). Sekali lagi, sejumlah gerakan tertentu dimungkinkan oleh suatu alat penggerak halus. Gambar.. Pengunci Teropong

Teropong telah dijelaskan secara lengkap, termasuk bagaimana jalan-jalan sinar masuk dalam teropong, pada bab IX. Suatu persyaratan umum untuk suatu teropong theodolite vernier adalah: - Alat pemfokusan dalam yang anti kelembaban dan anti karat - Jarak pemfokusan terpendek m - Perbesaran kali - Garis tengah gelas objek mm - Besar sudut lapangan º" Lingkaran tegak, dengan garis tengah 00mm, ditumpukkan pada teropong dan dibagi-bagi dalam gelang derajat dan dua puluh menit seperti terlihat dalam gambar..a. Seperti halnya lingkaran mendatar, pembacaan lingkaran tegak dilakukan melalui jendela-jendela pada piringan penutup lingkaran. Lingkaran tersebut dibaca dari dua buah vernier, C dan D. Keduanya tetap tidak bergerak ketika lingkaran berputar, hal mana bertolak belakang dengan metoda pengukuran sudut mendatar. Gambar.. Lingkaran Tegak j. Nivo Tabung Tinggi Sudut yang diukur dalam suatu bidang tegak harus diukur relatif (nisbi) terhadap suatu garis yang benar-benar mendatar. Garis tersebut adalah garis yang melalui panah indeks vernier C dan D dan dipertahankan dalam kedudukan mendatar oleh nivo tabung tinggi (gambar.). Dapat dilihat dari diagram bahwa nivo tabung dan vernier C dan D dipasangkan pada suatu bingkai T yang dibuat mendatar dengan mengaktifkan sekrup penjepit terhadap standard. Nivo tabung tinggi lebih peka dari pada nivo tabung piringan. Kepekaannya mm = 5 detik.

k. Gerakan Pengunting (Centering Motion) Karena theodolite harus dapat diletakkan tepat di atas titik survey, alat ini dilengkapi dengan suatu gerakan pengunting yang umumnya dipasang di atas tribrach untuk bergerak relatif terhadap tribrach. Karena keseluruhan gerakan hanya 0mm, alat ukur harus ditempatkan dengan sangat teliti di atas titik survey sebelum gerakan pengunting dipakai. l. Pengunting Optis Pada beberapa theodolite vernier terdapat suatu alat pengunting optis yang sangat membantu untuk mengunting alat ukur, terutama pada cuaca yang berangin. Gambar.5 adalah suatu penampang tegak suatu alat pengunting optis. Jika theodolite didirikan dengan baik dan ditegakkan, pengamat dapat melihat titik survey di atas tanah melalui lensa pembaca alat pengunting optis. Garis pandangnya dibelokkan tegak lurus ke bawah oleh prisma 5º yang ada pada alat pengunting. Gerakan mengunting memungkinkan theodolite diletakkan secara cepat di atas titik survey. Gambar.5. Pengunting Optis. Metode Repitisi

Untuk mengurangi banyaknya pembacaan pada lingkaran, suatu metode pengukuran dikenal sebagai penambahan pengulangan atau repetisi pembacaan yang dilakukan. Metode ini mempunyai nilai yang khusus jika sudut-sudut kecil seperti sudut XYZ dalam gambar.9 akan diukur. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:. Untuk mengaktifkan fungsi penomoran horizontal secara manual, lepaskan penguncinya dan putarlah piringan horizontal ke kiri dan ke kanan sampai alat ini berbunyi dan untuk penomoran vertikal, lepaskan penguncinya dan putarlah piringan vertikal ke atas dan ke bawah. Ketika fungsi penomoran ini telah aktif, alat ini sudah siap untuk digunakan.. Pada kedudukan biasa, arahkan alat ukur ke titik target X.. Setelah itu, set sudut horizontal ke 00º00'00" dengan menekan tombol sebanyak dua kali.. Buka pengunci piringan horizontal dan secara hati-hati arahkan alat ke titik target Z. Kunci kembali piringan horizontal lalu baca hasilnya (0º06'0"). 5. Tekan tombol sebanyak dua kali. Kemudian, buka pengunci piringan horizontal dan arahkan alat kembali ke titik X. Setelah benar-benar tepat di titik target P, kunci piringan horizontal. Tekan tombol sekali saja untuk mengaktifkan. Kemudian, sekrup pengunci piringan horizontal dibuka kembali dan arahkan kembali alat ke titik target Z. Pembacaan pada alat ukur sekarang menjadi dua kali harga sudut tersebut, tetapi tidak dicatat. Gambar.9. Pengukuran Sudut Horizontal PQR Dengan Cara 6. Ulangi langkah 5 beberapa kali dan harga sudut-sudut tersebut akan ditambahkan pada lingkaran. Jika, katakanlah, setelah 6

kali pengukuran lingkaran dibaca dan besarnya º6'" didapat, maka besar sudut rata-ratanya adalah: 7. Sudut XYZ = 6'" 0 06'0" 6. Ulangi kembali pengukuran sudut tersebut untuk enam kali juga pada kedudukan luar biasa dan dapatkan besar sudut rataratanya dengan mengurangkan pembacaan pertama pada titik X dari pembacaan akhir pada titik Z dan bagilah hasil terbut dengan enam. Katakanlah XYZ = 0º06'0". 9. Harga akhir XYZ = 0 06'0" 0 06'07" 0 06'05" Harus dicatat bahwa pada seluruh pengukuran di atas tidak perlu dimulai pada besaran sudut 00º00'00".. Akurasi dan Presisi Dalam percakapan sehari-hari, akurasi dan presisi adalah istilah yang sering digunakan secara bergantian. Namun, makna ilmiah mereka sangat berbeda. Akurasi adalah ukuran seberapa dekat suatu hasil pengukuran dengan nilai yang benar atau diterima dari kuantitas besaran yang diukur. Presisi adalah ukuran dari seberapa dekat serangkaian pengukuran satu sama lain. Pengukuran yang tepat sangat mudah direproduksi (atau diulang ditempat yang lain), bahkan jika pengukuran tidak dekat dengan nilai yang benar. Anak panah yang dilemparkan pada papan dart sangat membantu dalam menggambarkan perbdaan antara akurasi dan presisi. a. Untuk mengukur panjang,terdapat macam-macam alat ukur,seperti meteran, mistar, jangka sorong, atau micrometer skrup. Pilihlah alat ukur yang digunakan sesuai dengan ukuran dan sifat benda yang akan diukur.meteran sama hal nya dengan mistar memiliki dua satuan ukur yaitu cm dan inci.namun,untuk mengukur panjang jarak gunakanlah satuan cm agar memudahkan dalam proses perhitungan.dalam pengukuran tentunya kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, namun kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan tersebut dengan cara-cara yang tepat. Dalam pengukuran tentunya kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang

mungkin terjadi,namun kita dapat menghindari kesalahn-kesalahan tersebut dengan cara-cara yang tepat. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah : ) Kurangnya pengalaman pengukur, pengukuran harus dilakukan berulang-ulang agar dapat melatih pengukur agar mendapatkan hasil yang lebih baik. ) Kecerobohan pengukur, pengukur harus telitih pada saat membaca alat ukur. ) Kerusakan alat yang digunakan, kesalahan ini biasanya terjadi pada pangkal alat ukur (meteran) yang bengkok. ) Penggunaan meteran atau alat ukur yang tidak benar, Pengukur harus melakukan pengukuran yang tepat dengan melihat angka awal sebagai acuan bisa dari titik 0,0,0,dst. b. Meteran sama hal nya dengan mistar memiliki dua satuan ukur yaitu cm dan inci.namun,untuk mengukur panjang jarak gunakanlah satuan cm agar memudahkan dalam proses perhitungan.dalam pengukuran tentunya kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi,namun kita dapat menghindari kesalahnkesalahan tersebut dengan cara-cara yang tepat.untuk mengukur panjang,terdapat macam-macam alat ukur,seperti meteran,mistar,jangka sorong,atau micrometer skrup.pilihlah alat ukur yang digunakan sesuai dengan ukuran dan sifat benda yang akan diukur. c. Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu (Basuki, S, 006). Menurut (Wongsotjitro, 90) arti melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu. d. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak, beda tinggi, dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan e. nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang tidak langsung didapat hasilnya tetapi harus melalui proses perhitungan terlebih dahulu. Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti pita ukur, pita baja, dan pegas ukur. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya digunakan untuk mengukur daerah yang tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat ukur seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan untuk pengukuran langsung di daerah yang luas.

Pengukuran tidak langsung dapat menggunakan peralatan seperti theodolith dan waterpass. f. Jalon dan Pen Serta Peralatan Lainnya Untuk Mengukur Jarak Pada pekerjaan ukur tanah, sebagian besar dari garis yang akan diukur biasanya sangat panjang dan lebih panjang dari pada panjang pita ukur itu sendiri. Untuk mengukur jarak secara langsung di lapangan dengan panjang beberapa ratus meter tersebut, peralatan yang biasanya digunakan adalah sebuah meteran panjang 0m atau 50m, satu atau dua buah jalon, beberapa buah pen, sebuah hand-level (water pass) jika lokasinya tidak datar dan buah unting-unting. Jalon umumnya berdiameter / atau dan panjangnya m. Salah satu ujungnya runcing agar supaya mudah ditancapkan ke dalam tanah dan dicat selang-seling dengan warna merah dan putih yang panjangnya 0cm. Jalon digunakan sebagai arah acuan pengukuran dan biasanya ditancapkan dititik awal dan akhir dari jarak yang akan diukur. Beberapa pen digunakan untuk menandai posisi terkhir dari jarak yang sudah diukur sepanjang garis ukur. Biasanya pen terbuat dari besi padat/besi beton yang berdiameter 0mm dengan panjang berkisar antara 0 sampai 60 cm. Salah satu ujungnya diruncingkan dan yang lain dibuat bulatan berdiamter 0cm untuk tempat mengikatkan pita, biasanya pita berwarna merah ataupun kuning, agar garis ukur dapat lebih jelas terlihat diantara rerumputan maupun belukar. Hand-level (water-pass) digunakan untuk menjaga agar kedua ujung meteran/pita ukur benar-benar horizontal jika pengukuran dilaksanakan didaerah yang mempunyai kemiringan. Unting-unting digunakan untuk membantu meletakkan titik-titik ukur agar benarbenar berada di titik yang akan diukur jaraknya Peralatan-peralatan tersebut di atas serta peralatan lainnya dapat dilihat pada gambar. di bawah ini:

g. Pengukuran Jarak Pada Garis Yang Panjang Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh dua orang, Satu orang sebagai kepala regu yang bertugas untuk menarik pita ukur ke arah yang dikehendaki dan kemudian memberi tanda pada panjang pita ukur. Orang ini sambil mem-bawa 0 buah pen dan satu buah jalon. Kemudian satu orang lagi sebagai pembantu bertugas meluruskan pita ukur dan menghitung panjang dari pita ukur Jika suatu jarak A-B akan diukur, pertama-tama yang dilakukan adalah memasang jalon pada masing-masing titik. Si pembantu memegang titik nol dari pita ukur dan ditepatkan pada as jalon titik A (gambar.). Kemudian kepala regu menarik pita ukur kearah titik B (gambar. dan gambar.). Jika pita ukur sudah kencang, maka kepala regu memegang jalon untuk siap dipasang. Sementara itu, pembantunya memberikan aba-aba siap dite-gakkan jika jalon tepat pada garis lurus AB. Kemudian pita ukur ditarik kuat dan sebuah pen ditancapkan ke dalam tanah pada ujung pita ukur. Tahapan di atas diulang sampai mendekati titik B. Sambil mengikuti, si pembantu bertu-gas mengumpulkan pen ukur yang kemudian dihitung jumlahnya. Bagian yang tersisa, yaitu diantara pen terakhir dan titik B diukur panjangnya kemudian ditambahkan ke jumlah panjang sebelumnya untuk mendapatkan panjang totalnya. Gambar.. Jalon dan As Jalon

Gambar.. Mengukur Jarak Pada Garis Yang Panjang h. Pengertian Pengukuran Pengukuran adalah pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dalam satu lokasi dengan beberapa keterbatasan yang tertentu. Pengukuran-pengukuran yang kita lakukan tidak lepas dari kesalahankesalahan pengamatan. Kesalahan dalam pengamatan dapat digolongkan dalam jenis, yaitu : a) Kesalahan Kasar Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman, atau kurang perhatian. b) Kesalahan Sistematik Umumnya kesalahan sistematik disebabkan oleh alat-alat ukur sendiri seperti panjang pita ukur yang tidak standar, pembagian skala yang tidak teratur pada pita ukur dan pembagian lingkaran theodolit yang tidak seragam. Kesalahan ini juga dapat terjadi karena cara-cara pengukuran yang tidak benar. c) Kesalahan Random/Tak Terduga Kesalahan random terjadi karena hal-hal yang tak terduga sebelumnya, seperti adanya getaran udara atau undulasi, kondisi tanah tempat berdiri alat ukur yang tidak stabil, pengaruh kecepatan angin atau kondisi atmosfer, dan kondisi psikis pengamat.

B. PENGENALAN ALAT. Autolevel (Alat Sipat Datar) Automatic level digunakan untuk menentukan elevesi / tinggi atau beda tinggi suatu lantai, balok, bangunan dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Waterpas digunakan untuk mengecek ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi dari rencana pembangunan.. Tripod (Kaki Tiga) Kaki tiga atau Tripod dalam fotografi, adalah alat stan untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan tegak dan tegar. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelelahan fotografer dalam mengambil gambar dan mengurangi noise yang ditimbulkan oleh guncangan tangan fotografer.tripod biasanya dipakai jika fotografer menggunakan shutter speed di angka 0 atau lebih lambat atau menggunakan lensa kamera dengan focal lengthlebih dari 00 mm.. Payung Payung berguna untuk melindungi autolevel/alat sipat datar dari cuaca baik itu angin, panas matahari, cuaca buruk, dan yang lainnya sehingga pengukuran tssepat pada ukuran yang semestinya lebih akurat.

. Rambu Ukur Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya cm, panjang antara m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Kedua alat ini digunakan bersamaan dalam pengukuran sipatdatar. Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.. Theodolite Theodolite adalah alat untuk mengukur sudut. Pada pandangan pertama, alat ini terlihat sebagai suatu alat yang agak rumit. Namun demikian, cara kerjanya dapat dipelajari dengan lebih cepat jika alat ini dipisahpisahkan dalam bentuk bagan (diagram) ke dalam bagian-bagiannya dan masing-masing dijelaskan secara mandiri.. Meteran Baja Meteran / rol meter Meteran adalah alat yang di gunakan untuk mengukur jarak. Satuan yang umum digunakan di Indonesia adalah meter ( m ). Meteran dibuat dari baja, fiber maupun plastik. Bahan baja paling teliti untuk meteran karena angka muainya kecil, tidak mudah mulur waktu ditarik dan lendutannya kecil. Meteran terdiri dari bermacam-macam panjang ( m, m, 5m, 7.5m, 0m, 0m, 0m, 50m, dan 00m ). Hand Level Teropong pendatar tangan memiliki bagian utama yaitu teropong sebagai alat pembidik dan nivo sebagai alat yang menunjukkan kondisi mendatar. Teropong pendatar tangan digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar atau titik-titik yang sama tingginya dengan ketinggian teropong, menentukan beda tinggi antara dua titik/tempat, dan menentukan kemiringan atau lereng antara dua titik tempat.

5. Jalon Jalon adalah suatu batang bulat dengan diameter kurang lebih inchi, terbuat dari aluminium atau besi dan diberi warna merah putih. Panjang jalon biasanya m atau m. jalon berfungsi untuk menandai titik-titik tertentu yang akan diukur jarak atau ketiggiannya. C. CARA KERJA. Langkah-langkah menggunakan Theodolite a. Letakkan pesawat diatas statif atau kaki tiga lalu diikat dengan baut yang ada pada statif. b. Setelah pesawat terikat dengan sempurna pada statif baru pesawat yang sudah terikat pada statif diangkat dan diletakkan diatas patok yang sudah ada pakunya. c. kemudian tancapkan salah satu kaki tripod sambil kedua tangan memegang kedua kaki di tripod yang lainya, lalu lihat paku dibawah dengan bantuan centring, setelah paku terlihat baru kedua kaki yang kita pegang ditaruh pada tanah d. Setelah statif ditaruh semua dan patok serta pakunya sudah kelihatan (walau tidak tepat) baru diinjak ketiga kaki di statip agar posisinya kuat menancap ditanah dan alat tidak mudah goyang. e. Setelah posisi statip kuat dan tidak goyang barulah dilihat paku lowat centring, apabila paku tidak tepat maka kejar pakunya dengan menggunakan sekrup penyetel sambil melihat centring, karena dengan memutar sekrup penyetel. lingkaran petunjuk yang ada pada centring akan berubah dan arahkan lingkaran tersebut pada paku yang ada dipatok. f. Setelah itu barulah dilihat nivo kotak (bagian bawah). Apabila nivo kotaknya tidak ada ditengah maka posisi alat dalam keadaan miring. Untuk melihat dimana posisi alat yang lebih

tinggi maka lihat gelembung yang ada pada nivo kotak, apabila nivo kotaknya ada di Timur maka posisi alat tersebut lebih tinggi disebelah Timur maka kaki sebelah Timur dipendekkan atau yang sebelah Barat dinaikkan. g. Setelah posisi gelembung pada nivo kotak ada ditengah maka alat sudah dalam keadaan waterpass, walau masih dalam keadaan kasar. h. untuk menghaluskan agar posisinya lebih level maka gunakan nivo tabung cararanya : karena dibawah alat theodolit terdapat tiga sekrup penyetel maka sebut saja sekrup A, B, C. Pertama sejajarkan nivo tabung dengan kedua sekrup penyetel (bebas dan tidak terikat harus sekrup yang mana). Misalnya saja A dan B, setelah itu baru dilihat posisi gelembungnya. Apabila tidak ditengah maka posisi alat tersebut belum level maka harus ditengahkan dengan menggunakan sekrup A dan B. Setelah nivo tabung ada ditengah baru diputar 90 atau 70 dan nivo tabung ditengahkan dengan menggunakan sekrup yang C, setelah ditengah berarti posisi nivo tabung dan kotak sudah sempurna dan keduanya ada ditengah. i. Setelah itu baru dilihat centring apabila paku sudah tepat pada lingkaran kecil berarti alat tersebut sudah tepat diatas patok apabila belum tepat maka alat harus digeser dengan cara mengendorkan baut pengikat yang berada dibawah alat ukur. Setelah kendor geser alat tersebut agar tepat di atas paku tetapi jangan diputar, sebab kalau diputar posisi nivo pasti akan berubah banyak. j. Setelah posisi alat tepat diatas patok maka pengaturan nivo tabung diulangi seperti semula sehinga posisinya ditengah lagi, seperti pada waktu penyetelan pertama. k. Setelah selesai, tentukan titik acuan alat sebagai 0 00'00"(arah utara bumi dengan menggunakan kompas) dan juga tidak lupa untuk mengunci sekrup penggerak horizontal. l. Nyalakan layar dengan menggunakan tombol power. m. Kemudian setting sudut horizontal 0 00'00" dengan menekan tombol [0 SET] dua kali. n. Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol [V/%] Satu kali untuk mengetahui sudut vertical Dua kali untuk mengetahui persentase kemiringan o. Apabila di layar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R menunjukan pembacaan sudut biasa, dan bila ingin diubah menjadi pembacaan sudut luar biasa tekan tombol [R/L]. p. Setelah itu di ukur tingginya alat dengan meteran atau roll meter dan alat siap untuk digunakan.

. Langkah-langkah menggunakan Meteran Cara menggunakan meteran tidak terlalu sulit, cukup merentangkan meteran ini dari ujung yang satu ke ujung yang lain yaitu ke objek yang akan diukur. Tapi untuk mendapat kan hasil yang lebih akurat sebaikknya dilakukan oleh dua orang, orang pertama memegang ujung awal meteran dititik yang pertama dan meletakkannya tepat di angka nol pada meteran dan orang yang kedua memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, dan menarik meteran selurus mungkin dan meletakkan meteran di titik yang di tuju dan membaca angka pada meteran yang tepat dititik yang dituju. Teknik ini mempunyai keterbatasan pada pengontrolan besar sudut yang di peroleh dari hasil pengukuran dari kedua titik.. Langkah-langkah menggunakan Autolevel Dua buah syarat yang perlu di jawab dalam masalah kolimasi pada alat level ini adalah. Sumbu tegak benar benar tegak apabila gelembung nivo sudah di tengah tengahnya, dan garis bidik harus sejajar dengn garis nivo yang benar tersebut. ) Sumbu tegak a. Letakan sumbu teropong sejajar dengan dua buah sekrup penyetel, dan ketengahkan gelembung nivo dengan menggunakan kedua sekrup tersebut. Andaikan keslahan tersebut = e b. Putarlah teropong 90º derajat, atau sumbu teropong berada diats sekrup penyetel ketiga, dan aturlah ketiga gelembung nivo tersebut dengan hanya menggunakan sekrup ketiga. c. Ulangi kedua langkah diatas sehingganivo tetap berada di tengah. d. Pada kedudukan pertama kesalaahn yang terdapat adalah = e, namun pada kedudukan kedua, dimana teropong diputar sebesar 0º derajat, maka kemiringan sumbu yang terjadi adalah sebesar e. Besaran e tersebut dapat dilihat dengan menggesernya gelembung nivo, misalnya sebesar n. e. Kembalikan gelembung nivo kearh tengah dengan satu sekrup penyetel yang bersangkutan, yaitu sebesar n/ bagian skala. f. Kembalikan gelembung nivo ke tengah, dengan menyetel sekrup tabungnivo, yaitu sebesar n/ bagian skala sisinnya. g. Ulangi pekerjaan tersebut sehingga nivo berada di tengah tengah tabung nivo

D. HASIL PENGUKURAN Data Pengukuran Sudut Menggunakan Theodolite Alat Target Titik Hold Hold Horizontal 5 ''' 05 '50'' 57 0'06'' '5'' 79 59''' '9'' 00'5'' 57 6'5'' 70 '0'' 6 6'00'' 9 57'0'' 5 '00'' 96 05'00'' 0 00'0'' 7 '00'' 57 0'0'' 0 00'0'' 7 '00'' 0 56'55'' 79 57''' 00 5'6'' 09 '59'' 79 5'0'' 9 7''' 0 5'5'' ''' 6 '59'' Selisih Keterangan 0 00'7'' 0 00''' 0 0'00'' 0 00'0'' 0 00'0'' Luar Biasa 0 00'7'' Luar Biasa 0 00'0'' Luar Biasa 0 00''' Luar Biasa 0 00'0''

7 7 7 7 Alat Target Titik 9 9 9 9 5 5 6 5 05 9'5'' 7 59''' 5 9'50'' 6 09'5'' 6 00'57'' 0'5'' Horizontal 9 0'0'' 0 '5'' 0'09'' 9 '56'' 79 5'0'' 9 '5'' 9 7'5'' 79 5''' 9 5''' 5 9'50'' 59 '0'' 0'0'' 67 00'0'' 5 5'00'' 5'0'' 0 0'0'' 96 '50'' 6 5'0'' 0 9'0'' 0'00'' 5 09'0'' 7 0'50'' 0 00''' 0 00''' Selisih Keterangan 0 00'5'' 0 00'00'' Luar Biasa 0 00'00'' Luar Biasa 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00''

6 5 7 6 7 6 5 5 7 5 7 5 Alat Target Titik 6 6 7 7 7 7 0 7 0 7 0 0 9 '50'' 56 9'00'' 6 0'50'' 50 56'0'' 7 5'0'' 5 9'0'' 0 7'0'' 95 7'0'' 0 07'0'' 6 9'0'' 66 6'0'' Horizontal 7 '0'' '0'' 70 55'00'' 5 '0'' 5 0'0'' 6 '50'' 60 55'0'' 5 '50'' 5 0'0'' 75 '0'' 90 5'0'' 66 9'0'' 5 '0'' 00 '0'' 6 6'50'' 0 0'50'' 7 6'00'' '50'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' Selisih Keterangan 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00'' 0 00'00''

5 5 5 9 9 9 9 7 06''' 79 57'50'' 7 0'0'' 5 00'5'' 79 57'59'' 5''' 0'55'' 79 57''' 0''' 0'55'' 79 57''' 9 07'7'' 7 ''' 79 57''' 7 0'5'' 0 00'0'' Luar Biasa 0 00''' Luar Biasa 0 00''' Luar Biasa 0 00'5'' Luar Biasa 0 00''' Luar Biasa

PENGUKURAN KELOMPOK DAN KELOMPOK Titik Belakang,9,9,6,,,59 0 0,56,099 0,67,5 9 50 9 0,69,59,57,60,,67 50 5 5 50,,0 0,665,07 7 5 5 7,70,70,59,,, Rambu Tengah Depan,56,,95,,57,9, 0,905,06,,7,,65,5,90 0,65,50 0,7,05,79,5,,9,6,50 Naik Turun Elevasi 0,09 00,000 00,07 99,9 00,055 99,9 00,0 99,999 0,9 0,0 00,000 00,0 00,5 00,0 00,000 0,07 0, 0, 0, 0, 0,0 0,9 0,50 0,5 0,7 0, 0, 0,50 0,0 0,5 0,7 0,0 0,55 0,05 0,060 0,059 0,05 00,5 00,0 00,67 00,00 00,6 00,00 00,5 00,00 00,0 00,97 00,00 00,0 00,6 00,0 00,065 00,005 00,06 00,0

,6 9 9 0,95,650,,5,76,,60, 5,7,57,50,0 5 7 7 5,0,00,59, 5 5,00,67,5,95 7,,505,,60 7 6 7,,5,6,55 7,57,,56,50,565 0,9,59,,6,0 0,56 00,67 0,6 00,5 00,0 00,6 00,0 00,5 0,50 0,7 0,50 0,6 0,09 0,09 0,6,,5,7, 0,06 0,0,50,5,0,6 0,5,,06,70,67,,5,,6,59,5,5,9,6 0, 0,0 0,05 0,05 0,5 0, 0,5 0,5 0, 0,097 0,60 0,6 0,096 0,5 0,07 0,06 0,59 0,65 00,9 00,05 99,9 00,0 00,96 00,000 00,06 00,6 00,0 00,00 00,6 00,9 00,7 00,9 00,7 00,7 00,9 00,60 00,7 00,5 00,05 99,9 00,9 99,97 00,0 00,9 99,0 00,7 99, 00,00 99, 00,005

0 7,,96,,5,556 0, 0, 0,6 00,5 00,005 99,5 PENGUKURAN KELOMPOK DAN KELOMPOK Titik Belakang,6,6,95,,6,77 0 7 0,9,05,5,05 7 7,9, 7 6 6 7,5,05,05,7,75,099, Rambu Tengah Depan,7,9,5,7,6,,06,7,0,,9,59,,9,,00,0,59 Naik Turun 0,0 0, 0, 0,0 0, 0,07 0,0 0, 0,0 0, 0,6 0,6 0,59 0,5 0,06 0,06 0, 0,60 Elevasi 00,000 00,0 99,9 00,055 99,95 00,07 00,000 00,000 00,0 00,009 00,9 99,99 00,009 99,7 00,009 99,7 00,06 99,7 99,95 99,7 00,06 99,6 99,95

5 5,,, 0 9 0,9,0,5,0 0 0,99,55,75,9,0,7 0 5 5 0,7,,67,575,9,,5,9 6,55, 5,9,,76,5 5 0 0 5,5,09,55,50,,50,0,0,99,,6,99,6,,,0,75,0,,,0,50,9,70,7,9,569,90,569,70,90,,56,9,50,95,6 0, 0, 0,6 0, 0,00 0, 0, 0,006 0, 0,0 0,055 0,056 0,0 0, 99, 99,97 99, 99,9 99,97 99,95 99,56 99,9 99,97 99,9 99,70 99,69 99,77 99,69 99,79 99,9 0, 0,0 99,77 99,76 00,06 99,90 00,00 99,90 00,060 99,76 99,76 0,6 99,77 99,7 99,76 0,9 0,5 0, 0,0 0,0 0,0 0,5 0,0 00,000 99,99 00,060 99,9 00,000 0,0 0, 00,060 99,76 99,75 99,75 00,059 0,0 0, 0, 0, 0, 99,75

,60,,7 7,0,95,5,99,06,6 6,6,5 0,95,00 5,9,0,50,55,07,65 5,59,7 TITIK 5 6 7 9,99,,6,60,,57,6,05,9,7, 0,975,,,60,,59,99,9,99,, 0,057 99,6 99,77 99,67 99,7 0,09 0,00 0,057 99,77 99,779 99,77 0,06 0,06 0,06 0, 0, 0,06 0, 0,5 0,57 0,9 99,77 99,70 00,05 99,70 99,7 00,05 99,7 00,65 99, 00,07 0,0 0,06 0,05 0,05 0,05 0,0 0,09 0,00 99, 99,6 99,97 99,9 99,96 99,6 99,7 99,6 99, 99,6 KELOMPOK DAN KELOMPOK DAN RATA- KELOMPOK 00,000 00,07 99,9 00,055 KELOMPOK 00,000 00,0 99,9 00,055 RATA 00,000 00,0 99,9 00,055 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

0 5 6 7 9 0 5 6 7 9 0 5 6 7 9 0 5 6 7 9 50 5 5 5 00,0 00,0 00,05 00,5 00,6 00,9 00,7 99,97 99,6 99, 00,07 00,060 00,65 00,9 99,0 99,9 00,05 00,9 00,97 00,00 00,7 00,005 00,6 00,0 00,00 99,9 99, 99,69 99,76 99,97 99, 99,7 00,06 99,7 99,76 99,95 00,009 99, 99,9 00,0 0,000 50,0 50,6 0,000 50, 0,000 50,99 50,7 0,000 0,000 9,97 9,9 9,9 50,009 50,00 50, 0,000 0,000 0,000 9,97 9,909 9,6 9,7 9,969 9,906 9,96 00,0 99, 0,000 9,9 99,99 50,0 50,099 50,99 50,005 50,07 00,007 50,0 50,0 50,00 9,96 0,000 9,97

TABEL PENGUKURAN JARAK 50 TITIK MENGGUNAKAN METERAN No. 5 6 7 9 0 5 6 7 9 0 5 6 7 9 0 Titik Tinjau 9-9- 9-5 9-6 -5 - -5 6-7 7- -6 - - -5 5-6 -9 9-5 7-5 7- -7 9- - - - - - -5-0 - - -0 6-5 0-0-5 - Jarak (meter) 0,,000 6,660,0 6,5,5 7,6 6,05,50 0,0,95 7,60 5,76,7 7,79 66,75,6 75,56 9,50,0 7,007,95 5,0,95, 5,56 60,66 0,07 5,9 5,0 5,697,9 55,60 5,6

5 6 7 9 0 5 6 7 9 50 5 5 5 5 55 56 57 5 59 60 6 6 6 6 65 66 67 6 69 70 7 7 7 7 75 76 77 7 79 0 5- -9 9-50- 50-9 0- - - - 7-7- - 6- -5-5 - - - - 6-5-6-6-0 7- - 6-7- - -7 - -7 7- -5 5-7 7-6 9-5-6-50 5-50 7-0- - - - - 7-6,75,76 7,65 9,96,6,75,79 97, 7,7 6,7 75,565 5,95 5,,55, 9,56 0, 5,7 6,5 6,55,7,5, 6,5, 5,99 67,,67 6,097,657,776 9, 7,59,6 9,7 7,96,77 99, 5, 6,, 7,5,0,706,57 0

5 6 7 9 90 9 9 9 9 95 96 97 9 99 0 6- - 6-7 6-6-0-7 9-9-7 9-0 9-5-6-7-5-5 -6-7 - -0-5,7 5,05 9,9,, 6,95,6 0,76,,6 0,5 55,9,756 5, 6,,05,77 9,055 0, 0 0-6 0, 0-7,5 0-6,66 0-5 99,57 0 5-7 5,5 5 0 0-9 60, 6 0-5 5, 7 0-6 6, 0-7,05 9 -,77 0-0 9,055

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/departemen-bangunan-0/0pengukuran-beda-tinggi-dengan-pesawat-penyipat-datar www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukurtanah/ http://titorahadhiangettra.blogspot.com/

DOKUMENTASI