DIRI PRIBADI. Tentang Diri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

dokumen-dokumen yang mirip
DIRI PRIBADI. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama.

PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Self Presentation Model Androgini dalam Lingkungan Pertemanan

TINGKAH LAKU PROSOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan penelitian 1.3 Kerangka Teori

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 05

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Dari hasil yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat diberikan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI S1-PSIKOLOGI

MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

GENDER DAN KESEHATAN MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Aspek-Aspek Identitas Sosial : Self & Gender. Sowanya Ardi Prahara, MA Fakultas Psikologi UMBY 2014

Psikologi Kepribadian I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENDAMPINGAN ORANGTUA DENGAN AKTIVITAS ANAK MENONTON TELEVISI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

BAB IV ANALISIS BUDAYA PEMBERIAN COKONG-COKONG BAGI MASYARAKAT KARO DITINJAU DARI PRESPEKTIF IDENTITAS SOSIAL

PSIKOMETRI. Pengantar Psikometri MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 01

Perilaku Menolong Ditinjau Dari Latar Belakang Jenis Kelamin dan Bias Kelompok Agama Pada Siswa SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI KASUS DALAM PSIKOLOGI

STRUKTUR SIKAP Komponen Kognitif Komponen Afektif Komponen Konatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan. Survei yang dilakukan oleh AC Nielsen

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

Psikologi Kepribadian I Trait Factor Theories

PENGANTAR PSIKOLOGI. YENI WIDYASTUTI, S.Sos., M.Si PERTEMUAN I

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat harus dapat bekerjasama dengan pihak pihak lain yang berkaitan dengan

Bab II. Kajian Pustaka. Teori identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

Sesi 8: Pemberitaan tentang Masalah Gender

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

PSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 03

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI SOSIAL 1 * KODE MATAKULIAH / SKS = MKK / 3 SKS

1. Bab II Landasan Teori

Metode Penelitian Kuantitatif

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014

Pengantar Psikologi Sosial. Pertemuan 1

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEBAHAGIAAN SAUDARA KANDUNG ANAK AUTIS. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

BAB III. Perbedaan individual

BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

ATRIBUSI. Diana Septi Purnama.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

MODUL PERKULIAHAN DIRI PRIBADI Presentasi diri; Pengetahuan diri pribadi; Berpikir mengenai diri pribadi; Harga diri pribadi; Penilaian diri pribadi; Diri pribadi sebagai sasaran prasangka Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 619 Abstract Tentang Diri Mendeskripsikan Diri Pribadi Kompetensi Mahasiswa mampu memahami dan mengkomunikasikan tentang Diri Pribadi

Berfikir tentang dirinya sendiri adalah aktifitas manusia yang tidak dapat dihindari. Pada umumnya orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga Self adalah pusat dari dunia sosial bagi setiap orang. Konsep self: identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi. Self berevolusi sebagai sebuah karakteristik adaptif. Aspek pertama yang muncul adalah kesadaran diri subjektif: Kemampuan organisme untuk membedakan dirinya dari lingkungan fisik dan sosialnya. Aspek kedua adalah kesadaran diri objektif: kapasitas organisme untuk menjadi objek perhatiannya sendiri, kesadaran akan keadaan pikirannya dan mengetahui bahwa ia tahu dan mengingat bahwa ia ingat. KONSEP DIRI Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (1993) konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lainlain. Konsep diri mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam menanggapi dunia dan pengalaman. Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba muncul namun dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial. Menurut brewer & Gardiner (1996) tiga bentuk diri yang menjadi dasar bagi seseorang dalam mendefinisikan dirinya adalah sebagai berikut: 1. Individual self: yaitu diri yang didefinisikan berdasarkan trait pribadi yang membedakan dengan orang lain. 2. Relational self: yaitu diri didefinisikan berdasarkan hubungan interpersonal yang dimiliki dengan orang lain 3. Collective self diri didefinisikan berdasarkan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial. Selain bergantung pada latar belakang budaya, cara kita mendefinisikan diri tergantung pada situasi dan konteks sosial. Salah satu situasi dan konteks sosial yang berpengaruh adalah hubungan kita dengan orang lain.

HARGA DIRI Tingkah laku sosial seseorang dipengaruhi oleh siapa dirinya. Namun tingkah laku sosial seseorang juga dipengaruhi oleh penilaian atau evaluasi terhadap dirinya, baik secara positif atau negatif. Penilaian atau evaluasi secara positif atau negatif terhadap diri ini disebut harga diri (Self esteem). Harga diri menunjukan keseluruhan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, baik positif maupun negatif. Seseorang menginginkan harga diri yang positif karena: 1. Harga diri positif membuat orang merasa nyaman dengan dirinya ditengah kepastian akan kematian yang suatu waktu akan dihadapinya. 2. Harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan. Kesepian dan penolakan sosial. Dalam hal ini harga diri menjadi alat ukur sosial untuk melihat sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Sebagai alat ukur sosial, harga diri juga dapat diukur. Harga diri dapat diukur secara eksplisit maupun implisit. Pengukuran eksplisit dilakukan dengan meminta seseorang untuk memberikan ratiing (mulai dari sangat sesuai sampai tidak sesuai) terhadap pertanyaan tentang diri. Pengukuran secara implisit dilakukan dengan mengatur kecepatan reaksi orang terhadap sejumlah stimulus yang diasosiasikan dengan diri. Pada umumnya orang menginginkan harga diri yang positif dan hal ini mendorong munculnya gejala above average effect, yaitu kecenderungan orang untuk menilai dirinya diatas rata-rata pada berbagai aspek diri yang dianggap positif secara sosial. Bias dalam menilai hasil ini disebut self-serving bias yaitu kecenderungan untuk menilai hasil posotif sebagai akibat dari faktor internal (traits atau karakteristikk pribadi) dan menilai hasil negatif sebagai akibat dari faktor eketernal (orang lain atau situasi). Penilaian diri Evaluasi terhadap diri sendiri dikenal dengan self esteem. Tiga kemungkinan motif dalam evaluasi diri. 1. Orang dapat mencari self assesment untuk mengetahui pengetahuan yang akurat tentang dirinya

2. Self ehancement yakni untuk mendapatkan informasi positif tentang diri mereka sendiri 3. Self verification yakni untuk mengkonfirmasi sesuatu yang sudah mereka ketahui tentang diri mereka sendiri. Motif mana yang sering aktif tergantung pada budaya dan kepribadian seseorang, serta situasi yang dihadapinya. Memiliki self esteem yang tinggi berarti seseorang individu menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif ini sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian berdasarkan pengalaman spesifik. Tingkah laku individu dengan self esteem yang relatif rendah lebih mudah diprediksi dari pada individu dengan self esteem tinggi. Hal ini karena skema self esteem yang negatif diorganisasi lebih ketat dari pada yang positif. Adakalanya dalam mengevaluasi diri kita melakukan perbandingan, bentuk perbandingan yang biasanya muncul yakni: Perbandingan sosial ke bawah: membandingkan diri dengan orang lain yang lebih buruk dalam atribut-atribut tertentu Perbandingan sosial ke atas: membandingkan diri dengan orang lain yang lebih baik dalam atribut-atribut terttentu Namun saat melakukan perbandingan akan muncul self esteem paradox yakni apabila kompetensi aktual seseorang tidak sesuai dengan evaluasi dirinya. Self esteem ini tidak realistik baik tinggi maupun rendah. PRESENTASI DIRI Saat melakukan interaksi dengan orang lain, seringkali perhatian kita tertuju pada bagaimana orang akan menilai kita. Kita berusaha mengontrol bagaimana orang lain menilai kita, sehingga kita merasa perlu melakukan impresent management. Impresent Management yaitu usaha untuk mengatur kesan yang orang lain tangkap mengenai kita baik secara disadari maupun tidak. Sebagai bagian dari impresent management seseorang melakukan presentasi diri atau self presentation seperti yang diinginkan dengan berbagai macam tujuan. Menurut Jones & Pittman (1982) lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan yang berbeda adalah sebagai berikut: 1. Integration

Dengan Tujuan agar disukai, kita menampilkan diri sebagai orang yang ingin membuat orang lain senang. 2. Self promotion Dengan tujuan agar dianggap kompeten, kita menampilkan diri sebagai orang yang emmiliki kelebihan atau kekuatan baik dalam hal kemampuan atau trait pribadi 3. Intimidation Dengan tuuan agar ditakuti, kita menampilkan diri sebagai orang yang berbahaya tau menakutkan 4. Suplication Dengan tujuan dikasihani, kita menampilakn diri sbegai orang yang lemah atau tergantung 5. Exemplification Dengan tujuan dianggap memiliki integritas moral tinggi, kita menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban untuk orang lain. Selain lima strategi tersebut, ada istilah self handicapping yang merujuk pada segala tindakan yang dilakukan agara dapat mengeksternalisasi apabila mendapat hasil negatif dan menginternalisasi apabila mendapat hasil yang positif. Strategi presentasi diri lainnya yaitu bask in reflected glory dimana orang mengasosiasikan dirinya dengan keberhasilan oranglain, bukan keberhasilan dirinya. Diri sebagai sasaran prasangka Identitas pribadi dalam hal ini diri yang sering menadi sasaran prasangka adalah jenis kelamin atau gender. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Jenis kelamin (sex) adalah kejantanan atau kewanitaan yang ditentukan oleh faktor genetik yang berperan pada saat konsepsi dan menghasilkan perbedaan dalam fisik dan anatomi. Setiap orang memiliki identitas gender yaitu bagian kunci dari konsep diri dalam label sebagai laki-laki atau perempuan. Kesadaran pada identitas gender biasanya berkembang pada usia 2 tahun.

Dalam hal-hal tertentu ada norma-norma sosial yang tetap tradisional, dimana tingkah laku sesuai dengan gender yang diharapkan. Sehingga pria seharusnya kuat, dominan, asertif, sementara wanita seharusnya perhatian, sensitif, dan ekspresif secara emosional. Dalam banyak bukti maskulinitas lebih menguntungkan dibandingkan androgini. Dalamkonteks lain maskulinilitas tradisonal tampaknya menciptakan masalah interpersonal. Prasangka akan diri biasanya terkait dengan identifikasi peran gender; yakni derajat dimana seseorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan stereotip gender dalam budayanya. Ditempat kerja gender dan peran gender tetap menjadi isu sentral. Sebagai contoh pekerjaan yang dipersepsikan sebagai maskulin atau feminikm dan kesuksesan yang dipersepsikan tergantung pada atribut maskulin maupun feminim. Daftar Pustaka Ahmadi, abu. 2007, psikologi sosial, Jakarta: rineka cipta Dyakisni, tri & hudaniah. 2009, psikologi sosial, malang: umm press Nina w. Syam, M.S, Psikologi sebagai akar ilmu komunikasi, 20, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Sarwono, sarlito wirawan. 2006, teori-teori psikologi sosial, Jakarta: rajawali pers Sarwono, Sarlito W., dan Meinarno,Eko A.,, Salemba Humanika, Jakarta, 2009.