Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

dokumen-dokumen yang mirip
membunuh menghambat pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FARMAKOLOGI ANTIBIOTIK/ ANTIBAKTERI. Dosen Pengampu Tuty Mulyani, M.Sc., Apt

II. TINJAUAN PUSTAKA. Antibiotik merupakan komponen alami ataupun sintetik yang dapat membunuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara maju dan berkembang. WHO mengemukakan bahwa penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hampir selalu menempati urutan teratas, terutama di negara-negara berkembang

Antibiotik.. Definisi Antibiotik

ANALISA FARMASI ANTIBIOTIK

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Turunan zat tersebut yang dibuat secara semi-sintetis, termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS DALAM WILAYAH KOTA PARIAMAN SKRIPSI OLEH DAENG ERLANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL ANAK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2011 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/ tanpa darah dan dengan/ tanpa lendir

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persalinan caesar di dunia terus mengalami peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak beraturan yang terdapat garis tengah dengan ukuran 1μm. Staphylococcus sp. tidak

BAB II STUDI PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

MEKANISME TIMBULNYA RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA DENGAN METODE GYSSENS DI RUANG KELAS 3 INFEKSI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSCM SECARA PROSPEKTIF TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat disebabkan oleh adanya infeksi maupun non-infeksi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. Antibiotika kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan bakteri gram positif maupun bakteri gram

TINGKAT PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS X TAHUN 2012 DAN 2013 DENGAN METODE ATC/DDD NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bronkitis. Bronkitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial, peradangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LARASITA RAKHMI UTARI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Avicennia alba dan Sonneratia alba, yang tumbuh di areal yang selalu

ASSALAMU ALAIKUM W.W.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya untuk mewujudkan keadaan sehat dari sakit adalah dengan melakukan

ANTIMIKROBA KIMIA BIOESAI PS-S2 KIMIA IPB 2014

Resistensi dan Sensitivitas Bakteri terhadap Antibiotik di RSU dr. Soedarso Pontianak Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Antibiotik (Manufacture Of Antibiotics) Marlia Singgih Wibowo Sekolah Farmasi ITB Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme aksi nya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek. kefarmasian oleh apoteker (Pemerintah RI, 2009).

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Staphylococcus SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN TERDIAGNOSA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL OLEH DOKTER GIGI DI PRAKTEK KOTA MEDAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antibiotik adalah zat zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit

PROFIL PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ISPA DI BEBERAPA PUSKESMAS KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktik sehari-hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh. Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut: a. Golongan Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. b. Golongan Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). c. Golongan Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. d. Golongan Poliketida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). e. Golongan Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. f. Golongan Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

g. Golongan Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristindalfopristin. h. Golongan Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563. i. Golongan Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. 1.1. Aktivitas dan Spektrum Antimikroba Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikirobanya ditingkatkan melebihi KHM. Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan yang lainnya. Terdapat antimikroba yang memiliki spektrum sempit, yakni yang bersifat aktif terhadap bakteri gram positif (Contohnya penisilin G) atau bersifat aktif terhadap bakteri gram negatif saja (Contohnya streptomisin); dan ada yang memiliki spektrum luas, yakni antimikroba yang aktif terhadap beberapa bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram negatif, seperti tertrasiklin. 1.2. Mekanisme Kerja Antimikroba Tiap antimikroba belum tentu memiliki mekanisme kerja yang sama. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok : 1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba. a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

d. Sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. 2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. a. Penisilin, b. Sefalosporin, c. Basitrasin, d. Vankomisin, dan e. Sikloserin. Tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada kuman yang peka. 3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel mikroba. a. Polimiksin, b. Golongan Polien, c. Antimikroba Kemoteraupetik, umpanya antiseptik surface active agents. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain. 4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba. a. Aminoglikosid, b. Makrolid, c. Linkomisin, d. Tetrasiklin, dan e. Kloramfenikol. 5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sek mikroba. a. Rifampisin, b. Golongan kuinolon. 1.3. Resistensi

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan mekanisme alamiah untuk dapat bertahan hidup. Dikenal tiga pola resistensi dan sensitivitas mikroba terhadap antimikroba. Pola I : belum pernah terjadi resistensi bermakna yang menimbulkan kesulitan di klinik. Pola II : pergeseran dari sifat peka menjadi kurang peka, tetapi tidak sampai terjadi resistensi sepenuhnya. Pola III : sifat resistensi pada taraf yang cukup tinggi, sehingga menimbulkan masalah di klinik. Faktor yang menentukan sifat resistensi atau sensitivitas mikroba terhadap antimikroba terdapat pada elemen yang bersifat genetik. Didasarkan pada lokasi elemen untuk resistensi ini, dikenal resistensi kromosomal dan resistensi ekstrakromosomal. Sifat genetik dapat menyebabkan suatu mikroba sejak awal resisten terhadap suatu antimikroba (resistensi alamiah). Contohnya, bakteri gram negatif terhadap penisilin G. Mikroba yang semula peka terhadap suatu antibiotik, dapat berubah sifat genetiknya menjadi tidak atau kurang peka. Perubahan sifat genetik ini terjadi karena kuman memperoleh elemen genetik yang membawa sifat resisten; keadaan ini dikenal sebagai resistensi didapat (acquired resistance). Elemen resistensi ini dapat diperoleh dari luar dan disebut resistensi yang dipindahkan (transferred resistance), dapat pula terjadi akibat adanya mutasi genetik spontan atau akibat rangsangan antibiotik (induced resistance). Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu : 1. Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba. 2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel. 3. Inaktivasi obat oleh mikroba. 4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba. 5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba. 1.4. Efek Samping

Efek samping penggunaan antibiotik terbagi menjadi efek samping umum dan khusus. Efek samping umum : a. Sakit kepala ringan. b. Diare ringan. c. Mual. Efek samping khusus : a. Muntah. b. Diare hebat. c. Kejang perut. d. Reaksi alergi (Misalnya sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran). Antibiotik juga dapat menyebabkan syok anafilaksis dimana dalam penanganannya pasien harus segera diberikan adrenalin. e. Bercak putih pada lidah. f. Gatal dan bilur merah pada vagina.