BAB I PENDAHULUAN. P a g e 1

dokumen-dokumen yang mirip
Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN. Agitasi adalah gejala perilaku yang bermanifestasi dalam penyakit-penyakit psikiatrik yang luas.

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

manusia. Bersifat ekstrim, penderita bisa menyiksa dirinya sendiri

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

KONSEP DASAR PSIKIATRI (ILMU KESEHATAN JIWA) JIWA JIWA. Perkembangan Ilmu Kesehatan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas hidup seseorang tidak dapat didefinisikan secara pasti, hanya orang tersebut

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Gangguan Psikiatrik Pada Pasien Ginjal ANDRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN PADA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

STATUS PASIEN PSIKIATRI. : Hagu Barat Laut, Banda Sakti, Aceh Utara Status Pernikahan : Belum menikah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Artikel Penelitian Majalah Kesehatan Pharmamedika 2013, Vol 5 No. 1 15

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan psikosis adalah gangguan kejiwaan berupa. hilang kontak dengan kenyataan yaitu penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kecacatan, atau kerugian (Prabowo, 2014). Menurut Videbeck (2008), ada

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Waham adalah keyakinan palsu tetap tidak sesuai dengan realita. Mereka adalah salah satu yang paling menarik dari gejala kejiwaan karena berbagai macam keyakinan palsu yang dapat dipegang oleh begitu banyak orang dan karena mereka begitu sulit untuk mengobati. 1 Gangguan waham menetap meliputi serangkaian waham yang berlangsung lama, sebagai satusatunya gejala klinis yang khas atau paling mencolok. 3 Penilaian yang akurat tentang epidemiologi gangguan waham terhambat oleh langka relatif dari gangguan, serta dengan definisi yang berubah dalam sejarah. Selain itu, gangguan waham dapat dilaporkan karena pasien delusi jarang mencari bantuan psikiater kecuali dipaksa untuk melakukannya oleh keluarga mereka. Bahkan dengan keterbatasan ini, bagaimanapun, literatur tidak mendukung anggapan bahwa gangguan waham, meskipun jarang, memiliki tingkat yang relatif stabil. 1 Konsep gangguan waham memiliki kedua sejarah yang sangat singkat, secara formal, tapi sejarah yang sangat panjang ketika salah satu mengintegrasikan laporan dan pengamatan selama 150 tahun terakhir. Istilah gangguan waham hanya diciptakan pada tahun 1977. Istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan suatu penyakit dengan waham menetap dan tentu stabil, dipisahkan meskipun dari waham yang terjadi dalam kondisi medis dan psikiatris lainnya. Namun, konsep paranoia telah digunakan selama berabad-abad. Awalnya, paranoia kata berasal dari para Yunani, yang berarti sepanjang sisi, dan Noos atau nous, yang berarti pikiran, kecerdasan. Orang Yunani menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kelainan mental yang mirip dengan bagaimana kita menggunakan kegilaan kata. 2 P a g e 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Gangguan waham menetap didefinisikan sebagai suatu gangguan psikiatrik yang tidak diketahui penyebabnya dan memiliki gejala utama adalah waham. 1 Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham yang berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan mental organik, skizofrenik, atau gangguan efektif. 3 2.2 Epidemiologi Pemeriksaan akurat tentang epidemiologi gangguan waham menetap dihalangi oleh relatif jarangnya gangguan ini. Selain itu juga karena pasien dengan gangguan waham menetap jarang mencari gangguan psikiater kecuali bila dipaksa oleh keluarganya. Walaupun adanya keterbatasan tersebut, literatur mendukung pendapat bahwa gangguan waham menetap, walaupun merupakan suatu gangguan yang jarangm namun memang ada dalam populasi dengan angka yang tidak tetap. 1 Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap di Amerika Serikat berdasarkan DSM- IV-TR adalah sekitar 0,03%, dimana angka ini jauh dibawah angka kejadian skizofrenia (1%) dan gangguan mood (5%). 1,2 Insidensi tahunan gangguan waham menetap adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 populasi, yaitu kira-kira 4% dari semua perawatan pertama pasien psikiatrik. Usia rata-rata adalah kira-kira 40 tahun, tetapi rentang usia untuk onsetnya adalah berkisar antara 18 tahun sampai 90 tahun. 1 Namun, studi lain yang dilakukan di Spanyol pada tahun 2008 berdasarkan rekam medis di suatu rumah sakit, mendapati 370 pasien yang dirawat, didiagnosa dengan gangguan waham menetap, dimana ditemukan rata-rata usia pesien-pasien adalah 55 tahun. Wanita lebih sering menderita gangguan waham menetap dengan rasio 3:1. 2 P a g e 2

2.3 Etiologi Etiologi dari gangguan waham menetap masih belum diketahui secara pasti. 1 Kendler mencatat prevalensi signifikan lebih rendah skizofrenia pada keluarga pasien dengan gangguan waham menetap (0,6%) dibandingkan dengan keluarga dengan skizofrenia (3,8%). Faktor biologis mungkin memainkan beberapa peran dalam perkembangan gangguan waham menetap. Pasien dengan gangguan neurologis (terutama demensia, cedera kepala, dan kejang) yang bermasalah dengan ganglia basal dan sistem limbik yang paling sering dikaitkan dengan gangguan waham menetap. 1,2 Ahli medis mempercayai kesan klinis yang kuat bahwa banyak pasien dengan gangguan waham menetap terisolasi secara sosial dan telah mencapai kurang dari tingkat yang diharapkan prestasi. 1 Teori psikodinamik spesifik tentang penyebab dan evolusi gangguan waham menetap melibatkan anggapan tentang orang-orang yang hipersensitif dan mekanisme ego spesifik: pembentukan reaksi, proyeksi, dan penolakan. Conway et al [ 17 ] melaporkan bahwa pasien dengan gangguan delusional probabilitas membuat keputusan berdasarkan data yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol normal. 2 Follow-up jangka panjang pada pasien dengan gangguan waham menetap menyatakan bahwa diagnosis gangguan waham menetap adalah relatif stabil, dengan kurang seperempat pasien akhirnya diklasifikasikan kembali sebagai penderita skizofrenia dan kurang dari 10 persen akhirnya diklasifikasikan kembali sebagai penderita suatu gangguan mood. 1 2.4 Gambaran Klinis 1. Status Mental a. Deskripsi Umum Pasien biasanya berdandan dengan baik dan berpakian baik, tanpa bukti adanya disintegritas nyata pada kepribadian atau aktifitas harian. Tetapi pasien mungkin terlihat aneh, pencuriga atau bermusuhan. 1 b. Mood, Perasaan dan Afek Mood pasien biasanya konsisten atau sejalan dengan isi waham. Misalnya pasien dengan waham kejar akan curiga. 1 P a g e 3

c. Gangguan Persepsi Menurut DSM-IV-TR, waham raba atau cium mungkin ditemukan jika hal tersebut konsisten dengan waham. 1 d. Pikiran Gangguan isi pikiran berupa waham merupakan gejala utama dari gangguan ini. Waham biasanya bersifat sistematis dan karakteristiknya adalah dimungkinkan. 1 2. Sensorium dan Kognisi a. Orientasi dan Daya Ingat Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya tidak memiliki kelainan dalam orientasi, serta daya ingat dan proses kognitif lainnya tidak terganggu. 1 b. Pengendalian Impuls Klinis harus memeriksa pasien dengan gangguan waham menetap untuk menentukan ada atau tidak gagasan atau rencana melakukan material wahamnya dengan bunuh diri, membunuh atau melakukan tindakan kekerasan. Insidensinya tidak diketahui pada penyakit ini. 1 c. Pertimbangan dan Tilikan Pasien dengan gangguan waham menetap hampir seluruhnya tudak memiliki tilikan terhadap konsisi mereka dan hampir seluruhnya dibawa ke rumah sakit oleh keluarga, perusahaan atau polisi. 1 d. Kejujuran Pasien dengan gangguan waham menetap biasanya dapat dipercaya dalam informasinya. 1 2.5 Tipe-tipe Terdapat beberapa tipe pada gangguan waham menetap, yaitu : a. Tipe Kejar (Persecutory Type) Tipe ini adalah tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai yang mana adalah gejala klasik dari gangguan waham menetap. 1,2 Pasien yakin bahawa ada orang atau komplotan yang sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimata-matai atau kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak. 4 P a g e 4

b. Tipe Erotomania (Erotomanic Type) Gangguan waham menetap tipe ini memiliki beberapa nama lain seperti sindroma De Cleambault atau psychose passionelle. Pada tipe erotomanik, waham inti adalah bahwa pasien dicintai mati-matian oleh seseorang, dimana orang yang dibanyangkannya biasanya berasal dari strata status yang lebih tinggi darinya, seperti bintang film atau atasan kerja, atau dapat pula seseorang yang sudah menikah atau seseorang yang tidak mungkin digapai. 1,2 Usaha untuk berhubungan dengan objek waham, baik melalui telepon, surat, hadiah, kunjungan bahkan mengawasi sampai mengikuti adalah sering. Beberapa kasus menyebabkan perilaku menyerang sebagai akibat dari upaya untuk mengejar obyek cinta waham atau mencoba untuk "menyelamatkan" dia dari beberapa bahaya dibayangkan. 2 c. Tipe Kebesaran (Grandiose Type) Gangguan waham menetap tipe ini juga disebut megalomania. 1 Pasien meyakini bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian atau kekayaan yang luar biasa, umpanya bahwa dialah Ratu Adil, dapat membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil. 4 Waham kebesaran tanpa adanya mania relatif adalah jarang, dan perbedaan subtipe ini masih bisa diperdebatkan. Banyak pasien dengan tipe paranoid menunjukkan beberapa derajat kebesaran dalam waham mereka. d. Tipe Cemburu (Jealous Type) Antara istilah gangguan waham menetap ini termasuk paranoia suami-istri, sindrom Othello, dan patologis atau morbid cemburu. 2 Kecemburuan adalah emosi yang kuat, ketika itu terjadi pada gangguan waham menetap atau sebagai bagian dari kondisi lain, itu bisa berpotensi berbahaya dan telah dikaitkan dengan kekerasan, terutama baik bunuh diri dan pembunuhan. Gejala telah dicatat berulang-ulang oleh aspek forensik, terutama perannya sebagai motif pembunuhan. Kekerasan fisik dan verbal yang lebih sering terjadi, bagaimanapun, daripada melakukan aksi ekstrim antara individu dengan gejala ini. 1 P a g e 5

e. Tipe Somatik (Somatic Type) Waham tipe ini juga dikenal sebagai psikosis hipokondriakal monosimptomatik. 1 Perbedaan antara hipokondriasis dengan gangguan waham menetap tipe somatik terletak pada derajat keyakinan yang dimiliki pasien tentang anggapan adanya penyakit dalam dirinya yang tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah cair, ada seekor kuda di dalam perutnya. 1,4 f. Tipe Campuran (Mixed Type) Pasien menunjukkan lebih dari satu tipe waham diatas dan tidak ada satu tema waham yang menonjol. 1,2 g. Tipe Tidak Spesifik (Unspecified Type) Pasien menunjukkan tema waham yang tidak memenuhi salah satu waham diatas. Sebagai contoh misidentifikasi sindroma, seperti sindroma Capgras, yaitu keadaan yang dikarakteristikan dimana pasien percaya bahwa anggota keluarganya telah di gantikan dengan seorang penipu ulung. 1,2 P a g e 6

2.6 Diagnosis Untuk mendiagnosa suatu gangguan waham menetap, dapat digunakan kriteria berdasarkan DSM-IV-TR, yaitu : 1,7 A : Waham yang tidak aneh (yaitu melibatkan situasi yang terjadi didalam kehidupan nyata, seperti sedang diikuti, diracuni, ditulari virus, dicintai dari jarak jauh atau dikhianati oleh pasangan atau kekasih atau menderita suatu penyakit) selama sekurangnya 1 bulan. B : Kriteria A untuk skizofrenia tidak terpenuhi (pasein tidak menunjukkan gejala halusinasi yang dominan, bicara terdisorganisasi, gejala negatif seperti afek datar). Catatan : halusinasi taktil dan cium mungkin ditemukan pada gangguan delusional jika berhubungan dengan waham. C : Terleps dari gangguan waham (-waham) atau percabangannya, fungsi adalah tidak terganggu dengan jelas dan perilaku tidak jelas aneh atau kacau. D : Jika episode mood telah terjadi secara bersama-sama dengan waham, lama totalnya adalah relatif singkat dibandingkan lama periode waham. E : Gangguan adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum. From American Psychiatric Association : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disodred, 4th Ed. Washington, DC : American Psychiatric Association; 2000, with permission. P a g e 7

2.7 Diagnosis Banding Diagnosis banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid. 1,3 Dimana, hal yang membedakannya dengan gangguan waham menetap adalah kualitas waham. Menurut PPDGJ III, pedoman diagnostik Skizofrenia tipe paranoid adalah sebagai berikut: 3 1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. 2. Sebagai tambahan : a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol : Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing). Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada, tetapi jarang menonjol. Waham dapat berupa hampir semua jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas. b. Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. 2.8 Penatalaksanaan Terdapat beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita gangguan waham menetap, yaitu : a. Perawatan di Rumah Sakit Pada umumnya pasien dengan gangguan waham menetap dapat diobati atas dasar rawat jalan. Tetapi klinisi harus mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan neurologis pada diri pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi medis nonpsikiatrik yang menyebabkan penyakit ini. Kedua, pasien perlu diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan yang mungkin berhubungan dengan waham. Ketiga, perilaku tentang waham mungkin secara bermakna P a g e 8

telah mempengaruhi kemampuannya untuk berfungsi didalam keluarga atau pekerjaannya. 1 b. Farmakoterapi Gangguan waham menetap sulit untuk diobati karena berbagai alasan pasien, termasuk penolakan bahwa mereka tidak memiliki masalah. 2,6 Antipsikotik sangat efektif kepada pasien dengan gangguan waham menetap. Riwayat pasien tentang respons medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam memilih suatu obat. Seringkali dokter harus memulai dengan dosis rendah sebagai contoh; haloperidol (Haldol) 2 mg dan9 meningkatkan dosis secara perlahan. Jika pasien gagal berespons dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan selama enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba. 6 Beberapa peneliti telah menyatakan bahwa Pimozide (Orap) mungkin efektif pada gangguan waham menetap tipe somatik. Terapi kombinasi sering dilakukan, termasuk mengkombinasi obat antipsikotik dengan antidepresan. Secara keseluruhan, penderita gangguan waham menetap sangat berespon terhadap pengobatan (antipsikosik) yang diberikan. 1,5,6 c. Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah untuk membangun hubungan di mana pasien mulai mempercayai terapis. Terapi individu tampaknya lebih efektif daripada terapi kelompok, wawasan berorientasi, terapi suportif, kognitif, dan perilaku seringkali efektif. Awalnya, terapis harus tidak setuju dengan atau menantang gangguan waham menetap pasien. Meskipun terapis harus bertanya tentang khayalan untuk membangun pemikiran, pertanyaan terus-menerus tentang hal itu mungkin harus dihindari. Dokter dapat merangsang motivasi untuk menerima bantuan dengan menekankan kesediaan untuk membantu pasien dalam kecemasan atau sering marah, tanpa menunjukkan bahwa waham yang ingin diobati. 1 P a g e 9

2.9 Prognosis Dari sekitar 1000 diperlakukan kasus gangguan delusi 1965-1985 yang mendapatkan pengobatan farmakoterapi, subanalysis dari 257 kasus terbaik digambarkan mengungkapkan bahwa gangguan delusional memiliki prognosis yang relatif baik ketika diobati secara adekuat - 52,6% dari pasien sembuh, 28,2% mencapai pemulihan parsial, dan 19,2% tidak membaik. Respon pengobatan positif terlepas dari konten delusi tertentu. Data menyimpulkan bahwa pimozide (recovery rate 68,5% dan 22,4% tingkat pemulihan parsial) mungkin lebih baik daripada antipsikotik khas lainnya (recovery 22,6% dan 45,3% pemulihan parsial). 2 P a g e 10

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatrik dimana gejala yang utama adalah waham. Prevalensi terjadinya gangguan waham menetap dianggap sama dengan prevalensi di Amerika Serikat, yaitu 0,03%, dimana angka ini jauh berbeda dengan prevalensi terjadinya skizofrenia dan gangguan mood. Angka munculnya kasus baru adalah 1 sampai 3 kasus baru per 100.000 per tahunnya. Gangguan waham menetap ini terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki dengan ratio perbandingannya adalah 3:1. Penyebab terjadinya gangguan waham menetap masih belum diketahui. Namun, terdapat beberapa pendapat, yaitu faktor genetik dan faktor biologi. Penderita gangguan waham menetap umumnya memiliki status mental, sensorium dan kognisi yang baik. Terdapat tujuh tipe gangguan waham menetap, diantaranya adalah tipe kejar, tipe erotomanik, tipe kebesaran, tipe cemburu, tipe somatik, tipe campuran dan tipe tidak tidak ditentukan. Tipe kejar dan tipe cemburu merupakan tipe gangguan waham menetap yang paling sering dijumpai, tipe kebesaran tidak begitu sering, tipe erotomanik dan tipe somatik merupakan tipe yang paling jarang terjadi. Untuk menentukan diagnosa gangguan waham menetap, dapat dipakai kriteria yang diadaptasi dari DSM-IV-TR. Diagnosa banding yang paling mendekati gangguan waham menetap adalah skizofrenia tipe paranoid, dimana yang membedakannya adalah kualitas dari wahamnya. Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada panderita gangguan waham menetap adalah perawatan rumah sakit, farmakoterapi, psikoterapi, faktor psikodinamik dan terapi keluarga. Gangguan waham menetap memiliki prognosa yang bisa dikatakan baik, karena jurang dari 50% penderitanya dapat sembuh dengan follow up jangka panjang. P a g e 11

Daftar Pustaka 1. Benjamin James Sadock M.D., Virginia Alcott Sadock M.D. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007. 2. James A Bourgeois, OD, MD, MPA, Raheel A Khan, DO, Donald M Hilty, MD. Medscape. June 3, 2013. http://emedicine.medscape.com/article/292991-overview#aw2aab6b3 (accessed February 13, 2014). 3. Maslim, Dr. Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta, 2003. 4. Maramis, W. F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, 2004. 5. Dr. Rusdi Maslim, SpKJ. Panduan Klinis Penggunaan Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa Unika Atma Jaya, 2002. 6. George W. Arana, M.D., Jerrold F. Rosenbaum, M.D. Handbook of Psychiatric Drug Therapy. Vol. 4th edition. London: Lippincolt William Wilkins, 2000. 7. Michael B. First, Allan Tasman. Clinical Guide to the Diagnosis and Treatments of Mental Disorders. England: John Wiley & Sons, Ltd., 2006. P a g e 12