Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

1291 Kajian aspek biologi dan sosial pada budidaya... (Nur Ansari Rangka) ABSTRAK

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGAN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

I. PENDAHULUAN. budidaya karena memiliki nilai ekonomis tinggi ( high economic value) serta

BUDIDAYA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) SEMIINTENSIF DENGAN METODE SIRKULASI TERTUTUP UNTUK MENGHINDARI SERANGAN VIRUS

PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE DENGAN PADAT PENEBARAN BERBEDA

BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) TEKNOLOGI INTENSIF MENGGUNAKAN BENIH TOKOLAN

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, Haeruddin 1

PRODUKTIVITAS UDANG PUTIH PADA TAMBAK INTENSIF DI TULANG BAWANG LAMPUNG

II. BAHAN DAN METODE

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

KINERJA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA SUPER INTENSIF DAN ANALISIS BIAYA

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

Studi Keragaan Udang Windu (Penaeusmonodon) Dan Udang Putih (Litopenaeusvannamei) Yang Dipelihara Pada Tambak Semi Plastik

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG VANAMEI POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN KEPADATAN BERBEDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

STRATEGI PENGELOL AAN PAKAN YANG EFISIEN PADA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei POL A SEMI-INTENSIF DI TAMBAK

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

Tarsim. Jurusan Perikanan Fakultas pertanian Unila ABSTRACT

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

PEMBERIAN MOLASE PADA APLIKASI PROBIOTIK TERHADAP KUALITAS AIR, PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio)

Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar ABSTRAK

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKAN DI TAMBAK INTENSIF

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

ANALISIS UJI TANTANG BENUR WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG TELAH DIBERI PERLAKUAN PROBIOTIK DAN ANTIBIOTIK DENGAN DOSIS BERBEDA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENAMPIL AN NIL A GESIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 70% wilayah perairan dengan daya dukung lingkungan yang

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL

I. PENDAHULUAN. Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu komoditas

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

STATUS, MASALAH, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH PADA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DI SULAWESI SELATAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Mei - Juni 2014 di Laboratorium Basah Jurusan

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

PENGARUH PERGILIRAN PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

PARAMETER KUALITAS AIR

PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR

HUBUNGAN KOMUNITAS FITOPLANKTON DENGAN PRODUKTIVITAS UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BIOCRETE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSENTRASI NITROGEN TERLARUT DAN FOSFAT DALAM TAMBAK UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM SUPER INTENSIF

Polikultur rajungan, udang vanamei, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak (Suharyanto) Suharyanto *) *)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan Benur Udang Vannamei dan Pengemasan

PEMASYARAKATAN IPTEK BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SISTEM TRADISIONAL PLUS DI BARRU, SULAWESI SELATAN

PENGARUH PARTIKEL LUMPUR TERHADAP TINGKAT KONSUMSI PAKAN UDANG WINDU (PENAEUS MONODON) DALAM WADAH TERKONTROL

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

TINGKAT KERJA OSMOTIK UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei PADA BUDIDAYA SISTEM INTENSIF DENGAN APLIKASI BIOFLOK DAN PERGILIRAN PAKAN

PORTOFOLIO PEMBESARAN UDANG VANAME UNIT 16 ROI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT HARIAN PADA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon), RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.), DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK BUSMETIK BAPPL STP SERANG, BANTEN

KAJIAN PRODUKSI UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK PLASTIK DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

I. PENDAHULUAN. Udang vannamei merupakan salah satu jenis udang yang potensial untuk

II. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN PEMBERIAN PAKAN DAN UKURAN BENIH SAAT TEBAR PADA PEMBESARAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

KAJIAN LAPANG BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG IKAN NILA MANDIRI DI WADUK CIRATA DAN JATILUHUR

Dinamika Populasi Bakteri dalam Air dan Sedimen Tambak pada Pemantapan Budidaya Udang Vaname Ekstensif Plus Melalui Pergiliran Pakan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

DINAMIKA KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI-INTENSIF DENGAN TEKNIK PERGILIRAN PAKAN

PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK INTENSIF

ABSTRAK. Kata kunci : Polikultur, Penebaran yang Berbeda, Ikan Rainbow Merah, Lobster Air Tawar.

Transkripsi:

ISBN: 978-602-71759-2-1 Pertumbuhan, Sintasan dan Produksi Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Komposisi Padat Tebar dan Waktu Penebaran yang Berbeda Growth, Survival and Production of Polyculture Tiger Shrimp (Penaeus monodon) and Vaname Shrimp (Litopenaeus vannamei) with Various Stocking Density and Stocking Time Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur Research institute for coastal aquaculture Jl. Makmur Dg Sitakka 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan Email : muhammad.nursyafaat@kkp.go.id atau muhammadnur.syafaat@yahoo.com ABSTRACT The aim of this study was obtained data and information on the growth, survival and production of polyculture of tiger shrimp (P.monodon) and vaname shrimp (L.vannamei) with various stocking density and stocking time. The ponds size used were 4470 m 2 for A treatment and 4550 m 2 for B treatment. A treatment with a density of 12 ind/m 2 for vaname shrimp and 10 ind/m 2 for tiger shrimp, while B treatment with a density of 8 ind/m 2 for vaname shrimp and 10 ind/m 2 for tiger shrimp. In treatment A, PL vaname (PL 12) was spread first then PL tiger shrimp (PL 10) an interval of 12 days, whereas in treatment B tiger shrimp (PL 20) was spread first then PL vaname (PL 12) an interval of 14 days. Results of the research showed that average final weight, daily growth,and survival, of vaname shrimp in B treatment was better than in A, while production under treatment A was higher than B. Tiger shrimp on B treatment have a daily growth, survival, and production better than A treatment. Total production (tiger+vaname) and feed conversion ratio (FCR) were better in A treatment than B treatment. Production in A treatment was 303.49 kg and 280 kg for B treatment, while the FCR obtained for A and B were 2.7 and 3.3 respectively. In conclusion,it was recommended to spread of tiger shrimp lower than vaname shrimp in polyculture and if desired to spread the first one of them it was advisable to spread the tiger shrimp first. Keywords: polyculture, vaname shrimp, tiger shrimp, stocking density, stocking time Pendahuluan Udang windu dan udang vaname merupakan komoditas udang penaeid yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pada awalnya, udang windu merupakan komoditas unggulan dan menjadi favorit bagi pembudidaya tambak, namun setelah terjadinya wabah penyakit dan degradasi lingkungan maka usaha budidaya udang windu mulai menurun dan sebagian pembudidaya tambak mulai beralih ke usaha budidaya udang vaname. Tarsim (2004) mengemukakan bahwa budidaya udang windu perlu terus dikembangkan mengingat spesies ini merupakan endemik di Asia Tenggara sehingga dapat dijadikan produk unggulan bagi negaranegara kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia. Udang vaname baru diintroduksi dan dibudidayakan mulai tahun 2000-an dan masuknya udang vaname ini telah menggairahkan kembali usaha pertambakan Indonesia karena jenis udang ini mempunyai keunggulan komparatif dibanding spesies udang lainnya, antara lain ; sintasan tinggi, ketersediaan benur yang berkualitas, kepadatan tebar tinggi, tahan penyakit dan konversi pakan rendah (Anonim, 2003; Poernomo, 2004). Budidaya udang vaname ini berkembang dengan teknologi intensif, namun belum banyak informasi apabila dilakukan polikutur dengan Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016 507

udang windu. Upaya polikutur udang vaname dan udang windu diharapkan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi udang windu. Polikultur antara udang windu dan vaname memungkinkan untuk dilakukan karena keduanya berbeda dalam hal pemanfaatan ruang pada media pemeliharaan. Udang vaname pada umumnya mengisi pada bagian kolom air sedangkan udang windu cenderung berada di dasar perairan. Taw et al., (2007) mengemukakan bahwa polikultur dengan menggunakan spesies yang berbeda terutama dimaksudkan untuk efisiensi dalam memanfaatkan ruang atau pakan dan hewanhewan yang dipilih umumnya berbeda dalam habitat atau kebiasaan makan dan polikultur bisa dari genus yang sama atau berbeda tetapi tidak harus menjadi pesaing. Chamberlain et al. (1981), mengemukakan bahwa meskipun preferensi makanan spesies udang penaeid yang berbeda mungkin tidak berbeda sebagaimana spesies ikan mas Cina, namun perbedaan yang kuat diantara udang penaeid ditemukan dalam preferensi substrat dan pola aktivitas makan. Misalnya, Penaeus setiferus biasanya aktif pada siang hari dan lebih menyukai substrat berlumpur, sedangkan Penaeus duorarum aktif pada malam hari dan lebih menyukai substrat pasir (shelly). Tarsim (2004) mengemukakan bahwa udang windu mempunyai kebiasaan hidup di dasar perairan sehingga budidaya monokultur menyebabkan pemanfaatan ruang terbatas pada luas dasar tambak. Oleh sebab itu agar pemanfaatan wadah lebih efisien diperlukan upaya penambahan spesies yang mampu memanfaatkan kolom air sebagai habitatnya. Afero (2005) menyimpulkan bahwasanya pemeliharaan spesies dengan taksonomi yang mirip dengan performa kepadatan yang optimum memberikan keuntungan dan peningkatan efisiensi budidaya udang. Selanjutnya dikatakan bahwa polikultur windu dan vaname menjadi pendekatan alternatif untuk budidaya udang yang ekonomis dan berkelanjutan. Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kedua spesies ini dapat dipelihara secara bersama sampai mencapai ukuran panen. Tarsim (2004) memperoleh biomassa yang lebih tinggi dengan penambahan udang vaname sebanyak 8 ind/m 2 pada budidaya udang windu dengan kepadatan 40 ind/m 2 namun penambahan ini berpengaruh pada berat akhir rata-rata udang windu yang lebih rendah dibandingkan budidaya udang windu tanpa penambahan udang vaname. Polikultur udang windu dan vaname juga berhasil dilakukan oleh Taw et al., (2007) dengan kepadatan total (windu dan vaname) 70 ind/m 2 pada beberapa komposisi kepadatan mampu menghasilkan produksi total >10 ton/ha. Teknik pemeliharaan dalam kegiatan polikultur udang windu dan vaname yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan adanya variasi dalam hal komposisi padat tebar dan waktu tebar. Afero (2005) menebar udang windu dan vaname secara bersamaan pada berbagai komposisi kepadatan antara udang windu dan vaname sedangkan Tarsim (2004) dan Taw et al., (2007) menebar kedua spesies tidak bersamaan, dimana udang windu ditebar terlebih dahulu dan selanjutnya pada umur 70 hari ditambahkan udang vaname dengan ukuran yang relatif hampir sama (Tarsim, 2004) sedangkan Taw et al.,(2007) menebar vaname hasil tokolan 508 Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016

ISBN: 978-602-71759-2-1 (20 hari) setelah 20 hari masa pemeliharaan udang windu di tambak dengan komposisi padat tebar windu dan vaname yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai pertumbuhan dan produksi pada polikultur udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan udang windu (Penaeus monodon) dengan komposisi padat tebar dan waktu penebaran yang berbeda. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi tambak percobaan (ITP), Balai penelitian dan pengembangan budidaya air payau di Punaga, Kab.Takalar. Wadah yang digunakan adalah tambak ukuran 4470 dan 4550 m 2 untuk perlakuan A dan B secara berurutan. Perlakuan A ditebari benur udang windu sebanyak 10 ekor/m 2 dan 12 ekor/m 2 untuk udang vaname sedangkan perlakuan B ditebari udang windu sebanyak 10 ekor/m 2 dan udang vaname sebanyak 8 ekor/m 2. Pada petak A, benur vaname (PL 12) ditebar terlebih dahulu kemudian benur windu (PL 10) selang 12 hari, sedangkan petak B terlebih dahulu ditebari benur windu (PL 20) kemudian benur vaname (PL 12) selang 14 hari. Sebelum penebaran dilakukan tahapan persiapan tambak meliputi ; pengeringan, pengapuran (250 kg/ha), pengisian air, aplikasi kaporit (10 ppm) dan pemupukan. Teknik pemberian pakan mengacu penelitian Tahe et al (2010) yaitu dengan pola pemberian pakan protein tinggi diberikan selama umur pemeliharaan satu bulan (sampai hari ke-30) dan masuk pada bulan ke dua dilakukan pergiliran pakan protein rendah dan protein tinggi. Jenis pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersil dengan dosis mengacu pada Sutanto (2005) (Tabel 1). Frekuensi pemberian pakan sebanyak 2-4 kali dalam sehari. Masing-masing petakan di pasangi dua buah kincir dengan kekuatan 1 pk yang dioperasikan selama 24 jam/hari mulai awal pemeliharaan. Tabel 1. Dosis pakan berdasarkan berat rata-rata udang (gr) Berat (gr) Dosis pakan (% dari biomassa) Berat (gr) 1 2 10 11,1 12 3 2,1 3 7 12,1 13 2,9 3,1 4 6 13,1 14 2,7 4,1 5 5,5 14,1 15 2,5 5,1 6 5 15,1 16 2,3 6,1 7 4,5 16,1 17 2,1 7,1 8 4,2 17,1 18 2 8,1 9 4 18,1 19 1,9 9,1 10 3,7 19,1 20 1,8 10,1-11 3,5 20,1-21 1,7 Dosis pakan (% dari biomassa) Sampling pertumbuhan diakukan setiap dua minggu. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, ph dan salinitas diakukan secara insitu sedangkan TAN, nitrit, nitrat dan fosfat diukur setiap dua minggu di Laboratorium kuaitas air BPPBAP (Balai penelitian dan pengembangan budidaya air payau) Maros. Pada masa akhir penelitian dilakukan pengamatan kadar oksigen terlarut untuk waktu siang dan Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016 509

dini hari. Pengambilan sampel air untuk pengamatan bakteri (total bakteri dan total bakteri Vibrio sp) dan plankton dilakukan setiap dua minggu. Data pertumbuhan, sintasan, produksi dan kualitas air untuk kedua perlakuan dibahas dengan bantuan tabel dan grafik. Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan dan Produksi Pada penelitian ini didapatkan berat akhir rata-rata yang cukup baik untuk udang vaname sedangkan udang windu tergolong rendah untuk masing-masing perlakuan (Tabel 2). Berat akhir rata-rata udang vaname yang diperoleh yaitu 9.49 gr dan 11.60 gr untuk perlakuan A dan B secara berurutan. Adapun udang windu diperoleh berat akhir rata-rata sebesar 4,41 gr dan 6,96 gr untuk perlakuan A dan B secara berurutan. Pertumbuhan udang vaname yang lebih cepat dibanding udang windu menjadi salah satu faktor yang menarik minat petambak untuk membudidayakannya karena juga berpengaruh terhadap masa pemeliharaan untuk mencapai ukuran panen. Untuk penebaran awal dalam bentuk PL (8-15), vaname biasanya dipanen pada umur 90 hari sedangkan windu pada umur 120 hari. Windu yang dipelihara pada kedua petak dipanen sebelum 120 hari, sehingga ukurannya masih tergolong kecil dan belum masuk kategori ukuran ekspor. Sebagai solusi, penebaran udang windu bisa dilakukan lebih awal dari udang vaname (+ sebulan) atau menebar benur windu ukuran tokolan untuk mempersingkat masa pemeliharaan. Tabel 2. Produksi, sintasan dan FCR pada polikultur udang windu dan udang vaname dengan komposisi padat tebar yang berbeda Parameter Perlakuan A (+ SD) Windu (W) Vaname (V) Perlakuan B (+ SD) Windu (W) Vaname (V) Luas petakan (m 2 ) 4470 4550 Padat penebaran + (ind/m 2 ) 10 12 10 8 Padat penebaran (ind/m 2 ) (W + V) 22 18 Lama pemeliharaan (hari) 72 84 98 84 Berat awal estimasi (g/ekor) 0,003 0,002 0.005 0.002 Berat akhir rata-rata (g/ekor) 4,41 9,49 6.96 11.60 Pertumbuhan Mutlak (g) 4,407 9,488 6.995 11.598 Pertumbuhan harian (g/hari) 0,06 0,11 0.07 0.13 Laju pertumbuhan harian (LPH) (%) 10,13 10,08 7.39 10.32 Sintasan (%) 1,45 43,15 3.74 70.26 Produksi (kg) 3,19 300,3 13 267 Produksi (kg) (W + V) 303,49 280 Rasio konversi pakan (FCR) (W + V) 2,7 3,3 Penebaran PL udang windu yang lebih dulu dari udang vaname tetap memberikan peluang bagi vaname untuk bertumbuh. Hal ini dibuktikan pada petak B dimana selisih waktu penebaran antara windu dan vaname adalah 14 hari dan sintasan yang diperoleh untuk vaname dapat mencapai 70,26 % sedangkan windu hanya 3,74 %. Pada petak A, penebaran vaname lebih dulu dari windu 510 Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016

ISBN: 978-602-71759-2-1 dengan selisih 12 hari namun sintasan yang diperoleh untuk keduanya rendah. Rendahnya sintasan udang windu di petak A diduga ada hubungannya dengan penebaran vaname yang lebih awal dan sifat vaname yang aktif berenang di kolom air sehingga memudahkan baginya untuk menangkap benur windu yang baru ditebar. Sedangkan di petak B, windu yang ditebar lebih awal sudah cenderung hidup didasar sehingga tidak terlalu membahayakan benur vaname yang baru ditebar. Berdasarkan hal di atas, jika ingin menebar salah satu dari dua komoditas lebih awal maka disarankan untuk melakukan metode pertama. Selain menebar benih tokolan atau menebar windu terlebih dahulu, alternatif lain yang dapat ditempuh untuk mendapatkan ukuran windu yang lebih besar pada saat panen secara bersamaan adalah memaksimalkan pemeliharaan sampai dengan 4 bulan. Namun, hal ini juga harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya kepadatan populasi, kondisi kesehatan udang, faktor lingkungan, teknik panen, serta harga udang di pasaran. Pertumbuhan udang windu yang lambat pada petak A dibanding udang windu pada petak B selain disebabkan oleh perbedaan umur PL juga ada kemungkinan disebabkan oleh kualitas benur yang rendah. Jika dilihat dari laju pertumbuhan harian, kelihatan udang windu di petak A lebih tinggi dari udang windu di petak B namun perhitungan laju pertumbuhan harian dihitung pada hari yang berbeda (Gambar 1). Jika LPH dihitung pada waktu pemeliharaan yang sama (masing-masing pada hari ke-72) maka LPH pada udang windu petak B lebih tinggi dibanding udang windu di petak A. Perbedaan pertumbuhan antara udang windu petak A dan B dapat dilihat dari pertumbuhan harian yang lebih tinggi pada petak B yaitu 0.07 g/hari sedangkan A 0.06 g/hari. Data di atas mengindikasikan kualitas benur yang ada di petak B lebih baik sehingga pertumbuhannya juga lebih baik. Gambar 1. Grafik pertumbuhan udang windu dan udang vaname pada petak A dan B Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016 511

Pertumbuhan udang windu dan udang vaname yang lebih baik pada perlakuan B. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kepadatan udang vaname yang lebih rendah pada petak B yang memungkinkannya untuk bisa tumbuh lebih baik dibanding petak A dan juga memberikan sintasan yang lebih tinggi meskipun tingkat produksinya masih lebih rendah dibanding petak A (Tabel 2). Kepadatan vaname yang lebih rendah dari windu juga berpeluang mengurangi tingkat persaingan diantara keduanya dalam hal makanan. Afero (2007) mengemukakan bahwa vaname memiliki kebiasaan makan yang lebih cepat dari windu dan tingkat digestibilitinya lebih cepat. Berdasarkan hal tersebut, jika vaname yang ditebar lebih banyak maka dikhawatirkan peluang bagi udang windu untuk mendapatkan makanan akan lebih rendah. Pada penelitian ini diperoleh nilai FCR yang tinggi pada kedua perlakuan yaitu 2,7 untuk perlakuan A dan 3,3 untuk perlakuan B sehingga berdampak pada biaya produksi yang cukup tinggi. Nilai FCR yang tinggi ini disebabkan oleh estimasi biomassa yang jauh dari realita sehingga menyebabkan terjadinya over feeding. Kualitas air Parameter fisika kimia air yang diamati selama penelitian menunjukkan nilai yang cukup layak untuk kegiatan pemeliharaan udang windu dan udang vaname dan nilainya relatif sama antara kedua perlakuan. Dari beberapa parameter yang diamati (Tabel 3) terdapat beberapa parameter yang nilainya melebihi nilai optimum yang disarankan yaitu salinitas, BOT dan TAN namun nilainya belum masuk kategori ekstrim. Tabel 3. Kisaran kualitas air untuk parameter fisika-kimia air Parameter Perlakuan A (+ SD) B (+ SD) Suhu ( o C) 26.5 30 (+ 1.009) 26.5 29.5 (+ 1.001) Salinitas (ppt) 15 38 (+ 8.232) 15 40 (+ 8.711) ph 7 8.5 (+ 0.571) 7 9 (+ 0.695) DO (mg/l) (ppm) >4 >4 Nitrit (NO 2 ) (ppm) 0.003-0.023 (+ 0.009) 0.006-0.069 (+ 0.009) Nitrat (NO 4) (ppm) 0.07-0.34 (+ 0.109) 0.08-0.24 (+ 0.109) TAN (Total ammonia nitrogen) (ppm) 0.070-1.642 (+ 0.640) 0.085-0.671 (+ 0.640) Posfat (PO 4 ) 0.002-0.155 (+ 0.067) 0.002-0.198 (+ 0.067) BOT (bahan organik terlarut) (ppm) 37.14-67.17 (+ 12.375) 48.06-72.63 (+ 12.375) Kesimpulan dan Saran Berat akhir rata-rata, pertumbuhan harian dan sintasan untuk udang vaname pada petak B lebih baik dibanding pada petak A sedangkan produksi pada petak A lebih tinggi dibanding petak B. Pada petak B diperoleh berat akhir rata-rata 11,6 g/ek, pertumbuhan harian 0,13 g/hr, sintasan 70,26 %, dan produksi 300.3 kg sedangkan petak A diperoleh 9,5 g/ek, 0,11 g/hr, 40,13 % dan 267 kg secara berurutan. Udang windu pada petak B memiliki pertumbuhan harian, sintasan dan 512 Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016

ISBN: 978-602-71759-2-1 produksi yang lebih baik dibanding petak A dimana petak B memiliki nilai 0.07 gr/hari, 3.74 % dan 13 kg secara berurutan sedangkan di petak A yaitu 0.06 gr/hr, 1.45 % dan 3.19 kg secara berurutan. Produksi total (windu+vaname) dan rasio konversi pakan (FCR) lebih baik pada petak A dibanding petak B dimana petak A diperoleh produksi total sebanyak 303,49 kg dan B 280 kg, sedangkan FCR yang diperoleh untuk A dan B yaitu 2,7 dan 3,3 secara berurutan. Pada usaha polikultur udang windu dan udang vaname disarankan untuk menebar udang windu dengan komposisi kepadatan yang lebih rendah dari udang vaname dan jika ingin menebar lebih dahulu salah satu dari keduanya maka disarankan untuk menebar udang windu terlebih dahulu. Daftar Pustaka Afero,F. 2005. Feasibility study on black tiger shrimp (penaeus monodon) and pacific white shrimp (litopenaeus vannamei) polyculture (Thesis). Graduate school Kasetsart University, Thailand. 73 pp Anonim, 2003. Litopenaeus vannamei sebagai alternative budidaya udang saat ini. PT.Central Proteinaprima (Charoen Pokphand Group) Surabaya. 16 hal. Mansyur,A dan Suwoyo,H.S. 2011. Pengaruh pergiliran pakan kandungan protein berbeda terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname semiintensif. Laporan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau,Maros. 23 hal. Padda,H. dan Mangampa,M. 1993. Analisis ekonomi percobaan pergantian air dan lama aerasi dalam budidaya udang windu secara intensif di tambak marana, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Budidaya Pantai, Maros, 16-19 Juli 1993. No.11:161-168. Palinggi,N.N. dan Atmomarsono,M. 1988. Pengaruh beberapa jenis bahan baku pakan terhadap pertumbuhan udang windu (Penaeus monodon). Jurnal Penelitian Budidaya Pantai. Vol 1 (4):21-28. Poernomo,A. 2004. Teknologi probiotik untuk mengatasi permasalahan tambak udang dan lingkungan budidaya. Makalah disampaikan pada symposium nasional pengembangan ilmu dan inovasi teknologi dalam budidaya. Semarang. 24 hal Sedgwick,R.W. 1979. Influence of dietary protein and energy on growth, food consumption an food convertion efficiency in Penaeus merguiensis de man. Aquaculture,16:7-30. Steel,R.G.D and J.H. Torrie. 1991. Principles and procedures of statistics. McGraw- Hill,Book Company,INC. London. 487 pp Sutanto,I. 2005. Petunjuk praktis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) ala lampung (file ppt). CV.Biotirta. Bandar Lampung. Tahe,S. dan Mansyur,A. 2010. Pengaruh pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (L.vannamei) pada bak terkontrol. Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau,Maros. 12 hal. Tahe,S., Nawang,A dan Mansyur,A. 2010. Aplikasi pergiliran pakan terhadap pertumbuhan, sintasan dan produksi udang vaname (L.vannamei). Laporan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau,Maros. 12 hal. Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016 513

Tarsim. 2004. Pengaruh penambahan udang putih (Penaeus vannamei) terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu (Penaeus monodon) pada budidaya intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia,3(3):41-45. Taw,N., Chandaeng,S., Edi,M.H. and Suaryanto,W. 2005. Polyculture : studies with white, black tiger shrimp show promise in indonesia. Global Aquaculture Advocate, 72-73. 514 Universitas Hasanuddin. Makassar, 7 Mei 2016