LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

dokumen-dokumen yang mirip
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

LAPORAN PENDAHULUAN KLIEN DENGAN KASUS DEFISIT PERAWATAN DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN MASALAH DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB II TINJAUAN TEORI

2.7 Asuhan Keperawatan A. Pengkajian

CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Tindakan Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN KEBERSIHAN DIRI (PERSONAL HYGIENE)

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada Pasien Defisit Perawatan Diri

LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien mulai dari pasien yang tidak mampu melakukan aktivitasnya secara

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

d. Sosial Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

Novita Pinedendi Julia Villy Rottie Ferdinand Wowiling

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

Koping individu tidak efektif

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

GAMBARAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PERSONAL HYGIENE KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG JALAK RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

BAB II PENGELOLAAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan risiko terhadap kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB II PENGELOLAAN KASUS

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU OLEH : REFIDA VERONIKA S 012015020 STIKes SANTA ELISABETH MEDAN T.A 2017/2018

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat dan rahmat-nya serta karunia-nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWAPROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini sebagai satu syarat dalam melaksanakan aplikasi penerapan asuhan keperawatan jiwa kepada pasien di lingkungan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara dengan gangguan jiwa yang sesuai dengan kompetensi belajar yang sudah ditentukan oleh Program Studi DIII Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan. Adapun dalam penulisan pelaporan ini penulis membuat asuhan dimulai dari pengkajian, pembuatan diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak, yaitu : 1. Mestiana Br. Karo-karo selaku Ketua STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek belajar lapangan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara 2. Nasipta Ginting., SKM., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi DIII Keperawatan STIKes Santa Elisabeth Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek belajar lapangan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara 3. Dr. Candra Syafe i., SpOG selaku direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara 4. Rusmauli Lumban Gaol., S.Kep., Ns., M.Kep selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Jiwa dan dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan laporan ini sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis buat ini masih memiliki banyak kekurangan, maka dari itu, saran dan kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini penulis terima. Medan, November 2017 Penulis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia. Gangguan jiwa dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu gangguan jiwa ringan (Neurosa) dan gangguan jiwa berat (Psikosis). Psikosis ada dua jenis yaitu: psikosis organik, dimana didapatkan kelainana pada otak dan psikosis fungsion tidak terdapat kelainan pada otak. Psikosis salah satu bentuk gangguan jiwa merupakan ketidak mampuan untuk berkomunikasi atau menggali realitas yang menimbulkan kesukaran dalam kemampuan seseorang berperan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut World Health Organitation (WHO, 2013), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Berdasarkan hasil survey awal peneliti di ruangan Kamboja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, Dari 48 klien yang dirawat inap di ruangan Kamboja, 26 klien (54%) diantaranya mengalami defisit perawatan diri. Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakuan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi social. Personal hygiene sangat tergantung pada pribadi masing-masing yaitu nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-hari yang beraturan, menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, banyak menghirup udara segar, olahraga, istirahat cukup, merupakan syarat utama dan perlu mendapat perhatian.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan gangguan masalah utama Halusinasi. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Melaksanakan pengkajian data pada masalah utama Halusinasi b. Menganalisa data pada gangguan jiwa Halusinasi c. Merumuskan diagnose keperawatan Pada Pasien Gangguan Jiwa Halusinasi d. Merencanakan tindakan keperawatan Pada Pasien Gangguan Jiwa Halusinasi e. Mengevaluasi tindakan keperawatan Pada Pasien Gangguan Jiwa Halusinasi 1.3 Metode penulisan Metode penulisan yang digunakan adalah deksriptif dengan teknik pengkajian, diagnose keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi sedangkan teknik penulisan yang digunakan sebagai berikut : 1. Observasi partisipatif Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien serta melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengan timbulnya perubahan klinis selama observasi 2. Wawancara Yaitu mengadakan Tanya jawab langsung dari pasien, perawat serta petugs kesehatan uang bersangkutan dengan pasien. 3. Studi Dokumentasi Yaitu mempelajari buku-buku laporan dan catatan medis serta dokumen lainnya untuk membandingkan dengan data yang ada 4. Studi Pustaka Yaitu mempelajari buku-buku referensi tentang penyakit yang berhubugan dengan Pasien Gangguan Jiwa Perilaku Kekerasan 1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara sistematika dan tiaptiap bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu : BAB I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisanm dan sistematika penulisan BAB II : Berisi tentang konsep dasar yang berisi tentang pengertian, etiologi, (factor predisposisi, dan factor prepitasi), tanda dan gejala, pohon masalah, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. BAB III : berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien meliputi pengkajian, analisa data, daftar masalah keperawatan, pohon masalah, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, dan evaluasi BAB IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. BAB V : Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran tentang kasus yang dibahas. DAFTAR PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Medis 2.1.1 Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, BAB atau BAK (toileting) (Keliat budi, 2007). Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012) Rentang Respon Neurolobiologis Adaptif Maladaptive Pola perawatan diri seimbang Kadang perawatan diri kadang tidak Tidak melakukan perawatan diri pada saat stres 2.1.2 Etiologi Menurut Ridhayalla (2015) penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000)dikutip dalam Ridhayalla, (2015) terdapat penyebab kurang perawatan diri adalah: a. Factor predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri 4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Ridhayalla (2015) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain 7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine 1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku 2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012). 2.1.3 Patofisiologi Menurut(Damaiyanti, 2012)penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000)dikutip dalam Ridhayalla (2015), penyebab kurang perawatan diri adalah: a. Factor predisposisi 1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu 2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri. 3) Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri. b. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah

yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000)dikutip dalam Damayanti, (2012). Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah: 1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. 2) Praktik Sosial Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lainlain. 7) Kondisi fisik atau psikis, Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine 1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku 2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman,

kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012). 2.1.4 Gambaran Klinis/manifestasi Klinis Menurut Depkes (2000) dikutip dalam Damaiyanti (2012) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1) Fisik a) Badan bau, pakaian kotor b) Rambut dan kulit kotor c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi. 2) Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif b) Menarik diri, isolasi diri c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3) Social a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma d) Cara makan tidak teratur e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. 2.1.5 Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan menurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri b. Membimbing dan menolong klien merawat diri c. Ciptakan lingkungan yang mendukung. 2.2 Konsep Dasar Keperawatan 2.2.1 Pengertian Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).

Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan nyata. (Farida dan Yudi, 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa hlm : 105). 2.2.2 Pohon masalah Resiko perilaku kekerasan (effect) Defiist perawatan diri(core/problem) Harga diri rendah Kronis (causa) Individu Tidak Efektif Diagnose keperawatan 1. Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK/BAB. 2.2.3 Gambaran Klinis Menurut Depkes (2000) dikutip dalam Damaiyanti (2012) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1) Fisik a) Badan bau, pakaian kotor b) Rambut dan kulit kotor c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi. 2) Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif b) Menarik diri, isolasi diri c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3) Social a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

d) Cara makan tidak teratur e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri. 2.2.4 Penatalaksanaan Keperawatan 2.2.4.1 Pengkajian Kurang perawatan diri pada klien dengan gangguan jiwa terjadi akibat ada perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias, perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampua merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting secara mandiri. Untuk mengetahui apakah klien mengalami masalah DPD maka tanda dan gejala dapat diperoleh. a. Gangguan kebersihan diri (mandi/hygiene), Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh serta masuk dan keluar kamar mandi. b. Berpakaian/berhias, Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian c. Makan, Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,mengambil cangkir atau gelas. d. Eliminasi (BAB/BAK), Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri diatas

biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, BAB dan BAK. 2.2.4.2 Diagnosa Keperawatan Pohon Masalah Resiko perilaku kekerasan (effect) Defiist perawatan diri (core/problem) Harga diri rendah Kronis (causa) Individu Tidak Efektif Diagnose keperawatan 1. Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan, dan BAK/BAB. 2.2.4.3 Intervensi Keperawatan 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien 2) Tujuan a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri. b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik. c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik. d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri. 2) Tindakan keperawatan a) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, Anda dapat melakukan tahapan tindakan berikut 1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri. 3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri. 4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri. b) Melatih pasien berdandan/berhias. Anda sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita. 1) Untuk pasien laki-laki latihan meliputi: a. berpakaian, b. menyisir rambut, c. bercukur. 2) Untuk pasien wanita, latihannya meliputi: a) berpakaian, b) menyisir rambut, c) berhias. c) Melatih pasien makan secara mandiri. Untuk melatih makan pasien, Anda dapat melakukan tahapan sebagai berikut.: 1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan. 2) Menjelaskan cara makan yang tertib. 3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan. 4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik. d) Melatih Pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri. Anda dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut. 1) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai. 2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.

3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK. 2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga 1) Tujuan : Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri. 2) Tindakan keperawatan Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik, maka Anda harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Anda lakukan antara lain sebagai berikut.: a. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien. b. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma. c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien. d. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati). e. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri f. Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri

2.2.4.4 Strategi Pelaksana (SP) SP Kegiatan Tindakan 1. SP 1 Melatih Klien dalam menjaga kebersihan diri a. Menjelaskan pentingnya dalam menjaga kebersihan klien b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri c. Menjelaskan cara melakukan kebersihan diri d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga 2. SP 2 Melatih Klien Berdandan (berhias) 3. SP 3 Melatih klien makan secara mandiri 4. SP 4 Mengajarkan klien melakukan BAB dan BAK kebersihan diri. a. Klien laki-laki latihan meliputi: berpakaian, menyisir, bercukur b. Klien wanita meliputi: berpakaian, menyisir, rambut, berhias. a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan b. Menjelaskan cara makan yang tertib c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik. a. Menjelaskan tempat BAB atau BAK yang sesuai b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, BAB atau BAK (toileting). 2. Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah: 1. Fisik a) Badan bau, pakaian kotor b) Rambut dan kulit kotor c) Kuku panjang dan kotor d) Gigi kotor disertai mulut bau e) Penampilan tidak rapi. 2. Psikologis a) Malas, tidak ada inisiatif b) Menarik diri, isolasi diri c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Social a) Interaksi kurang b) Kegiatan kurang c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma d) Cara makan tidak teratur e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri 5.2 Saran 1. Defisit perawatan firi merupakan perubahan persepsi klien mengenai perawatan diri akibat beberapa factor. Baik dalam maupun lingkungan pasien tersebut. Maka dari itu, klien perlu di aja untuk kembali perduli mengenai perawatan tentang dirinya.

2. Komunikasi terapeutik antara perawat, klien dan keluarga harus dipertahanakan 3. Oleh karena keluarga merupakan faktor pendukung utama dalam perawatan klien maka keluarga perlu di motivasi untuk terlibat secara aktif dalam perawatan klien halusinasi. 4. Fiksasi bukan pilihan utama pada klien halusinasi tapi perhatikan dan kenali respon klien yang berhubungan dengan halusinasi dan gunakan komunikasi terapeutik bagi klien yang tidak kooperatif. 5. Perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi klien pada perawat dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama. Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta: Depkes RI. Depkes. 2008. Standar Pedoman Perawatan Jiwa. Jakarta : EGC Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing Herman ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. yogyakarta: nuha medika Keliat, Budi. 2007. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta : EGC Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika