PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL. Devica Rully, SH., MH., LLM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL MARET 2017

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (HPI) PENDAHULUAN

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6.

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkawinan Campuran. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki

SEJARAH HUKUM INDONESIA

II. Istilah Hukum Perdata

Hukum Perdata. Rahmad Hendra

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Dalam Wikipedia, K. C. Wheare menyatakan bahwa undang-undang atau

POLITIK HUKUM MENUJU PEMBANGUNAN EKONOMI. Oleh: Prof. Dr. C.F.G. Sunaryati Hartono, S.H.

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Hukum Internasional Lanjutan

Pendahuluan: Pengertian Hukum Perdata Internasional, Sejarah Hukum Perdata Internasional, dan Ruang Lingkup Hukum Perdata Internasional

========================================= KTP Pada Zaman Hindia Belanda

BAB. IV POLITIK HUKUM

BAB II LEGALITAS PERKAWINAN CAMPURAN YANG KELENGKAPAN PERSYARATANNYA TIDAK SEMPURNA. A. Latar Belakang Sejarah Pengaturan Hukum Perkawinan Campuran

Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administrasi Negara

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

HUKUM EKONOMI DALAM SISTEM HUKUM 1

BAB I PENDAHULUAN. Mewaris adalah menggantikan hak dan kewajiban seseorang yang

Sejarah Tata Hukum Dan Poliik di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1985 TENTANG P E R I K A N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEKUATAN SURAT BUKTI PERKAWINAN YANG DILANGSUNGKAN DI LUAR INDONESIA SETELAH DIDAFTARKAN DI KANTOR CATATAN SIPIL. Oleh : Isetyowati Andayani

Pilihan Hukum (Terkait dengan Transaksi Bisnis Internasional)

HUBUNGAN HUKUM PERJANJANJIAN KERJA BERSAM (PKB) Oleh H. MOESTOPO, SE, SH, MH

Kata Pengantar P H I KATA PENGANTAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Pendapat Umum, yang dimaksud dengan Hukum adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1947 TENTANG TUNJANGAN KEPADA BEKAS PEGAWAI NEGERI SERTA JANDA DAN ANAK PIATUNYA.

BAB II KEBIJAKAN HUKUM PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENCATATAN KELAHIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. Belanda, meskipun saat ini penggolongan penduduk telah dihapus semenjak adanya

BAB II SISTEM PERKAWINAN CAMPURAN DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DASAR-DASAR HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

Hukum Perdata Internasional. Bagas Samudera

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

PERKULIAHAN III Devica Rully M., SH. MH. LLM.

TENTIR UJIAN TENGAH SEMESTER PENGANTAR HUKUM INDONESIA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2012

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PADA SUATU PERSEROAN TERBATAS MENURUT

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Dinamika Pembangunan dan Pengembangan Hukum di Indonesia sejak masa kolonial hingga era kemerdekaan

UNDANG-UNDANG DARURAT (UUDRT) NOMOR 17 TAHUN 1950 (17/1950) TENTANG HUKUM ACARA PIDANA PADA PENGADILAN TENTARA. Presiden Republik Indonesia Serikat,

BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

BAB I PENDAHULUAN. sakral, karena itu pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai ajaran agama 2. Oleh

BAB II KEDUDUKAN ANAK YANG BERSTATUS WARGA NEGARA ASING YANG PERKAWINAN ORANG TUANYA TIDAK DICATATKAN DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG (UU 1948 No. 13. (13/1948) Peraturan tentang mengadakan perubahan dalam Vorstenlands Grondhuurreglement. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI.

KETERTIBAN UMUM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INTERNASIONAL. Oleh : Imelda Onibala 1

BAB I PENDAHULUAN. (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS.

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Hukum Perdata Internasional. tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda. Pendapat lain yang

PHI 5 ASAS HUKUM ACARA PERDATA

UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NO.13 TAHUN 1992 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Kualifikasi. All images:internet s Archives. Hukum Perdata Internasional Kelas D

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia MEMUTUSKAN

A. Keabsahan Kepemilikan Hak Atas Tanah Berdasarkan Asas Perlekatan. Vertikal Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1946 TENTANG PERATURAN HUKUM ACARA PIDANA GUNA PENGADILAN TENTARA.

TINJAUAN YURIDIS PENYELUNDUPAN HUKUM PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Hukum Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Namun di Indonesia hukum yang diterapkan adalah hukum secara terlulis.

Pelajaran 1-6 PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

BAB II. Prosedur Pengajuan Grasi Kepada Presiden Baik Tahap I. Maupun Tahap II

PENGGOLONGAN HUKUM H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata

KISI UAS PPKN 20 Desember 2014

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Sejarah Mahkamah Pelayaran Republik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1954 TENTANG PELAKSANAAN PENGAWASAN TERHADAP ORANG ASING YANG BERADA DI INDONESIA

Asas asas Hukum Tata Negara

TUGAS TERSTRUKTUR. Hukum Adat

Indonesia Jakarta, FH. UI, hal Muh. Kusnadi dan Ha y Ibrahim, 1980, Pengantar Tata Hukum

Bahan Diskusi Panel B

Hukum Internasional. Pertemuan XXXIV. Malahayati, S.H., LL.M. (c) 2014 Malahayati 1

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAIQ TOBRONI, SHI., MH

SISTEM HUKUM MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat 2. Pada

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA

HUKUM PERDATA ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

BAB III ANALISA TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI (PLAATSVERVULLING) PASAL 841 KUH PERDATA DENGAN 185 KHI

TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM KELUARGA BERDASARKAN PASAL 367 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA Oleh: Butje Tampi, SH, MH 1

Transkripsi:

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Devica Rully, SH., MH., LLM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ESA UNGGUL MARET 2017

OBYEK KAJIAN LATAR BELAKANG HPI PENGERTIAN HPI RUANG LINGKUP SUMBER HUKUM HPI

Latar Belakang 1. Indonesia adalah bekas daerah jajahan Belanda, dikenal dengan nama Nederlands Indie (Hindia Belanda) 2. Politik Hukum Penjajah: i. pembagian kawula Hindia Belanda ke dalam golongangolongan rakyat; dan ii. asas konkordansi & keberlakuan sistem-sistem hukum bagi golongan-golongan rakyat yang berbeda. 3. Hidupnya Hukum Adat di sepanjang Nusantara, sebagaimana dinyatakan oleh van Vollenhoven terdapat 19 daerah hukum adat. 4. Kemerdekaan Indonesia 5. Cita-cita pembentukan Sistem Hukum Nasional

Definisi Hukum Perdata Internasional Menurut Sudargo Gautama: HPI adalah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stesel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antar warga negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi dan soa-lsoal.

Definisi Hukum Perdata Internasional Menurut Mochtar Kusumaatmaja: HPI adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan hukum perdata yang melintasi batas negara. Dengan perkataan lain hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata(nasional) yang berlainan. Menurut Bayu Seto: HPI adalah seperangkat kaidah-kaidah,asas-asas dan atau aturan hukum nasional yang dibuat untuk mengatur peristiwa atau hubungan hukum yang mengandung unsur-unsur transnasional atau unsur-unsur ekstrateritorial.

Definisi Hukum Perdata Internasional (Ahli-Ahli Hukum Asing) Van Brakel---- HPI adalah hukum nasional yang ditulis (diadakan) untuk hubungan-hubungan hukum internasional. Graveson menyebutnya Conflict of Laws (Hukum Perselisihan), yaitu : Bidang hukum yang berkenaan dengan perkara-perkara yang di dalamnya mengandung fakta relevan yang berhubungan dengan suatu sistem hukum lain, baik karena aspek teritorialitas atau personalitas, dan karena itu, dapat menimbulkan masalah pemberlakuan hukum sendiri atau hukum lain (biasanya hukum asing) untuk memutuskan perkara, atau menimbulkan masalah pelaksanaan yurisdiksi pengadilan sendiri atau pengadilan asing.

Ragam Peristilahan Belanda Inggris Perancis Jerman Indonesia Conflictenrecht Collisierecht Intergentiel Recht Interrechtsordenrecht Conflict of Laws Private International Law International Private law Marginal Law Interlegal Law Conflits des Lois Conflits des statuts Grenzrecht Hukum Perselisihan Hukum Collisie Hukum Perdata Internasional Hukum Antar Tata Hukum

RUANG LINGKUP HPI Apakah HPI merupakan sistem hukum Nasional atau Internasional?

Gouwgioksiong dan Schnitzer: Sumber hukum utama dari HPI adalah hukum nasional masing-masing negara, sehingga yang bersifat internasional adalah hubunganhubungan atau peristiwa yang menjadi obyek dari perselisihan tersebut E.Hambro: The rules (of private international law) may be common to several states, and may even be established by international conventions or customs, and in the latter case may possess the character of true international law governing the relations between states. But apart from this, it has to be considered that these rules form part of municipal (domestic) law J.H.C.Morris RUANG LINGKUP HPI The use of term Private International Law as the alternative title is potentially misleading, for the conflict of laws is not an international system of law. Public international law is a single system seeking primarily to regulate relations between sovereign states. But rules of the conflict of laws differ from country to country

HPI DAN CONFLICT OF LAWS Conflict of laws merupakan hukum yang bertujuan untuk menyelesaikan perkara yang mengandung benturan ( conflict or collision ) antara dua atau lebih aturan atau sistem hukum yang berbeda Conflict of laws tidak selalu digunakan untuk menyelesiakan persoalan yang sifatnya transnational Di AS, conflict of laws digunakan untuk menyelesaikan konflik hukum antar negara bagian( ingat, AS adalah negara Federal)). Conflictof law juga digunakan dalam ranah publik, contohnya dalam hukum administrasi negara, hukum pajak maupun hukum pidana.

CONFLICT OF LAW DI INDONESIA Conflict of laws bisa disamakan dengan HUKUM PERSELISIHAN atau HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH). HATAH merupakan konsekuensi dari pluralisme hukum di Indonesia dan pembedaan golongan penduduk [Baca P.131 and 163 IS]. HATAH bisa dibedakan menjadi: HATAH Intern& HATAH Ekstern

Hukum Antar Tata Hukum HATAH Intern: Gautama: Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga(-warga) negara dalam satu negara, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-kuasa-waktu, tempat pribadi dan soal-soal. HATAH Ekstern (HPI): Gautama: Keseluruhan peraturan dan keputusan-hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga(-warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelselstelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan-kuasa-tempat, (pribadi-) dan soal-soal.

HATAH: Penguraian definisi (1) 1. Terdapat 2 atau lebih stelsel hukum yang bertemu. 2. Pertemuan stesel-stelsel hukum tersebut ditandai oleh adanya titik-titik pertalian. 3. HATAH menentukan stelsel hukum yang berlaku. 4. HATAH Intern tidak memiliki unsur asing, HATAH Ekstern memiliki unsur asing.

HATAH: Penguraian definisi (2) 1. Stelsel-stelsel hukum yang bertemu memiliki kedudukan yang sama satu terhadap lainnya. 2. Keberlakuan stelsel hukum A, bukan karena stelsel(-stelsel) hukum lainnya bersifat inferior, tetapi karena stelsel hukum A-lah stelsel hukum yang tepat untuk diberlakukan. 3. HATAH Ekstern adalah hukum perdata nasional!

Hukum Antar Tata Hukum: Skematika HATAH Ekstern/HPI Intern Hukum Antar Golongan (HAG) Hukum Antar Tempat (HAT) Hukum Antar Waktu (HAW)

Hukum Antar Waktu Gautama: Hukum Antar Waktu adalah keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwaperistiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara dan satu tempat, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa-waktu dan soalsoal (naar tijdelijke en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of normen).

Skema HAW W P S TT W P S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

Hukum Antar Tempat Gautama: keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelselhukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubunganhubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara dan satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titikpertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidahkaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa-tempat dan soalsoal (naar plaatselijke en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels of normen).

Skema HAT T P S WW T P S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

Hukum Antar Golongan Gautama: Hukum Antar Golongan adalah keseluruhan peraturan- dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel-hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga (-warga) negara dalam satu negara, satu tempat dan satu waktu tertentu, memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum yang berbeda dalam lingkungan-lingkungan kuasa-pribadi dan- soalsoal (naar personele en zakelijke werking verschillende rechtsstelsels en rechtnormen).

Skema HAG P S W T W T P S W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

Skema HPI W W T P S Negara X T P S Negara Y W : tijdsgebied (lingkungan-kuasa-waktu) T : ruimtegebied (lingkungan-kuasa-tempat) P : personengebied (lingkungan-kuasa-pribadi) S : zakengebied (lingkungan-kuasa-soal-soal)

Pasal 131:1 Indische Staatsregeling Het burgerlijk- en handelsrecht en het strafrecht, zoomede de burgerlijke rechtsverordering en de strafvordering worden, onverminderd de bij of krachtens deze wet aan anderen toegekende strafwetgevende bevoegdheid, geregeld bij ordonnantie. De regeling geschiedt hetzij voor alle of eenige bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan of gebiedsdeelen gezamenlijk, hetzij voor een of meer dier groepen of deelen afzonderlijk. Hukum-hukum perdata, dagang dan pidana, begitu pula hukum acara perdata dan pidana, diatur dengan undang-undang (ordonansi), dengan tidak mengurangi wewenang yang diberikan oleh atau berdasarkan undang-undang kepada pembentuk perundangundangan pidana. Pengaturan ini dilakukan, baik untuk seluruh golongan penduduk atau beberapa golongan dari penduduk itu ataupun sebagian dari golongan itu, ataupun baik untuk bagianbagian dari daerah secara bersama maupun untuk satu atau beberapa golongan atau bagian dari golongan itu secara khusus.

Pasal 131:2 Indische Staatsregeling In de ordonnanties regelende het burgerlijk- en handelsrecht worden: a. voor de Europeanen de in Nederland geldende wetten gevold. van welke wetten echter mag worden afgeweken zoowel wegens de bijzondere toestanden in Ned- Indië, als om hen met een of meer der overige bevolkingsgroepen of onderdeelen daarvan aan dezelfde voorschriften te kunnen onderwerpen; b. de Inlanders, de Vreemde Oosterlingen en de onderdeelen, waarnit deze beide groepen der bevolking bestaan, voorzoorverre de bij hen gebleken maatschappelijke behoeften dit eischen, hetzij aan de voor Europeanen geldende bepalingen, voor zooveel noodig gewijzigd, hetzij met de Europeanen aan gemeenschappelijke voorschriften onderworpen, terwijl overing Dalam ordonansi-ordonansi yang mengatur hukum perdata dan dagang ini: a. untuk golongan Eropa berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda, dan penyimpangan dari itu hanya dapat dilakukan dengan mengingat baik yang khusus berlaku menurut keadaan di Indonesia, maupun demi kepentingan mereka ditundukkan kepada peraturan perundang-undangan menurut ketentuan yang sama bagi satu atau beberapa golongan penduduk lainnya; b. untuk orang-orang Indonesia, golongan Timur Asing atau bagianbagian dari golongan-golongan itu, yang merupakan dua golongan dari penduduk, sepanjang kebutuhan masyarakat menghendaki, diberlakukan baik ketentuan perundang-undangan yang sama dengan golongan Eropa, sedangkan untuk hal-hal lain yang belum diatur di situ, bagi mereka berlaku peraturan hukum yang bertalian dengan agama dan adat-kebiasaan mereka, yang hanya dapat menyimpang dari itu, apabila ternyata kepentingan umum atau kebutuhan masyarakat menghendakinya.

Asas Konkordansi atau Concordantie-beginsel Dasar hukum: Pasal 131:2 (a) IS de in Nederland geldende wetten gevold. berlaku (dianut) undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda. Asas Konkordansi untuk memberlakukan Hukum di Belanda bagi Golongan Rakyat Eropa (Europeanen). Perkecualian untuk Asas Konkordansi: 1. hukum khusus yang menyesuaikan keperluan hukum golongan Eropa dengan keadaan khusus di Indonesia; dan 2. hukum yang berlaku bagi beberapa golongan rakyat secara bersama-sama (gemmenschappelijk recht).

Pasal 131:4 Indische Staatsregeling Inlanders en Vreemde Oosterlingen zijn bevoegd om, voor zooverre zij niet reeds met de Europeanen aan gemeenchappelijke voorschriften zijn onderworpen, zich in het algemeen of voor eene bepaalde rechtshandeling te onderwerpen aan niet op hen toepasselijke voorschriften van het burgerlijk en handelsrecht der Europeanen. Deze onderwerping en hare gevolgen worden bij ordonnanie geregeld. Orang-orang Indonesia dan golongan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan kepada peraturan yang sama bagi golongan Eropa, berhak untuk menundukkan diri secara keseluruhan atau sebahagian, untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perdata dan hukum dagang untuk golongan Eropa yang sebetulnya tidak berlaku bagi mereka itu. Penundukkan diri kepada hukum Eropa ini beserta akibatakibat hukumnya diatur dengan ordonansi.

Pasal 163:2 Indische Staatsregeling Ketentuan-ketentuan untuk golongan Eropa berlaku bagi: 1. semua orang Belanda; 2. semua orang yang tidak termasuk dalam no. 1 yang berasal dari Eropa; 3. semua orang Jepang dan selanjutnya semua pendatang dari luar negeri yang tidak termasuk dalam no. 1 dan no. 2 yang di negeri-asalnya berlaku bagi mereka hukum keluarga yang pada dasarnya mempunyai asas-asas hukum yang sama dengan hukum keluarga Belanda; 4. Anak-anak yang sah atau yang diakui sah berdasarkan undang-undang di Indonesia beserta keturunan-keturunan dari orang-orang seperti yang disebutkan dalam no. 2 dan no. 3.

Golongan-golongan Rakyat (bevolkingsgroepen) di Hindia Belanda berdasarkan 163 IS 1. Golongan Eropa (Europeanen) a) Orang Belanda; b) Semua orang yang berasal dari Eropa; keturunan orang Eropa; c) Orang Jepang; d) Semua orang, yang di negara asalnya, tunduk pada hukum keluarga yang pada intinya sama dengan dengan hukum Belanda, seperti Orang Thailand dan Turki; dan e) Keturunan sah atau diakui sebagai keturunan sah dari orang-orang di atas. 2. Golongan Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) a) Timur Asing Tionghoa b) Timur Asing Non Tionghoa 3. Golongan Pribumi/Bumiputera (Inlanders) Dikecualikan dari golongan ini, orang pribumi/bumiputera yang telah dipersamakan dan masuk sebagai golongan Eropa melalui lembaga Persamaa Hak (Gelijkstelling).

Golongan-golongan Rakyat (bevolkingsgroepen) & Golongangolongan Hukum (rechtsgroepen) menurut 131 IS 1. Golongan Eropa Hukum Belanda sebagaimana yang berlaku di Belanda concordantiebeginsel; Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat. 2. Golongan Timur Asing 1. Timur Asing Tionghoa Sejak 1 Mei 1919 Hukum Eropa: Burgelijke Wetboek (dengan pengecualian tentang syaratsyarat sebelum perkawinan & Catatan Sipil), Wetboek van Koophandel, pengaturan tentang adopsi & kongsi. Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat. 2. Timur Asing Non Tionghoa Hukum Adat (bysnya orang dan keluarga) Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat. Golongan Pribumi/Bumiputera Hukum Adat ; Dalam hal-hal tertentu, peraturan khusus yang berlaku bagi semua golongan rakyat.

SUMBER HUKUM HPI Di Indonesia HPI yang belum terkodifikasi: Menganut Algemeene Bepalingen van Wetgeving AB) 30 April 1847; Pasal 16 AB Pasal 17 AB Pasal 18 AB