LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN. maju seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Negara-negara Eropa. Di Amerika

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN :TB PARU DI RUANG CEMPAKA III RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. seperti menghirup udara yang kurang baik dalam hal ini debu pemotongan batu

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASIDOSIS RESPIRATORIK

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

OKSIGENASI DALAM SUATU ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III ANALISA KASUS

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

INOVASI KEPERAWATAN BATUK EFEKTIF DAN EDUKASI PASIEN TB PARU DENGAN MENGGUNAKAN LEAFLET DI RSUD CENGKARENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada dasarnya penulis akan membicarakan tentang pelaksanaan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

ASMA BRONKHIAL. inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT PADA LAKI-LAKI LANSIA. Damayanti A. 1)

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKHITIS KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) A. Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif noreversibel atau reversible parsial, serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2009). Penyakit Paru Obstruktif Kronik 9PPOK) adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Brunner & Suddarth, 2002). B. Etiologi Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergaantung dari jumlah partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya. Partikel gas ini termasuk : 1. Asap Rokok a. Perokok Aktif b. Perokok Pasif 2. Polusi Udara a. Polusi di dalam ruangan-asap rokok-asap kompor b. Polusi di luar ruangan-gas buang kendaraan bermotor-debu jalanan 3. Polusi di Tempat Kerja a. Bahan kimia b. Zat iritasi c. Gas beracun 4. Umur C. Manifestasi Klinik Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang timbul alu kemudian berlangsung lama dan 1

sepanjang hari. Batuk disertai dengan produksi sputum yang paada awalnya sedikit dan kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan semakin bertambah parahnya batu penderita. Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas yang menetap. D. Patofisiologi Factor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkuskecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak delam alveolus dan terjadilah penumpukan udara. Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993). 2

E. Pathway Faktor predisposisi Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus Bersihan jalan nafas tidak efektif Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi Udara terperangkap dalam alveolus Suplai O2 jaringan rendah PaO2 rendah PaCO2 tinggi Sesak nafas, nafas pendek Kompensasi Kardiovaskuler Gangguan metabolisme jaringan Gangguan pertukaran gas Hipertensi pulmonal Hipoksemi Metabolisme anaerob Insufisiensi/ gagal nafas Pola nafas tidak efektif Gagal Jantung kanan Produksi ATP menurun Deficit energi Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Lelah, lemah Intoleransi Aktivitas Gangguan Pola Tidur Kurang perawatan diri 3

F. Penatalaksanaan Medis 1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara. 2. Terapi dengan : a. Antibiotik, karena biasanya disertai infeksi. b. Terapi Oksigen bagi yang memerlukan. c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik. d. Bronkodilator e. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik. G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Radiologist 2. Analisa Gas Darah 3. Pemeriksaan EKG 4. Laboratorium darah lengkap 5. Kultur sputum, untuk mengetahui pathogen penyebab infeksi H. Data Fokus Pengkajian 1. Wawancara a. Identitas Identitas Pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku bangsa, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis, no. Rekam medis. Identitas Penanggung Jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, kewarganegaraan, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan pasien. b. Keluhan Utama Klien biasanya mengeluh batuk berdahak dan sesak c. Riwayat kesehatan Sekarang Batuk-batuk yang sering disertai dahak, lendir putih, tidak ada selera makan, lidah terasa pahit, terlihat lemas dan capek, adanya bunyi nafas wheezing, pernafasn melalui hidung. 4

d. Riwayat Kesehatan Dahulu Perlu dikaji apakah pasien pernah merokok atau terkontaminasi dengan asap rokok dan polusi udara. e. Riwayat kesehatan Keluarga Kaji ada tidaknya keluarga yang mengalami hal yang sama, atau apakah ada keluarga yang terbiasa merokok. 2. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum Pasien dengan PPOK biasanya terlihat lelah dan lemas b. Kesadaran Pasien dengan PPOK biasanya dalam kedaan sadar/compo c. Tanda-Tanda Vital Kaji Tekanan Darah (TD), Nadi (N), Suhu (S), dan Respirasi d. Persistem 1. System Neurologi Kaji adanya nyeri kepala, pusing, dan kesadarannya. 2. Sistem Respirasi Kaji adanya nafas pendek, rasa dada tertekan, adanya nyeri tekan pada dada. Batuk yang menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) minimum selama 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Kaji produksi sputumnya (hijau, putih, atau kuning). Kaji penggunaan otot bantu pernafasan, misalnya seperti meninggikan bahu atau melebarkan hidung. 3. System Kardiovaskuler Kaji adanya peningkatan tekanan darah, denyut nadi, warna kulit/membrane mukosa : normal/abu-abu/sianosis. Pucat dapat menunjukkan anemia. 4. System Endokrin Kaji ada tidaknya pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak. 5. System Pencernaan Kaji tingkat selera makan pasien, rasa mual/muntah, dan ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan. 5

6. System Muskuloskeletal Kaji apakah ada kehilangan massa otot/kelemahan umum, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena nyeri pada dada dan karena sulit bernafas. 7. System Perkemihan Kaji frekuensi BAK pasien, apakah sering atau tidak. 8. System Integumen Kaji turgor kulit pada pasien, dan warna kulit pada pasien. I. Analisa Data NO DATA ETIOLOGI MASALAH 1 DO : Klien terlihat lelah, sputum kental. TD = 140/90 mmhg, N=84 Asap Tembakau/Polusi Udara Gangguan kebersihan Paru Bersihan jalan nafas tidak efektif x/menit, R = 20 Peradangan bronkus x/menit, S = 36,3 0 C DS : Penyempitan saluran nafas Pasien mengatakan batuk berdahak, Saluran nafas menjadi kecil dengan dahak yang sering. Peningkatan secret bronkiolus 2. DO : nafas klien terlihat lambat dan pendek, penggunaan otot pernafasan, kesulitan bicara 4 atau 5 kata Bersihan jalan nafas tidak efektif Asap rokok/polusi udara Gangguan kebersihan paru Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi Polaa nafas tidak efektif 6

sekaligus. TD = 140/90 mmhg, N=84 x/menit, R = 20 x/menit, S = 36,3 0 C DS : Klien mengatakan lelah karena batuknya dan nafas terasa sulit. Udara terperangkap dalam alveolus Sesak nafa, nafas pendek Pola nafas tidak efektif 3. DO : Klien makan sedikitsedikit, badan Nampak kurus. TD = 140/90 mmhg, N=84 x/menit, R = 20 x/menit, S = 36,3 0 C DS : Klien mengatakan tidak ada selera/nafsu makan, di bagian mulut terasa pahit. Asap rokok/polusi udara Gangguan kebersihan paru Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi Udara terperangkap dalam alveolus Sesak nafas, nafas pendek Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan J. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum 2. Pola nafas tidak efektif b.d nafas pendek, mucus. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d meningkatnya metabolism 7

K. Perencanaan No Dx Tujuan Intervensi Rasional 1. Bersihan Tupan : 1. Observasi tandatanda vital kondisi 1. Untuk mengetahui jalan nafas Secret berkurang selanjtnya tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum 2. Pola nafas dan jalan nafas efektif 2. Ajarkan tentang klien metode Tupen : Setelah pengontrolan batuk dilakukan tindakan keperawatan 3. Ajarkan untuk menurunkan klien selama 2x24 jam vikositas sekresi: bersihan jalan dengan minum air nafas berangsur membaik, hangat sedikit tapi sering dengan criteria 4. Dorong dan hasil : berikan perawatan Sekret berkurang mulut yang baik. Secret tidak mengental Tupan : 1. Observasi tanda- tidak efektif Pola nafas tanda vital b.d nafas kembali efektif 2. Pertahankan pendek dan Tupen : mucus Setelah dilakukan tindakan 2x24 posisi semi fowler 3. Anjurkan kepada klien untuk minum air hangat 2. Batuk yang tidak terkontrol adalah tidak efektif, menyebabkan frustasi duduk tegak menurunkan frekuensi pernapasan, mempermudahkan pengeluaran sekresi. 3. Sekresi kental sulit unruk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mucus. 4. Hygiene mulut yang baik meningkatkan kenyamanan dan mencegah bau mulut. 1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya 2. Posisi semi fowler mengurangi sesak 3. Mengencerkan dahak agar mudah 8

jam pola nafas 4. Latih teknik napas keluar. berangsur-angsur dalam dan batuk 4. Batuk tidak membaik, efektif yang terkontrol adalah dengan criteria teratur. melelahkan dan hasil : 5. Pemberian tidak efektif Tidak nebulizer sesuai menyebabkan menggunaka indikasi frustasi. n otot-otot 5. Pemberian nebilizer pernafasan dapat membantu tidak sulit pencegahan dahak. bernafas/sesa k berkurang 3. Perubahan Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Untuk menentukan nutrisi kurang Pemenuhan pemasukan nutrisi intervensi dari kebutuhan nutrisi klien selanjutnya. kebutuhan b.d terpenuhi 2. Hindarkan klien 2. Makanan yang meningkatnya Tupen : untuk merangsang batuk metabolisme Setelah mengkonsumsi dapat meningkatkan dilakukan makanan yang frekuensi batuk tindakan dapat merangsang lebih tinggi. keperawatan 2 x batuk. 24 jam, nutrisi 3. Berikan makanan 3. Mencegah klien berangsur pasien dalam cepat bosan terpenuhi, porsi kecil tapi terhadap makanan dengan criteria sering yang diberikan. hasil : 4. Beri pendidikan 4. Agar dapat mengerti Nafsu makan kesehatan kepada pentingnya nutrisi baik klien dan keluarga bagi tubuh Makan selalu tentang nutrisi. dihabiskan 9

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 volume 2. EGC: Jakarta. Yasmin, Niluh G.dkk.2004. Keperawatan Medikal Bedah. EGC; Jakarta. Carpeniti Moye, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta. Setiono wiwing. Diposkan Januari 2014. Asuhan Keperawatan PPOK. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014 di http://lpkeperawatan.blogspot.com 10