ANGGARAN DASAR FORUM LINGKAR PENA. Pasal 1 Nama, Kedudukan dan Wilayah Gerak. Pasal 2 Azas. Pasal 3 Waktu Berdiri

dokumen-dokumen yang mirip
DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

KEPUTUSAN RUA No.05/CIVAS/RUA/XII/14. Tentang

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR FORUM ORANGUTAN INDONESIA

IKATAN ALUMNI CEDS UI

ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENGURUS PUSART IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERSI INDONESIA

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih.

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

ANGGARAN DASAR MAJELIS TA LIM TELKOMSEL BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1 N a m a. Pasal 2 Waktu Diresmikan

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Anggaran Dasar ASASI DEKLARASI

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA (APSPBI)

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI)

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

Halaman PEMBUKAAN

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMMG ITB

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN DASAR LEMBAGA DAKWAH KAMPUS UNIT KEGIATAN DAKWAH MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN DASAR IKATAN ALUMNI MAGISTER TEKNIK MESIN (IKA MTM-UP) UNIVERSITAS PANCASIA

PERATURAN DASAR ASSOCIATION OF RESILIENCY MOVEMENT (ARM) MUKADDIMAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IKA FIA UB GARIS BESAR ATURAN ORGANISASI IKATAN ALUMNI FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

K O M I S I I N F O R M A S I

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 03/TAP/DPM UI/I/2015

ANGGARAN DASAR MOBILIO INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN MUSYAWARAH MUSEA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I LAMBANG DAN DUAJA

SIDANG UMUM HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS TELKOM

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga PPI SPANYOL

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan KeluaRga Anak Riau Telkom University

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL RAPAT PLENO PENGURUS PUSAT YANG DIPERLUAS DI BALIKPAPAN, 12 JANUARI 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret.

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN. (Indonesian Students Association in Leiden) ANGGARAN DASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA MAX OWNERS (IMO) BAB I PRINSIP DASAR DAN KODE KEHORMATAN. Pasal 2 Kode Kehormatan

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

MUKADDIMAH. Forum Pimpinan Fakultas Bidang Ilmu Pertanian PTM se Indonesia (FPF-BIP PTM) mempunyai:

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1

WALIKOTA BANJARMASIN

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA KOPERASI

Transkripsi:

ANGGARAN DASAR Pasal 1 Nama, Kedudukan dan Wilayah Gerak (1) Organisasi ini bernama Forum Lingkar Pena dan selanjutnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disebut sebagai FLP. (2) FLP pertama kali berkedudukan di Jakarta, Indonesia. (3) FLP dapat mendirikan FLP Wilayah, FLP Cabang dan/atau FLP Ranting sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (4) FLP bergerak di segala bidang yang berhubungan dengan kepenulisan dan pemberdayaan penulis. FLP berazaskan Islam. Pasal 2 Azas Pasal 3 Waktu Berdiri FLP berdiri pada tanggal 22 Februari 1997 dan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Pasal 4 Visi dan Misi (1) FLP memiliki visi untuk menjadi sebuah organisasi yang memberikan pencerahan melalui tulisan. (2) FLP memiliki misi : a. Meningkatkan mutu dan produktivitas karya anggota sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat. b. Membangun jaringan penulis yang menghasilkan karya-karya berkualitas dan mencerdaskan. c. Meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat. d. Memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi penulis Pasal 5 1

Bentuk Lembaga dan Fungsi (1) FLP memiliki bentuk lembaga sebagai organisasi kepenulisan. (2) FLP memiliki fungsi : a. Pembinaan. b. Pembentukan jaringan. c. Advokasi. (3) Fungsi pembinaan merupakan fungsi FLP dalam meningkatkan kualitas personal dan karya anggota. (4) Fungsi pembentukan jaringan merupakan fungsi FLP dalam membentuk jaringan penulis untuk membangun peradaban melalui karya-karya yang berkualitas dan mencerdaskan. (5) Fungsi advokasi merupakan fungsi FLP dalam menyejahterakan dan melakukan advokasi terhadap kepentingan anggota pada khususnya dan terhadap kepentingan penulis pada umumnya. Pasal 6 Logo (1) Logo FLP berbentuk huruf-huruf kapital, yakni F L P dan di bawah huruf F dan L, tertulis kepanjangan FLP (Forum Lingkar Pena). Huruf F berwarna biru. Huruf L berwarna putih berbentuk buku yang terbuka dengan bulatan merah di atas kanan, dan dapat juga dilihat seperti mata pena. Huruf P berwarna biru dengan posisi kaki lebih panjang daripada huruf F dan L, dengan lekukan yang menjorok ke arah bulatan merah huruf L sehingga bentuknya bisa dilihat seperti orang sedang ruku atau orang membaca buku. (2)Makna logo tersebut adalah sebagai berikut: e. Huruf F melambangkan keterbukaan bagi siapa pun untuk bergabung dalam aktivitas membaca dan menulis. f. Huruf L yang seperti lembaran buku terbuka dengan bulatan merah di atasnya dan menyerupai orang yang sedang membaca, melambangkan aktivitas membaca yang tak pernah henti. Huruf L juga melambangkan mata pena, yakni aktivitas menulis. g. Huruf P, bersama dengan huruf L menyerupai orang yang sedang menjenguk buku, melambangkan orang yang tak henti membaca sambil terus menegakkan penanya. Ini berarti bahwa aktivitas membaca dan menulis tak pernah terpisahkan. Melambangkan juga orang yang sedang ruku yang bermakna selalu mengagungkan Allah dalam setiap guratan penanya. (3) Warna logo memiliki makna sebagai berikut: 2

a. Biru berarti universalitas. b. Putih berarti aspiratif dan konsistensi. c. Merah berarti pencerahan. (4) Pengubahan logo diajukan pada sidang Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa dan sah jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari suara sah yang hadir di dalam Musyawarah tersebut. (5) Dalam keadaan yang membutuhkan perubahan logo secara cepat, Ketua Umum dengan persetujuan Dewan Pertimbangan FLP berhak menetapkan logo baru sementara yang berlaku sampai Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa berikutnya. (6) Mengenai tata-cara pemakaian logo akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 7 Keanggotaan Keanggotaan yang terdapat di dalam FLP diklasifikasikan sebagai berikut : a. Dewan Pendiri. b. Dewan Pertimbangan. c. Pengurus. d. Anggota. Pasal 8 Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh FLP untuk mencapai visi dan misinya diatur secara lebih terperinci dalam Anggaran Rumah Tangga dan petunjuk pelaksanaan yang diperlukan. Pasal 9 Kekayaan dan Pendapatan (1) Kekayaan FLP terdiri dari : a. Kekayaan pangkal sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) b. Pendapatan FLP yang kemudian ditambahkan dengan kekayaan pangkal tersebut. (2) Pendapatan FLP terdiri dari : a. Iuran anggota yang terdiri dari iuran wajib dan iuran sukarela yang mekanismenya dikelola dan diatur oleh BPP. 3

b. Usaha-usaha FLP yang halal dan sah secara hukum. c. Bantuan dari badan-badan pemerintah, swasta maupun masyarakat berupa sumbangan insidental maupun berkala, serta bantuan lain yang halal, sah secara hukum dan tidak mengikat. d. Kontraprestasi dari pemakaian logo. Perangkat Organisasi FLP terdiri dari : a. Musyawarah b. Dewan Penasihat c. Dewan Pertimbangan FLP d. Ketua Umum e. Badan Pengurus Pusat f. FLP Wilayah, Cabang, dan Ranting Pasal 10 Perangkat Organisasi Pasal 11 Musyawarah (1) Musyawarah adalah forum pengambilan keputusan di FLP. (2) Jenis musyawarah di FLP terdiri atas : a. Musyawarah Nasional b. Musyawarah Wilayah c. Musyawarah Cabang d. Musyawarah Ranting e. Musyawarah Pengurus f. Musyawarah Istimewa (3) Musyawarah dilaksanakan dengan memegang prinsip-prinsip Islami. Pasal 12 Musyawarah Nasional (1) Musyawarah Nasional adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di FLP. (2) Musyawarah Nasional dilaksanakan sekali dalam empat tahun. 4

(3) Peserta Musyawarah Nasional terdiri atas : a. Seluruh anggota Dewan Pertimbangan FLP atau Utusan Dewan Pertimbangan FLP yang menjadi perwakilan Dewan Pertimbangan FLP. b. Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat c. Utusan Pengurus FLP Wilayah dan Cabang yang menjadi perwakilan FLP Wilayah dan Cabang. (4) Aturan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Nasional akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 13 Musyawarah Wilayah (1) Musyawarah Wilayah adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di FLP Wilayah. (2) Musyawarah Wilayah dilaksanakan sekali dalam dua tahun. (3) Aturan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Wilayah akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 14 Musyawarah Cabang (1) Musyawarah Cabang adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di FLP Cabang (2) Musyawarah Cabang dilaksanakan sekali dalam dua tahun. (3) Aturan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Cabang akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 15 Musyawarah Ranting (1) Musyawarah Ranting adalah forum pengambilan keputusan tertinggi di FLP Ranting (2) Musyawarah Ranting dilaksanakan sekali dalam satu tahun. (3) Aturan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Ranting akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 16 Musyawarah Pengurus (1) Musyawarah Pengurus adalah forum pengambilan keputusan yang terkait dengan gerak operasional FLP. (2) Musyawarah Pengurus terdiri atas : 5

a. Musyawarah Pengurus Pusat b. Musyawarah Pengurus FLP Wilayah c. Musyawarah Pengurus FLP Cabang d. Musyawarah Pengurus FLP Ranting. (3) Aturan mengenai penyelenggaraan Musyawarah Pengurus akan dijelaskan lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 17 Musyawarah Istimewa (1) Musyawarah Istimewa adalah musyawarah khusus yang dilaksanakan atas permintaan dari : a. Dewan Pertimbangan, atau b. Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat, atau c. 2/3 (dua pertiga) dari keseluruhan FLP Wilayah dan 2/3 dari FLP Cabang yang ada. (2) Aturan penyelenggaraan Musyawarah Istimewa akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 18 Dewan Penasihat 1. Dewan Penasihat adalah lembaga yang menasihati organisasi. 2. Dewan Penasihat dapat dipilih dan diganti dalam musyawarah yang berlaku di organisasi sesuai dengan kebutuhan. 3. Dewan Penasihat terdiri dari tokoh yang memberikan sumbangsih keberlangsungan organisasi Pasal 19 Dewan Pertimbangan (1) Dewan Pertimbangan adalah lembaga yang bertugas mengawasi dan mengontrol gerak operasional organisasi. (2) Dewan Pertimbangan memiliki jumlah anggota ganjil, sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, sesuai dengan keputusan Musyawarah Nasional terkait. 6

(3) Anggota DEWAN PERTIMBANGAN adalah anggota FLP (4) Masa bakti anggota DEWAN PERTIMBANGAN berlangsung selama empat tahun dan dapat dipilih kembali pada Musyawarah Nasional berikutnya. Jika karena satu atau lain hal yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga seorang anggota DEWAN PERTIMBANGAN tidak dapat menjalankan tugasnya maka akan digantikan oleh seorang anggota yang ditunjuk oleh sidang DEWAN PERTIMBANGAN. (5) Anggota DEWAN PERTIMBANGAN dipilih berdasarkan persyaratan dalam bidang keagamaan, kepenulisan dan keorganisasian. Kriteria dan syarat rinci anggota yang dapat diajukan dan dipilih sebagai anggota DEWAN PERTIMBANGAN akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (6) Anggota DEWAN PERTIMBANGAN dipilih oleh Musyawarah Nasional dari caloncalon yang diajukan oleh FLP Wilayah. Aturan pengajuan calon anggota DEWAN PERTIMBANGAN secara rinci akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 20 Ketua Umum (1) Ketua Umum adalah pemimpin dan pengendali gerak operasional FLP. (2) Ketua Umum dipilih oleh peserta musyawarah pada Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa. Aturan mengenai pengajuan dan penetapan Calon Ketua Umum akan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga. (3) Ketua Umum bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional. (4) Masa bakti Ketua Umum berlangsung selama empat tahun dan sesudah itu hanya bisa dipilih ulang untuk periode berikutnya. (5) Kriteria dan syarat Ketua Umum akan diatur secara lebih rinci dalam Anggaran Rumah Tangga. (6) Jika Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugasnya karena satu dan lain hal yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga maka Ketua Harian Badan Pengurus Pusat menjadi PLH sampai dipilih ketua Umum baru melalui Musyawarah Istimewa. Pasal 21 Badan Pengurus Pusat (1) Dalam menjalankan tugasnya, Ketua Umum membentuk sebuah badan yang disebut sebagai Badan Pengurus Pusat. (2) Badan Pengurus Pusat dipimpin oleh sekurang-kurangnya seorang Ketua Harian dan sekurang-kurangnya beranggotakan seorang Sekretaris, seorang Bendahara, seorang 7

Koordinator Divisi Kaderisasi, seorang Koordinator Divisi Dana dan Usaha, Koordinator Divisi Humas dan Koordinator Divisi Advokasi. (3) Badan Pengurus Pusat bertanggung jawab kepada Ketua Umum. (4) Masa bakti Badan Pengurus Pusat berlangsung selama empat tahun dan sesudah itu bisa dipilih kembali baik untuk posisi yang sama maupun untuk posisi lain dalam jajaran kepengurusan FLP. Pasal 22 FLP Wilayah dan Cabang (1) Struktur FLP yang berada pada tingkat provinsi dan/atau berada di luar negeri disebut sebagai FLP Wilayah. (2) Pengurus FLP Wilayah dipimpin oleh seorang Ketua FLP Wilayah dan dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang Sekretaris, seorang Bendahara, seorang Koordinator Divisi Kaderisasi. (3) Struktur FLP yang berada pada tingkat kabupaten/kota disebut sebagai FLP Cabang. (4) Pengurus FLP Cabang dipimpin oleh seorang Ketua FLP Cabang dan dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang Sekretaris, seorang Bendahara seorang Koordinator Divisi Kaderisasi. (5) Pengurus FLP Wilayah dipilih oleh Musyawarah Wilayah yang berkaitan dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Wilayah tersebut. (6) Pengurus FLP Cabang dipilih oleh Musyawarah Cabang yang berkaitan dan bertanggung jawab kepada Musyawarah Cabang tersebut. (7) Masa bakti Ketua FLP Wilayah dan Cabang maksimal dua periode. (8) Masa bakti Pengurus FLP Wilayah dan Cabang berlangsung selama dua tahun dan sesudah itu bisa dipilih kembali untuk posisi yang sama maupun untuk posisi lain dalam jajaran kepengurusan FLP. Pasal 23 FLP Ranting (1) Struktur FLP yang berada pada tingkat di bawah kabupaten/kota disebut sebagai FLP Ranting. Pengurus FLP Ranting dipimpin oleh seorang Ketua FLP Ranting dan dibantu oleh sekurang-kurangnya seorang Sekretaris dan Bendahara. (2) Pembentukan FLP Ranting diserahkan kepada Pengurus FLP Cabang setempat dengan memperhatikan aturan yang tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga dan melakukan koordinasi kepada Pengurus FLP Wilayah dan Badan Pengurus Pusat. 8

(3) Masa bakti Ketua dan Pengurus FLP Ranting berlangsung selama satu tahun dan sesudah itu bisa dipilih kembali untuk posisi yang sama maupun untuk posisi lain dalam jajaran kepengurusan FLP. Pasal 24 Tata Urutan Dasar Hukum Keorganisasian Tata urutan dasar hukum yang berlaku di FLP adalah sebagai berikut : a. Al Qur an dan As Sunnah b. Ketetapan Musyawarah Nasional c. Anggaran Dasar d. Anggaran Rumah Tangga e. Ketetapan Dewan Pertimbangan FLP f. Keputusan Ketua Umum g. Keputusan Badan Pengurus Pusat h. Ketetapan Musyawarah Wilayah i. Keputusan Pengurus FLP Wilayah j. Ketetapan Musyawarah Cabang k. Keputusan Pengurus FLP Cabang l. Ketetapan musyawarah Ranting m. Keputusan pengurus FLP Ranting Pasal 25 Perubahan Anggaran Dasar (1) Usulan untuk mengubah Anggaran Dasar beserta alasan-alasannya disampaikan dan dibahas pada Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa. (2) Pengubahan dianggap sah apabila tidak bertentangan dengan Al Qur an dan As Sunnah dan disetujui oleh ¾ (tiga per empat) suara sah dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa tersebut Pasal 26 9

Pembubaran FLP (1) Usulan untuk membubarkan FLP dapat diajukan pada saat Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa oleh : a. Dewan Pertimbangan FLP, atau b. Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat, atau c. 2/3 (dua pertiga) dari jumlah keseluruhan Utusan Pengurus FLP Wilayah dan 2/3 (dua per tiga) dari jumlah keseluruhan Utusan Pengurus FLP Cabang. (2) Keputusan untuk membubarkan FLP sah bila disetujui oleh ¾ (tiga per empat) suara sah yang hadir dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa tersebut. (3) Apabila terjadi pembubaran maka semua hak milik FLP akan dihibahkan kepada badan-badan sosial Islam yang pelaksanaannya dilakukan oleh panitia pembubaran yang dibentuk oleh Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa, segera setelah keputusan pembubaran dicapai. Pasal 27 Aturan Penutup Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Dasar akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Bali, 31 Agustus 2013 ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB I MAKNA DAN TATA CARA PENGGUNAAN LOGO Pasal 1 Makna Logo (1) Bentuk Logo FLP adalah sebagai berikut: 10

a.i.1.a. Huruf F melambangkan keterbukaan bagi siapa pun, semacam pintu bagi semua orang yang ingin bergabung dalam aktivitas membaca dan menulis. a.i.1.b. Huruf L yang seperti lembaran buku yang terbuka dengan bulatan merah di atasnya yang menyerupai orang yang sedang membaca, melambangkan aktivitas membaca yang tak pernah henti. Bila dilihat lebih teliti, huruf L juga melambangkan mata pena, yakni aktivitas menulis. a.i.1.c. Huruf P, bersama dengan huruf sebelumnya (L) menyerupai orang yang sedang menjenguk buku, melambangkan orang yang tak henti membaca sambil terus menegakkan penanya. Ini berarti bahwa aktivitas membaca dan menulis tak pernah terpisahkan. Melambangkan juga orang yang sedang ruku yang bermakna selalu mengagungkan Allah dalam setiap guratan penanya. (2) Warna logo memiliki makna sebagai berikut: a. Biru berarti universalitas. b. Putih berarti aspiratif dan konsistensi. c. Merah berarti pencerahan. Pasal 2 Penggunaan Logo (1) Penggunaan logo oleh organisasi a. Logo digunakan sebagai identitas organisasi. b. Logo digunakan dalam kegiatan, baik kegiatan internal maupun bekerjasama dengan pihak lain, yang sesuai dengan azas, visi, dan misi FLP. a. Logo digunakan untuk kebutuhan administrasi organisasi. b. Logo dapat digunakan dalam bentuk merchandise yang dibuat oleh pengurus FLP untuk memperoleh keuntungan dari penjualan tersebut digunakan untuk kepentingan organisasi. (2)Penggunaan logo oleh pihak lain b.i.1.a. Penulis yang akan menerbitkan karyanya mengajukan permohonan pencantuman logo kepada organisasi dan penerbit b.i.1.b. Penerbit dan penulis wajib membayar fee kepada organisasi untuk pencantuman logo pada setiap penerbitan karya. b.i.1.c. Apabila ada pihak-pihak lain selain penerbit dan organisasi FLP yang mencantumkan logo FLP, ada peraturan tersendiri 11

berkaitan dengan hal tersebut yang ditentukan oleh Dewan Pertimbangan FLP Rekomendasi : Pasal 3 Pengubahan Logo (1) Pengubahan logo diajukan pada sidang Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa dan sah jika disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari suara sah yang hadir di dalam Musyawarah tersebut. (2) Dalam keadaan yang membutuhkan perubahan logo secara cepat, Ketua Umum dengan persetujuan Dewan Pertimbangan FLP berhak menetapkan logo baru sementara yang berlaku sampai Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa berikutnya. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 4 Jenis Keanggotaan Anggota FLP terdiri dari: (a.i.1) (a.i.2) Anggota Biasa untuk selanjutnya disebut Anggota Anggota Kehormatan Pasal 5 Syarat Keanggotaan a.i.1. Syarat keanggotan bagi Anggota adalah sbb: a.i.1.a. Warga Negara Indonesia (WNI). a.i.1.b. Warga Negara Asing (WNA) yang persyaratannya ditentukan kemudian. a.i.1.c. Memiliki minat yang besar terhadap Islam dan kepenulisan. a.i.1.d. Mengajukan permohonan dan mengisi formulir keanggotaan melalui website resmi BPP. a.i.1.e. Bersedia mematuhi dasar hukum keorganisasian FLP. 12

a.i.2. Syarat keanggotaan bagi Anggota Kehormatan adalah sebagai berikut: a.i.2.a. Warga Negara Indonesia (WNI). a.i.2.b. Warga Negara Asing (WNA) yang persyaratannya ditentukan kemudian oleh Badan Pimpinan Pusat dan Dewan Pertimbangan FLP a.i.2.c. Memiliki keahlian dalam dunia kepenulisan dan atau kepedulian terhadap Islam. a.i.2.d. Meminta atau diminta menjadi anggota FLP. a.i.3. Penetapan keanggotan bagi anggota Kehormatan dilakukan oleh Dewan Pertimbangan FLP Pasal 6 Gugurnya Keanggotaan (1) Mengundurkan diri. (2) Meninggal dunia. (3) Anggota dicabut keanggotaannya oleh Pengurus FLP Wilayah, Cabang atau Ranting setempat karena satu atau lain hal yang dianggap sebagai alasan pencabutan. (4) Pencabutan keanggotaan dilakukan oleh Pengurus FLP Wilayah, Cabang atau Ranting setempat dengan mengirimkan pemberitahuan kepada struktur pengurus di atasnya (5) Anggota Kehormatan dicabut keanggotaannya oleh Dewan Pertimbangan FLP karena satu atau lain hal yang dianggap sebagai alasan pencabutan. Pasal 7 Hak-hak Anggota (1) Hak-hak Anggota a. Mendapatkan kartu tanda anggota FLP yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat. b. Mendapatkan pembinaan keislaman dan kepenulisan. c. Mengikuti acara dan kepanitiaan yang dilaksanakan oleh FLP. d. Memilih dan dipilih sebagai pengurus FLP. e. Mendapatkan advokasi dan bantuan dalam proses penerbitan karya. (2) Hak-hak Anggota Kehormatan a. Mendapatkan kartu tanda anggota FLP yang dikeluarkan oleh Badan Pengurus Pusat. 13

b. Terlibat dalam kegiatan pembinaan keislaman dan kepenulisan. c. Mendapatkan advokasi dan bantuan dalam proses penerbitan karya. Pasal 8 Kewajiban Anggota (1) Kewajiban Anggota a. Berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mewujudkan visi dan misi FLP. b. Komitmen dengan pertemuan-pertemuan dan program yang telah ditetapkan. c. Secara teratur membayar iuran yang telah ditetapkan oleh BPP. (2) Kewajiban Anggota Kehormatan adalah memberikan kontribusi sesuai keahliannya untuk mewujudkan visi dan misi FLP. Pasal 9 Sistem kaderisasi anggota Sistem kaderisasi anggota adalah sebuah sistem yang mengarahkan anggota untuk menjadi seorang penulis berkualitas yang memiliki visi misi FLP dan atau profesional dalam berkarya. Pasal 10 Asas Kaderisasi (1) Asas Kebersamaan Setiap anggota berupaya menggali potensi bersama, saling memberi, menerima dan mendukung, tanpa meninggalkan kompetisi yang sehat dalam berkarya (2) Asas Kontinuitas Setiap anggota memiliki kontinuitas dalam berkarya dan terlibat dalam proses pembinaan (3) Asas Kompetensi Setiap anggota menjaga dan meningkatkan kualitas karya dengan penuh keikhlasan, kekuatan tekad, dan memiliki kejelasan arah serta tujuan dalam mencerahkan umat. 14

Pasal 11 Visi dan Misi Kaderisasi (1) Visi Mengkader penulis agar mampu berprestasi dan mencerahkan umat. (2) Misi a. Menyiapkan kader yang senantiasa berusaha memperbaiki diri dan karyanya sebagai wujud pertanggungjawaban moril terhadap masyarakat. b. Menyiapkan kader yang mampu mengembangkan bakat kepenulisannya secara produktif Pasal 12 Jenjang Kaderisasi (1) Rekruitmen a. Rekruitmen anggota berlandaskan pada 3 (tiga) sifat, yakni: a.i. Keislaman a.ii. Kepenulisan a.iii. Keorganisasian b. Model rekruitmen meliputi berbagai kegiatan yang diselenggarakan FLP yang mekanismenya sebagai berikut: b.i. mengisi formulir pendaftaran, b.ii. mengisi kuisioner, b.iii. membawa contoh tulisan c. FLP Wilayah berhak melakukan penyesuaian mekanisme rekruitmen jika dianggap perlu d. Rekrutmen bisa dilakukan setiap saat atau sekurang-kurangnya enam bulan sekali (2) Perpindahan keanggotaan a. Anggota yang berpindah domisili maka berhak mengurus keanggotaannya di tempat domisili yang baru b. Anggota yang berpindah domisili menyerahkan rekomendasi dari FLP di tempat terdaftar sebelumnya (3) Jenjang keanggotaan 15

a. MUDA, yaitu mereka yang memiliki keinginan, ketekunan untuk menulis, namun belum memiliki pengalaman dan pengetahuan menulis. Output: kader FLP yang mampu menulis karya fiksi atau non fiksi yang belum pernah dipublikasikan di media massa b. MADYA, yaitu mereka yang telah menghasilkan karya di media massa lokal atau nasional dan atau pernah memenangkan sayembara penulisan tingkat daerah maupun nasional, namun belum cukup aktif. Output: Kader FLP yang menghasilkan karya bermutu, aktif menulis di berbagai media massa, karyanya dibukukan, serta dapat menjadi trainer bagi Kelompok MUDA c. ANDAL, yaitu mereka yang aktif menulis di berbagai media, telah membukukan karya-karyanya, pernah menjuarai sayembara penulisan tingkat nasional dan atau menjadi akademisi pada bidang sastra atau bidang jurnalistik, serta menjadi pembicara dalam berbagai acara yang berkaitan dengan kepenulisan. Output: Kader FLP yang diakui kapasitas dan kredibilitasnya di daerah/ nasional, mampu menjadi kritikus yang baik, menjadi trainer bagi semua jenjang keanggotaan. (4) Model Pembinaan Rutin a. Pembinaan Rutin berbentuk Kelompok Diskusi yang dipandu minimal seorang trainer b. Pembinaan Rutin diikuti semua anggota dalam tiap kelompok jenjang berdasarkan mekanisme yang ditetapkan c. Materi Pembinaan Rutin berbasis pada kurikulum kaderisasi sesuai jenjang keanggotaan yang disusun oleh Badan Pengurus Pusat dan dapat dikembangkan oleh FLP Wilayah, Cabang atau Ranting. d. Aktivitas tiap jenjang d.i. Kelompok Diskusi MUDA diarahkan, dibina dan dipimpin oleh anggota MADYA atau ANDAL d.ii. Kelompok Diskusi MADYA diarahkan, dibina dan dipimpin oleh anggota ANDAL d.iii. Kelompok Diskusi ANDAL saling mengarahkan, membina dan bertukar posisi kepemimpinan dalam jangka waktu yang disepakati untuk meningkatkan profesionalitas d.iv. Dalam kondisi tertentu dapat dilakukan penyesuaian jenjang trainer (5) Model Pembinaan Khusus a. Pembinaan Khusus berbentuk Workshop yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan FLP 16

b. Pembinaan Khusus diikuti oleh anggota yang dipilih melalui proses seleksi Dewan Pertimbangan FLP c. Proses seleksi dan mekanisme Pembinaan Khusus akan ditentukan kemudian oleh Dewan Pertimbangan FLP (6) Peningkatan Jenjang a. Peningkatan Jenjang adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas anggota berdasarkan jenjang yang ada b. Mekanisme peningkatan jenjang ditetapkan oleh pengurus FLP Wilayah, Cabang atau Ranting BAB III MUSYAWARAH NASIONAL Pasal 13 Peserta Munas Peserta Musyawarah Nasional terdiri atas : (1) Seluruh anggota Dewan Pertimbangan FLP atau Utusan Dewan Pertimbangan FLP yang menjadi perwakilan Dewan Pertimbangan FLP. (2) Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat. (3) Utusan FLP Wilayah dan Cabang dengan perincian sebagai berikut : a. FLP Wilayah yang tidak memiliki FLP Cabang di bawahnya berhak untuk mengirimkan 3 (tiga) orang pengurusnya sebagai perwakilan FLP Wilayah tersebut. b. FLP Wilayah yang memiliki FLP Cabang di bawahnya berhak untuk mengirimkan 2 (dua) orang pengurusnya sebagai perwakilan FLP Wilayah tersebut. c. FLP Cabang berhak untuk mengirimkan 2 (dua) orang pengurusnya sebagai perwakilan FLP Cabang tersebut. 17

Pasal 14 Hak Suara (1) Hak suara dalam Musyawarah Nasional terdiri atas : a. Hak suara dalam Sidang Komisi. b. Hak suara dalam Sidang Pleno Musyawarah Nasional. c. Hak suara dalam Sidang Pemilihan. (2) Hak suara dalam rapat komisi berlaku 1 (satu) suara untuk setiap anggota komisi. (3) Hak suara dalam Sidang Pleno Musyawarah Nasional terbagi atas : a. Hak suara Dewan Pertimbangan FLP sebagai sebuah kesatuan badan, dihitung sebagai 5 (lima) suara paket. b. Hak suara Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat sebagai sebuah kesatuan badan, dihitung sebagai 5 (lima) suara paket. c. Hak suara Utusan Wilayah, dihitung sebagai 2 (dua) suara paket untuk tiap FLP Wilayah yang diwakili. d. Hak suara Utusan Cabang, dihitung sebagai 1 (satu) suara untuk setiap FLP Cabang yang diwakili. (4) Hak suara dalam Sidang Pemilihan adalah satu orang satu suara. Pasal 15 Tugas Musyawarah Nasional (1) Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (2) Memilih, menetapkan, melantik dan memberhentikan anggota-anggota Dewan Pertimbangan FLP. (3) Memilih, mengangkat, melantik dan memberhentikan Ketua Umum FLP. (4) Mengevaluasi kinerja Dewan Pertimbangan FLP, Ketua Umum, dan Badan Pengurus Pusat selama masa baktinya. (5) Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Ketua Umum masa bakti sebelumnya. (6) Merumuskan kebijakan umum dan langkah-langkah strategis FLP yang tertuang dalam Keputusan Musyawarah Nasional. (7) Membentuk Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional untuk menyelenggarakan Musyawarah Nasional berikutnya. Pasal 16 Penyelenggaraan Musyawarah Nasional 18

(1) Musyawarah Nasional dilaksanakan oleh Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional. (2) Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional berjumlah ganjil dan beranggotakan sekurang-kurangnya : a. 1 (satu) orang anggota Dewan Pertimbangan FLP sebagai Ketua. b. Seorang Sekretaris. c. Seorang Bendahara. d. Beberapa orang anggota. (3) Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional berhak menentukan teknis pelaksanaan Musyawarah Nasional berikutnya. (4) Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional berkewajiban untuk mengadakan sidang pra-musyawarah Nasional sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sebelum pelaksanaan Musyawarah Nasional untuk mempersiapkan materi Musyawarah Nasional. (5) Sidang pra-musyawarah Nasional sekurang-kurangnya dihadiri oleh : a. Utusan Dewan Pertimbangan FLP, dan b. Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat, dan c. ½ (separuh) dari jumlah keseluruhan Utusan Pengurus FLP Wilayah dan Cabang yang mewakili FLP Wilayah dan Cabang. (6) Ketua Komisi Pelaksana Musyawarah Nasional akan menjadi pimpinan sidang sementara sebelum pemilihan pimpinan sidang oleh peserta. (7) Penyelenggaraan Musyawarah Nasional dinyatakan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya : a. ½ (separuh) dari keseluruhan anggota Dewan Pertimbangan FLP, dan b. ½ (separuh) dari keseluruhan Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat sebagai satu kesatuan badan, dan c. ½ (separuh) dari jumlah keseluruhan Utusan Pengurus FLP Wilayah dan Cabang yang mewakili FLP Wilayah dan Cabang. BAB IV MUSYAWARAH WILAYAH, CABANG DAN RANTING Pasal 17 Pengertian (1) Musyawarah Wilayah adalah lembaga kekuasaan tertinggi struktur FLP yang berada di tingkat provinsi dan/atau berada di luar negeri. (2) Musyawarah Cabang adalah lembaga kekuasaan tertinggi struktur FLP yang berada di tingkat kabupaten/kotamadya. 19

(3) Musyawarah Ranting adalah lembaga kekuasaan tertinggi struktur FLP yang berada di bawah kabupaten/kotamadya. Pasal 18 Peserta Musyawarah Wilayah Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas : (1) Utusan Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat sebagai satu kesatuan badan. (2) Pengurus FLP Wilayah. (3) Untuk FLP Wilayah yang tidak memiliki cabang, sekurang-kurangnya ½ (separuh) plus satu dari anggota aktif FLP Wilayah yang bersangkutan. (4) Untuk FLP Wilayah yang memiliki Cabang, sekurang-kurangnya 2 (dua) orang utusan dari setiap FLP Cabang yang menjadi perwakilan dari FLP Cabang terkait. Pasal 19 Tugas Musyawarah Wilayah (1) Merumuskan kebijakan dan langkah-langkah strategis umum FLP Wilayah yang tertuang dalam Keputusan Musyawarah Wilayah. (2) Memilih, menetapkan, melantik dan memberhentikan Pengurus FLP Wilayah. (3) Mengevaluasi kinerja Pengurus FLP Wilayah selama masa baktinya. (4) Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Pengurus FLP Wilayah masa bakti sebelumnya. (5) Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Wilayah berikutnya. Pasal 20 Peserta Musyawarah Cabang Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas : (1) Utusan Pengurus FLP Wilayah. (2) Pengurus FLP Cabang. (3) Pengurus FLP Ranting (4) Sekurang-kurangnya ½ (separuh) plus satu dari anggota aktif FLP Cabang yang bersangkutan. Pasal 21 Tugas Musyawarah Cabang 20

(1) Merumuskan kebijakan dan langkah-langkah strategis umum FLP Cabang yang tertuang dalam Keputusan Musyawarah Cabang. (2) Memilih, menetapkan, melantik dan memberhentikan Pengurus FLP Cabang. (3) Mengevaluasi kinerja Pengurus FLP Cabang selama masa baktinya. (4) Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Pengurus FLP Cabang masa bakti sebelumnya. (5) Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Cabang berikutnya. Pasal 22 Peserta Musyawarah Ranting Peserta Musyawarah Ranting terdiri atas : (1) Utusan Pengurus FLP Cabang. (2) Pengurus FLP Ranting. (3) Sekurang-kurangnya ½ (separuh) plus satu dari anggota aktif FLP Ranting yang bersangkutan. Pasal 23 Tugas Musyawarah Ranting (1) Merumuskan kebijakan dan langkah-langkah strategis umum FLP Ranting yang tertuang dalam Keputusan Musyawarah Ranting. (2) Memilih, menetapkan, melantik dan memberhentikan Pengurus FLP Ranting. (3) Mengevaluasi kinerja Pengurus FLP Ranting selama masa baktinya. (4) Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Pengurus FLP Ranting masa bakti sebelumnya. (5) Menetapkan penyelenggaraan Musyawarah Ranting berikutnya. BAB V MUSYAWARAH PENGURUS Pasal 24 21

Pengertian Musyawarah Pengurus terdiri atas : (1) Musyawarah Pengurus Pusat. (2) Musyawarah Pengurus FLP Wilayah. (3) Musyawarah Pengurus FLP Cabang. (4) Musyawarah Pengurus FLP Ranting. Pasal 25 Musyawarah Pengurus Pusat (1) Musyawarah Pengurus Pusat dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan. (2) Musyawarah Pengurus Pusat dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ ditambah 1 (satu) anggota Badan Pengurus Pusat dan undangan. (3) Musyawarah Pengurus Pusat dipimpin oleh Ketua Harian. (4) Agenda utama Musyawarah Pengurus Pusat adalah : a. Membahas dan memahami hasil keputusan Musyawarah Nasional. b. Menyusun kebijakan umum selama masa bakti. c. Menetapkan program kerja selama 6 (enam) bulan mendatang. d. Melakukan evaluasi terhadap kinerja sebelumnya. e. Satu kali dalam setahun memberikan laporan kerja dan laporan keuangan kepada Dewan Pertimbangan FLP. f. Sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun melakukan evaluasi terhadap kinerja FLP-FLP Wilayah. Pasal 26 Musyawarah Pengurus FLP Wilayah (1) Musyawarah Pengurus FLP Wilayah dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. (2) Musyawarah Pengurus FLP Wilayah dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 (satu) anggota Pengurus FLP Wilayah dan undangan. (3) Musyawarah Pengurus FLP Wilayah dipimpin oleh Ketua FLP Wilayah atau yang mewakili. (4) Agenda utama Musyawarah Pengurus FLP Wilayah adalah : a. Membahas dan memahami hasil keputusan Musyawarah Wilayah. 22

b. Menyusun kebijakan umum selama masa bakti. c. Menetapkan program kerja selama 3 (tiga) bulan mendatang. d. Melakukan evaluasi terhadap kinerja sebelumnya. e. Sekurang-kurangnya satu kali dalam 6 (enam) bulan melakukan koordinasi dan evaluasi terhadap kinerja FLP-FLP Cabang di bawahnya. Pasal 27 Musyawarah Pengurus FLP Cabang (1) Musyawarah Pengurus FLP Cabang dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. (2) Musyawarah Pengurus FLP Cabang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 (satu) Pengurus FLP Cabang dan undangan. (3) Musyawarah Pengurus FLP Cabang dipimpin oleh Ketua FLP Cabang atau yang mewakili. (4) Agenda utama Musyawarah Pengurus FLP Cabang adalah : a. Membahas dan memahami hasil keputusan Musyawarah Cabang. b. Menyusun kebijakan umum selama masa bakti. c. Menetapkan program kerja selama 3 (tiga) bulan mendatang. d. Melakukan evaluasi terhadap kinerja sebelumnya. e. Sekurang-kurangnya satu kali dalam enam bulan mengadakan koordinasi dan evaluasi dengan FLP Ranting di bawahnya. Pasal 28 Musyawarah Pengurus FLP Ranting (1) Musyawarah Pengurus FLP Ranting dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam tiga bulan. (2) Musyawarah Pengurus FLP Ranting dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 (satu) Pengurus FLP Ranting dan undangan. (3) Musyawarah Pengurus FLP Ranting dipimpin oleh Ketua FLP Ranting atau yang mewakili. (4) Agenda utama Musyawarah Pengurus FLP Ranting adalah : a. Membahas dan memahami hasil keputusan Musyawarah Ranting. b. Menyusun kebijakan umum selama masa bakti. c. Menetapkan program kerja selama 3 (tiga) bulan mendatang. d. Melakukan evaluasi terhadap kinerja sebelumnya. BAB VI 23

MUSYAWARAH DEWAN PERTIMBANGAN FLP Pasal 29 Musyawarah Dewan Pertimbangan FLP adalah lembaga tertinggi struktur Dewan Pertimbangan FLP. BAB VII MUSYAWARAH ISTIMEWA Pasal 30 Penyelenggaraan Musyawarah Istimewa (1) Musyawarah Istimewa diselenggarakan jika ada keadaan darurat yang menuntut pembahasan segera. (2) Permintaan penyelenggaraan Musyawarah Istimewa ditujukan kepada Dewan Pertimbangan FLP dan diketahui oleh Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat. (3) Dewan Pertimbangan FLP kemudian membentuk Komisi Pelaksana Musyawarah Istimewa yang beranggotakan ganjil sekurang-kurangnya : a. 1 (satu) orang anggota Dewan Pertimbangan FLP sebagai Ketua. b. Seorang Sekretaris. c. Seorang Bendahara. d. Beberapa orang anggota. (4) Komisi Pelaksana Musyawarah Istimewa berkewajiban untuk melaksanakan Musyawarah Istimewa selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak dibentuk. (5) Ketua Komisi Pelaksana Musyawarah Istimewa akan menjadi pimpinan sidang sementara sebelum pemilihan pimpinan sidang oleh peserta. (6) Penyelenggaraan Musyawarah Istimewa dinyatakan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya : a. ½ (separuh) dari keseluruhan anggota Dewan Pertimbangan FLP, dan b. ½ (separuh) dari keseluruhan Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat sebagai satu kesatuan badan, dan c. ½ (separuh) dari jumlah keseluruhan Utusan Pengurus FLP Wilayah dan Cabang yang mewakili FLP Wilayah dan Cabang. (7) Musyawarah Istimewa memiliki fungsi dan kedudukan yang sama dengan Musyawarah Nasional. 24

BAB VII DEWAN PERTIMBANGAN FLP Pasal 31 Syarat-syarat Calon Anggota Dewan Pertimbangan FLP (1) Berusia sekurang-kurangnya 30 tahun. (2) Memiliki pemahaman Islam yang baik. (3) Tidak merangkap jabatan dalam FLP. (4) Minimal pernah menjadi pengurus inti FLP wilayah. (5) Menguasai berbagai persoalan kepenulisan dan keorganisasian. (6) Telah bergabung aktif di FLP sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun. (7) Bersedia menjadi anggota DEWAN PERTIMBANGAN FLP. (8) Minimal anggota andal FLP. (9) Semua mantan Ketua Umum dan Pendiri FLP diangkat menjadi DEWAN PERTIMBANGAN Pasal 32 Mekanisme pemilihan Dewan Pertimbangan FLP : (1) Sidang Musyawarah Nasional menentukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) anggota Dewan Pertimbangan FLP yang akan dipilih. (2) Setiap FLP Wilayah berhak untuk mengajukan sebanyak-banyaknya 2 (dua) nama calon anggota Dewan Pertimbangan FLP kepada pimpinan Musyawarah Nasional sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. (3) Nama-nama calon anggota Dewan Pertimbangan FLP yang telah diajukan oleh FLP Wilayah diumumkan oleh pimpinan Musyawarah Nasional sebelum sidang pemilihan anggota Dewan Pertimbangan FLP dilaksanakan. (4) Anggota Dewan Pertimbangan FLP dipilih dalam sebuah sidang pemilihan Dewan Pertimbangan FLP. (5) Anggota Dewan Pertimbangan FLP dipilih secara langsung oleh peserta Musyawarah Nasional dari FLP Wilayah dan Cabang. (6) Sidang pemilihan anggota Dewan Pertimbangan FLP akan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta Musyawarah Nasional yang seharusnya. (7) Calon-calon anggota Dewan Pertimbangan FLP yang mendapatkan posisi tertinggi dalam perolehan suara secara langsung dinyatakan terpilih sebagai anggota Dewan Pertimbangan FLP masa bakti berikutnya. 25

(8) Keanggotaan Dewan Pertimbangan FLP akan berakhir jika yang bersangkutan : a. Selesai masa bakti. b. Meninggal dunia. c. Mengundurkan diri. d. Menyimpang dari visi dan misi FLP. Pasal 33 Tugas Dewan Pertimbangan FLP (1) Mengawasi dan mengontrol gerak operasional FLP. (2) Bersama-sama Ketua Umum merancang strategi umum FLP selama masa bakti. (3) Melakukan evaluasi tahunan terhadap kinerja Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat. (4) Memberikan saran, masukan dan rekomendasi kebijakan kepada Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat. Pasal 34 Kewenangan Dewan Pertimbangan FLP (1) Memberikan masukan dan nasehat kepada Ketua Umum dalam pemilihan anggotaanggota Badan Pengurus Pusat. (2) Memberikan teguran kepada Ketua Umum dan anggota Badan Pengurus Pusat. (3) Menyetujui diselenggarakannya Musyawarah Istimewa. (4) Menetapkan mekanisme keanggotaan Anggota Kehormatan. BAB VIII KETUA UMUM Pasal 35 Syarat-syarat Calon Ketua Umum (1) Berusia sekurang-kurangnya 26 tahun. (2) Memiliki pemahaman Islam yang baik. (3) Pernah duduk sebagai pengurus Inti FLP Wilayah. (4) Memiliki kemampuan menulis jenjang Andal. (5) Hadir pada saat sidang pemilihan. (6) Bersedia melepaskan jabatan struktural partai politik apabila terpilih. 26

(7) Tidak menjadi anggota Dewan Pertimbangan FLP (8) Bersedia dicalonkan menjadi Ketua Umum Pasal 36 Mekanisme pemilihan Ketua Umum : (1) FLP Wilayah berhak untuk mengajukan sebanyak-banyaknya 2 (dua) nama calon Ketua Umum kepada Sidang Pleno sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. (2) Nama-nama calon Ketua Umum yang berhak mengikuti pemilihan ditetapkan oleh Sidang Pleno sebelum sidang pemilihan Ketua Umum dilaksanakan. (3) Ketua Umum dipilih dalam sebuah sidang pemilihan Ketua Umum. (4) Ketua Umum dipilih secara musyawarah mufakat (5) Apabila tidak tercapai mufakat maka pemilihan dilakukan melalui voting (6) Dalam proses voting, calon yang mendapatkan suara sekurang-kurangnya ½+1 (separuh plus satu) dari total suara peserta Musyawarah Nasional yang hadir dalam sidang pemilihan dinyatakan terpilih sebagai Ketua Umum FLP masa bakti berikutnya (7) Jika tidak ada calon Ketua Umum yang mendapatkan suara ½+1 dari total suara sah dalam sidang pemilihan maka dua calon dengan suara terbanyak akan diadakan pemilihan putaran kedua. (8) Sidang pemilihan Ketua Umum akan sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta Musyawarah Nasional yang hadir. Pasal 37 Tugas Ketua Umum (1) Mewakili FLP baik di internal maupun eksternal. (2) Bersama Dewan Pertimbangan FLP membuat strategi umum FLP selama masa baktinya. (3) Bersama Badan Pengurus Pusat FLP membuat program-program kerja untuk menjalankan strategi umum FLP selama masa baktinya. (4) Melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan di dalam Musyawarah Nasional. (5) Menerbitkan pernyataan-pernyataan resmi. 27

(6) Bersama Dewan Pertimbangan FLP melakukan evaluasi kerja dan keuangan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kalender. Pasal 38 Kewenangan Ketua Umum (1) Menentukan sikap FLP terhadap permasalahan-permasalahan umum yang terjadi dalam hal kepenulisan sesuai kebijakan yang diterapkan dalam Musyawarah Nasional. (2) Mengangkat dan memberhentikan anggota-anggota Badan Pengurus Pusat FLP. (3) Berhak menjalankan segala tindakan mengenai pengurusan atau pemilikan atas nama FLP. (4) Setelah mendapat persetujuan Dewan Pertimbangan FLP, Ketua Umum berhak mewakili FLP untuk melaksanakan: a. Meminjam uang guna atau atas tanggungan FLP kepada pihak lain. b. Membeli, menjual atau dengan jalan lain mendapatkan, melepaskan hak atau memberikan barang yang tidak bergerak, termasuk bangunan, atau hak atas tanah. c. Mengikat FLP sebagai penanggung. d. Menggadaikan aset FLP. e. Menyetujui penerimaan dana atau hibah yang halal dan legal. Pasal 39 Berakhirnya Masa Jabatan Kedudukan Ketua Umum akan berakhir jika yang bersangkutan : (1) Selesai masa bakti. (2) Meninggal dunia. (3) Mengundurkan diri. (4) Menyimpang dari visi dan misi FLP (5) Diberhentikan oleh Musyawarah Istimewa. BAB IX BADAN PENGURUS PUSAT 28

Pasal 40 Syarat-syarat Badan Pengurus Pusat (1) Berusia sekurang-kurangnya 21 tahun. (2) Memiliki pemahaman Islam yang baik. (3) Pernah duduk sebagai pengurus FLP. (4) Mengajukan/diajukan permohonan menjadi Badan Pengurus Pusat untuk menjalankan organisasi dengan sebaik-baiknya. Pasal 41 Mekanisme pengangkatan Badan Pengurus Pusat : (1) Ketua Umum menyusun nama-nama calon anggota Badan Pengurus Pusat beserta posisinya dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Ketua Umum mengumumkan dan secara langsung mengangkat nama-nama calon anggota Badan Pengurus Pusat yang telah mendapat persetujuan dari Dewan Pertimbangan FLP di dalam sidang Musyawarah Nasional. (3) Masa bakti Badan Pengurus Pusat berlangsung selama empat tahun. (4) Keanggotaan dalam Badan Pengurus Pusat berakhir jika : a. Selesai masa bakti. b. Meninggal dunia. c. Mengundurkan diri. d. Diberhentikan oleh Ketua Umum. (5) Jika karena satu atau lain hal tersebut di atas terjadi kekosongan posisi dalam Badan Pengurus Pusat maka Ketua Umum dengan persetujuan Dewan Pertimbangan FLP berhak untuk mengangkat anggota Badan Pengurus Pusat baru. Pasal 42 Ketua Harian (1) Ketua Harian dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugasnya, Ketua Harian berkonsultasi dan bertanggung jawab kepada Ketua Umum. Pasal 43 Tugas Ketua Harian (1) Memimpin gerak operasional keseharian FLP. 29

(2) Membantu Ketua Umum menyusun program-program kerja FLP selama masa baktinya. (3) Melaksanakan program-program kerja FLP yang telah disusun. (4) Mengarahkan, menggiatkan aktivitas dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan FLP di segala tingkat. (5) Dalam hal Ketua Umum berhalangan sementara, berhak menggantikan tugas dan wewenang Ketua Umum sampai Ketua Umum dapat beraktivitas kembali. (6) Dalam hal Ketua Umum berhalangan tetap atau dirasakan tidak dapat menjalankan fungsinya, atas permintaan Dewan Pertimbangan FLP dapat menggantikan tugas dan wewenang Ketua Umum sampai Musyawarah Nasional atau Musyawarah Istimewa terdekat. Pasal 44 Kewenangan Ketua Harian (1) Memimpin Badan Pengurus Pusat FLP. (2) Membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pelaksanaan operasional keseharian FLP. (3) Menyetujui pembukaan dan penutupan FLP Wilayah dan FLP Cabang. (4) Mewakili Ketua Umum dan Badan Pengurus Pusat FLP dalam acara-acara resmi internal. Pasal 45 Sekretaris Umum (1) Sekretaris umum dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugas operasional keseharian, Sekretaris umum berada di bawah komando Ketua Harian. (3) Di akhir masa bakti, Sekretaris bertanggung jawab kepada Ketua Umum. (4) Sekretaris bertugas untuk mengadakan administrasi FLP. (5) Sekretaris berwenang untuk membuat aturan-aturan yang berhubungan dengan tata masalah keadministrasian FLP. (6) Aturan-aturan yang dibuat oleh Sekretaris Umum mengikat semua Sekretaris FLP Wilayah dan FLP Cabang kecuali jika kondisi FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut. 30

(7) Dalam kondisi sebagaimana disebutkan pasal 6 (enam), Sekretaris Umum berhak membuat aturan-aturan yang berlaku khusus di FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang terkait. Pasal 46 Bendahara Umum (1) Bendahara umum dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugas operasional keseharian, Bendahara berada di bawah komando Ketua Harian. (3) Di akhir masa bakti, Bendahara bertanggung jawab kepada Ketua Umum. (4) Bendahara bertugas untuk mengadakan tata keuangan FLP. (5) Bendahara berwenang untuk membuat aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah keuangan FLP. (6) Aturan-aturan yang dibuat oleh Bendahara mengikat semua Bendahara FLP Wilayah dan FLP Cabang kecuali jika kondisi FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut. (7) Dalam kondisi sebagaimana disebutkan pasal 6 (enam), Bendahara berhak membuat aturan-aturan yang berlaku khusus di FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang terkait. Pasal 47 Koordinator Divisi Kaderisasi (1) Koordinator Divisi Kaderisasi dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugas operasional keseharian, Koordinator Divisi Kaderisasi berada di bawah komando Ketua Harian. (3) Di akhir masa bakti, Koordinator Divisi Kaderisasi bertanggung jawab kepada Ketua Umum. (4) Koordinator Divisi Kaderisasi bertugas untuk mengadakan alur kaderisasi anggota FLP. (5) Koordinator Divisi Kaderisasi berwenang untuk membuat aturan-aturan yang berhubungan dengan alur kaderisasi FLP. (6) Aturan-aturan yang dibuat oleh Koordinator Divisi Kaderisasi mengikat semua Divisi Kaderisasi FLP Wilayah dan FLP Cabang kecuali jika kondisi FLP Wilayah 31

dan/atau FLP Cabang yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk melaksanakan aturan-aturan tersebut. (7) Dalam kondisi sebagaimana disebutkan pasal 6 (enam), Koordinator Divisi Kaderisasi berhak membuat aturan-aturan yang berlaku khusus di FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang terkait. Pasal 48 Koordinator Divisi Bisnis (1) Koordinator Divisi Bisnis dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugas operasional keseharian, Koordinator Divisi Bisnis berada di bawah komando Ketua Harian. (3) Di akhir masa bakti, Koordinator Divisi Bisnis bertanggung jawab kepada Ketua Umum. (4) Koordinator Divisi Bisnis bertugas untuk menyediakan fungsi pendukung bagi kelancaran gerak operasional keseharian FLP. (5) Koordinator Divisi Bisnis berwenang untuk membuat aturan-aturan yang dapat memperlancar gerak operasional keseharian FLP. (6) Aturan-aturan yang dibuat oleh Koordinator Divisi Bisnis mengikat semua Divisi Bisnis FLP Wilayah dan FLP Cabang kecuali jika kondisi FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk melaksanakan aturanaturan tersebut. (7) Dalam kondisi sebagaimana disebutkan pasal 6 (enam), Koordinator Divisi Bisnis berhak membuat aturan-aturan yang berlaku khusus di FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang terkait. Pasal 49 Koordinator Divisi Humas (1) Koordinator Divisi Humas dipilih oleh Ketua Umum dengan memperhatikan saran dari Dewan Pertimbangan FLP. (2) Dalam menjalankan tugas operasional keseharian, Koordinator Divisi Humas berada di bawah komando Ketua Harian. (3) Di akhir masa bakti, Koordinator Divisi Humas bertanggung jawab kepada Ketua Umum. 32

(4) Koordinator Divisi Humas bertugas untuk membuat jaringan dengan pihak-pihak eksternal sesuai dengan visi dan misi FLP. (5) Koordinator Divisi Humas bertugas untuk menyuarakan kegiatan-kegiatan FLP kepada pihak eksternal. (6) Koordinator Divisi Humas berwenang untuk membuat aturan-aturan yang terkait dengan pengembangan jaringan dan penyuaraan kegiatan-kegiatan FLP kepada pihak eksternal. (7) Aturan-aturan yang dibuat oleh Koordinator Divisi Humas mengikat semua Divisi Humas FLP Wilayah dan FLP Cabang kecuali jika kondisi FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk melaksanakan aturanaturan tersebut. (8) Dalam kondisi sebagaimana disebutkan pasal 7 (tujuh), Koordinator Divisi Humas berhak membuat aturan-aturan yang berlaku khusus di FLP Wilayah dan/atau FLP Cabang terkait. Pasal 50 Divisi Advokasi Penulis (1) Divisi Advokasi Penulis adalah divisi yang terdiri atas orang-orang yang berkompeten dalam bidang hukum untuk memperjuangkan hak-hak anggota FLP sebagai penulis. (2) Tugas Divisi Advokasi Penulis adalah: a. Menyosialisasikan hak, kewajiban, dan etika penulis kepada anggota FLP. b. Menjalankan fungsi konsultasi dan bantuan hukum BAB X FLP WILAYAH Pasal 51 Pembentukan FLP Wilayah (1) Pembentukan FLP Wilayah memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a. Memiliki pengurus inti sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, dan seorang Koordinator Divisi Kaderisasi. b. Memiliki sekurang-kurangnya 2 (dua) orang penulis dengan kemampuan setara dengan jenjang Madya. c. Memiliki alamat sekretariat yang jelas. 33

(2) Permohonan pembentukan FLP Wilayah diajukan kepada Badan Pengurus Pusat FLP dan disetujui oleh Ketua Harian. Pasal 52 Syarat-syarat Ketua FLP Wilayah (1) Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun. (2) Berdomisili di wilayah tersebut (3) Mempunyai minat yang besar terhadap perkembangan Islam dan dunia kepenulisan. (4) Telah mencapai keanggotaan jenjang Madya. BAB XI FLP CABANG Pasal 53 Pembentukan FLP Cabang (1) Pembentukan FLP Cabang memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a. Memiliki pengurus inti sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, seorang Koordinator Divisi Kaderisasi. b. Memiliki sekurang-kurangnya seorang penulis dengan kemampuan setara dengan jenjang Madya. c. Memiliki alamat sekretariat yang jelas. (2) Permohonan pembentukan FLP Cabang diajukan kepada FLP Wilayah dan disetujui oleh BPP FLP dan ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) oleh FLP Wilayah. Pasal 54 Syarat-syarat Ketua FLP Cabang (1) Berusia sekurang-kurangnya 18 (delapan belas) tahun. (2) Berdomisili di wilayah tersebut (3) Mempunyai minat yang besar terhadap perkembangan Islam dan dunia kepenulisan. (4) Telah mencapai keanggotaan setara jenjang Madya. 34

Pasal 55 Pembentukan FLP Ranting (1) Pembentukan FLP Ranting memiliki syarat-syarat sebagai berikut : a. Memiliki pengurus inti sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara. b. Memiliki alamat sekretariat yang jelas. (2) Permohonan pembentukan FLP Ranting diajukan kepada FLP Cabang dan disetujui oleh FLP Wilayah yang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) oleh Ketua FLP Cabang. ` Pasal 56 Syarat-syarat Ketua FLP Ranting (1) Berusia sekurang-kurangnya 14 (empat belas) tahun. (2) Berakhlak baik dan berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. (3) Mempunyai minat yang besar terhadap perkembangan Islam dan dunia kepenulisan. (4) Telah mencapai keanggotaan setara jenjang Muda. Bali, Agustus 2013 35