HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN USIA ANAK, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN LAHIR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Status Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Aceh Besar

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Purnama Sinaga 1, Zulhaida Lubis 2, Mhd Arifin Siregar 3

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun

RELATIONS OF NUTRITIONAL AND IMMUNIZATION STATUS WITH ACUTE RESPIRATORY INFECTION (ARI) ON UNDER-FIVE IN PUBLIC HEALTH CENTER CEMPAKA BANJARBARU 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

Hubungan berat badan lahir rendah terhadap frekuensi kejadian Ispa 31

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIROTO SEMARANG TAHUN 2013

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia Anak Balita di RSUD Bangkinang Kabupaten Kampar 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

Yani Maidelwita* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Infeksi saluran pernafasan akut sampai saat ini masih menjadi

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PREVALENSI DAN POLA PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI TIGA KELURAHAN KECAMATAN MEDAN BARU, KOTA MEDAN, 2005

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

Jurnal Husada Mahakam Volume IV No.4, November 2017, hal

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS ROWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KRITERIA PEROKOK DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA KECAMATAN PRAMBANAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN STATUS GIZI, STATUS IMUNISASI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indramayu

PERBANDINGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA PUSKESMAS I UBUD DAN PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN JANUARI OKTOBER 2012

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Transkripsi:

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU Age and Gender Relationship to Acute Respiratory Infection (ARI) Incidence among Child Under Five in Public Health Centre Tembilahan Hulu Nurul Indah Sari, Ardianti Akademi Kebidanan Husada Gemilang Email : indah_hs88@yahoo.co.id Abstract Acute Respiratory Infection (ARI) is an infectious disease that attacks one or more parts of the respiratory tract, from the nose (upper line) to the alveoli (bottom line) including its adneksa networks, such as sinus tract, the middle ear cavity and pleura. Whereas the causes of respiratory infection in infants are intrinsic factors including age, nutritional status, birth weight, immunization status, sex, whereas extrinsic factors include housing, socio-economic and parental education. The purpose of this study is to determine the relationship between Age And Gender Genesis Against Acute Respiratory Infections (ARI) for Toddlers at UPT Tembilahan Hulu Health Center in 2013-2015. This study is an analytical study using case control design. Sampling was done by systematic random sampling technique. The sample in this study was 636 people were divided into 2 groups : 318 people were as the case group and 318 people that were as the control group. This study used the instrument in the form of a checklist sheet this research was conducted on June 9 to 21, 2014. Results af this research showed that there was a relationship between age and gender on the incidence of respiratory infection in infants with a P value = 0.047 and OR = 1.389 then age gender P value = 0.001 and OR = 1.683. That is why every parent who has a child who is at risk for developing respiratory infection such as age 2-3 years old and the male gender should get more attention, both in terms of the game, daly activities as well as their diet. Keywords : ARI, Age, Sex, UPT Tembilahan Hulu Health Center Abstrak Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti saluran sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Adapun faktor penyebab dari ISPA pada balita adalah faktor intrinsik yang meliputi umur, status gizi, berat badan lahir, status imunisasi, jenis kelamin sedangkan faktor ekstrinsik meliputi perumahan, sosial ekonomi dan pendidikan orang tua. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015. Penelitian ini merupakan studi analitik menggunakan desain case control. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sistematis random sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 636 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 318 kelompok kasus dan 318 kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar checklist, analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat, kemudian penelitian dilakukan pada tanggal 9-21 Juni 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dan jenis kelamin terhadap kejadian ISPA pada balita dengan nilai P value umur = 0,047 dan OR = 1.389 kemudian P value jenis kelamin = 0,001 dan OR = 1.683. Saran bagi UPT Puskesmas agar dapat memberikan promosi kesehatan melalui media atau penyuluhan kepada orang tua yang memiliki balita agar lebih dapat melindungi balitanya dari paparan ISPA, terlebih lagi pada balita yang memang memiliki resiko untuk terkena ISPA, seperti balita yang berumur 2-3 Tahun dan jenis kelamin laki-laki. Kata Kunci : ISPA, Umur, Jenis Kelamin, UPT Puskesmas Tembilahan Hulu 26

An-Nadaa, Juni 2017, hal. 26-30 PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti saluran sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Secara anatomik ISPA dikelompokkan menjadi ISPA atas misalnya batuk pilek, faringitis, tonsillitis dan ISPA bawah seperti bronchitis, brinkilitis, pneumonia. ISPA atas jarang menimbulkan kematian walaupun insidennya jauh lebih tinggi dari ISPA bawah (Safatari, 2009). Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap anak yang berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain. (Meilani dkk, 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara sedang berkembang. ISPA ini menyebabkan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya. Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20%-30% (Suhandayani, 2006). WHO (World Health Organization) memperkirakan insiden ISPA di Negara Berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% terutama pada golongan usia balita. Menurut WHO lebih kurang 13 juta anak balita didunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat dinegara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh lebih kurang 4 juta anak balita setiap tahun (Depkes RI, 2006). Sedangkan di Indonesia pada Tahun 2012, ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita yaitu hampir 85%. Ini berarti bahwa ISPA menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit (Muslikha, 2013). Menurut Safatari (2009) dalam Yunika (2013) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA pada bayi dan balita yaitu faktor intrinsik meliputi umur, status gizi, berat badan lahir, status imunisasi, jenis kelamin sedangkan faktor ekstrinsik meliputi perumahan, sosial ekonomi dan pendidikan orang tua. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2007) mengenai Faktor Penyebab Kejadian ISPA di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan desain case control dimana jumlah sampel yang digunakan sebanyak 328 masing-masing 164 kasus, dan 164 kontrol. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan signifikan antara umur dengan ISPA, dimana (P value = 0,033). Sedangkan hasil penelitian menurut Nurfitriah (2009) mengenai Faktor Biologi Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnongko dengan menggunakan rancangan case control 56 sampel yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan ISPA yaitu (P value = 0,037). Adapun data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau dari hasil pelaporan Dinas kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2013, angka ISPA sebesar 19% (Dinkes Kabupaten Indragiri Hilir, 2013). Sedangkan data ISPA pada balita di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2013 berjumlah 19%. Pada Tahun 2011-2013 Puskesmas Tembilahan Hulu mengalami peningkatan secara signifikan yaitu Tahun 2011 berjumlah 15%, Tahun 2012 berjumlah 18.4%, dan pada Tahun 2013 berjumlah 33.4% (Dinkes Kabupaten Indragiri Hilir, 2013). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu. 27

BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015 dengan jumlah 12.785 orang. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 9-21 Juni 2016. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara umur dan jenis kelamin terhadap kejadian infeksi saluan pernapasan akut (ISPA) pada balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015. Jumlah sampel yang diambil adalah 636 orang dimana 318 orang dimasukkan pada kelompok kasus yaitu balita yang mengalami ISPA, sedangkan 318 orang lainnya pada kelompok kontrol yaitu balita yang tidak mengalami ISPA. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian merupakan hasil dari pengolahan data sekunder yang diperoleh setelah melakukan penelitian, dengan melihat buku register yang ada diruang anak UPT Puskesmas Tembilahan Hulu dan mengisi kedalam lembar ceklis, Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran dari masing-masing variabel yang diteliti, adapun analisis univariat akan diuraikan dalam bentuk tabel 1. dibawah ini. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015. Variabel f % Umur 2-3 Thn 1 Thn dan 4-5 Thn 165 153 51.9 48,1 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 171 147 53,8 46,2 Total 318 100 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita berdasarkan umur yang tertinggi yaitu 2-3 Tahun dengan jumlah 165 orang (51.9%). Distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita berdasarkan jenis kelamin yang tertinggi yaitu laki-laki dengan jumlah 171 orang (53.8%). Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan variabel independen terhadap variabel dependen, adapun analisis bivariat yang akan diuraikan pada penelitian ini yaitu melihat hubungan umur dan jenis kelamin terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu. Hubungan Umur Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat pada kelompok kasus bahwa kejadian ISPA pada balita mayoritas terjadi pada umur 2-3 Tahun yang berjumlah 165 orang (51.9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0.047 maka dapat disimpulkan ada hubungan umur terhadap kejadian ISPA dengan nilai OR = 1.389 artinya balita yang berumur 2-3 Tahun mempunyai peluang 1.389 kali untuk mengalami ISPA dibandingkan dengan balita yang berumur 1 Tahun dan 4-5 Tahun. Hasil Penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayati (2007) mengenai faktor penyebab kejadian ISPA di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan desain case control dimana jumlah sampel yang digunakan sebanyak 328 masing-masing 164 kasus, dan 164 kontrol. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan signifikan antara umur dengan ISPA (P value = 0,033). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya ISPA. Pneumonia pada anak balita sering disebabkan virus pernapasan dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 Tahun. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih besar dan buruk, disebabkan karena ISPA pada bayi dan balita umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah. Selain itu imunitas anak belum baik dan lumen saluran napasnya masih sempit. Oleh sebab itu kejadian ISPA pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dewasa. (Misnadiarly, 2008). 28

An-Nadaa, Juni 2017, hal. 26-30 Tabel 2. Hubungan Umur Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015. ISPA Umur Kasus Kontrol P. value OR (CI 95%) n % n % 2-3 Thn 165 51,9 139 43,7 1,389 1 Thn dan 4-5Thn 153 48,1 179 56,3 0,047 (1.016-1.898) Jumlah 318 100 318 100 Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015. ISPA Jenis Kelamin Kasus Kontrol P. value OR (CI 95%) n % n % Laki-Laki 171 53,8 129 40,6 1,683 Perempuan 147 46,2 189 59,4 0,001 (1.229-2.304) Jumlah 318 100 318 100 Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat pada kelompok kasus bahwa kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 171 orang (53.8%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0.001 maka dapat disimpulkan ada hubungan jenis kelamin terhadap kejadian ISPA pada balita, dengan nilai OR = 1.683 artinya balita dengan jenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1.683 kali untuk mengalami ISPA dibandingkan balita dengan jenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriah (2009) mengenai faktor biologi dengan kejadian penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnongko dengan menggunakan rancangan case control 56 sampel yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan ISPA (P value = 0,037). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada anak perempuan terkena ISPA, karena anak laki laki lebih sering bermain di luar rumah sehingga keterpaparan udara lebih banyak dari anak perempuan yang lebih dominan permainannya di dalam rumah (Suhandayani, 2006). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mutalazimah (2005) mengenai lingkungan fisik dan faktor internal dengan kejadian ISPA di Kota Bandung mengatakan bahwa anak laki laki lebih rentan terserang ISPA dikarenakan anak laki-laki lebih aktif dalam beraktivitas sehingga mudah untuk kelelahan dan cenderung sistem kekebalan tubuhnya menurun, dibandingkan anak perempuan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan desain Case Control dan pengambilan sampel dengan teknik Sistematis Random Sampling dengan besar sampel 636 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 318 kelompok kasus dan 318 kelompok kontrol, dimana penelitian dilakukan dari tanggal 9-21 Juni 2016 tentang Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapsan Akut (ISPA) Pada Balita Di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015 yaitu dapat disimpulkan Ada hubungan yang signifikan antara umur terhadap kejadian ISPA pada balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015, dengan nilai (P value = 0.047) dan (OR = 1.389) dan Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap kejadian ISPA pada balita di UPT Puskesmas Tembilahan Hulu Tahun 2013-2015, dengan nilai (P value = 0.001) dan (OR = 1.683). 29

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Indonesia Sehat. Dinkes Kabupaten Indragiri Hilir. 2013. Profil Kesehatan : Balita Yang Terkena ISPA Di Kabupaten Indragiri Hilir. Tembilahan. Meilani dkk. 2008. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya Misnadiarly. 2008. Macam-macam Penyakit Pada Anak. Jakarta : EGC. Muslikha. 2013. Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan Penyakit ISPA Pada Bayi Usia 7-12 Bulan.(online).http://skripsikti.blogspot.com /2011/07/kti-kebidanan.pdf. [diperoleh tanggal 5 Mei 2016]. Mutalazimah. 2005. Lingkungan Fisik Dan Faktor Internal Dengan Kejadian ISPA Di Kota Bandung.(online).http://www.foxitreader.int rinsik dan ekstrinsik.pdf. [diperoleh tanggal 24 Juni 2016]. Nurfitriah. 2009. Faktor Biologi Dengan Kejadian Penyakit ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Karangnongko. (online). http://www.45-127-1-pb-pdf. [diperoleh tanggal 9 Mei 2016]. Nurhidayati. 2007. Faktor Penyebab Kejadian ISPA di Kabupaten Deli Serdang.(online). http://www. digilib.ui.acid/ opac.pdf. [diperoleh tanggal 9 Mei 2016]. Safatari. 2009. dalam Yunika., Faktor Penyebab Penyakit ISPA Pada Balita di Kecamatan Ciwandaan Kota Cilegon Tahun 2013. (online). http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/20483/4/Chapter%20II.pdf. [diperoleh tanggal 7 Mei 2016]. Suhandayani. 2006. http://www. Bascom World Hubungan berat badan lahir dan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita.html. [diperoleh tanggal 10 Maret 2016]. 30