Yani Maidelwita* ABSTRAK
|
|
- Yuliani Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR HAJI KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRAK Yani Maidelwita* Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah suatu penyakit yang banyak dialami anak-anak dan menjadi penyebab kematian yang paling umum di negara berkembang. WHO (2003) memperkirakan sekitar 4 juta dari 15 juta anak berusia di bawah 5 tahun mengalami kematian karena ISPA setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Sebanyak 40% - 60% dari angka kunjungan di Puskesmas adalah penyakit ISPA. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Tahun Jenis penelitian ini adalah case control. Untuk melihat kekuatan hubungan pemberian ASI ekslusif (independen) terhadap kejadian ISPA. Populasi pada penelitian ini adalah bayi yang berumur 6 sampai dengan 12 bulan yang berada diwilayah kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling dengan proporsi antara kasus dengan control adalah 1 : 1 dan dianalisis dengan menggunakan analisa univariat, bivariat dan uji regresi logistic Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 62 bayi yang mengalami ISPA terdapat 55 (82,1 %) bayi usia 6-12 bulan yang tidak ada pemberian ASI ekslusif dan 7 (12,3 %) bayi usia 6-12 bulan ada pemberian ASI ekslusif. Hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian obesitas. Nilai OR 32,738. (95% CI : 11,951-89,684) artinya bayi usia 6-12 bulan yang tidak diberikan ASI Ekslusif risikonya 32,738 kali lebih besar akan mengalami Kejadian ISPA dibandingkan kelompok Tidak ISPA.Dari 9 extraneous determinan yang dianalisis, ternyata hanya 4 variable yang memiliki kemaknaan statistic, yang memiliki nilai P< 0,05 yaitu (1) pendidikan ibu (2) Status ekonomi (3) status gizi, (4) ventilasi rumah. Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja samamenciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan, pemberian ASI Eksklusif pada balita, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak dengan balita apabila menderita ISPA baik dalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakat). Kata Kunci : ISPA, ASI ekslusif, bayi Alamat Korespondensi Yani Maidelwita, SKM, M.Biomed Dosen Kopertis Wilayah X Dpk pada STIKES MERCUBAKTIJAYA Padang STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jl. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang Telp
2 PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Secara anatomik, ISPA dikelompokkan menjadi ISPA atas misalnya batuk pilek, faringitis, tonsillitis, dan ISPA bawah seperti bronkitis, bronkiolitis, pneumonia. (Saftari, 2009) Hasil survei kesehatan nasional (SUKERNAS) tahun 2001 menunjukkan bahwa proporsi kematian akibat ISPA masih 28%. Artinya bahwa dari 100 bayi yang meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA, dan terutama 80% kasus ISPA adalah akibat pneumonia.(machmud, 2006) Prevalensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 adalah 25,5% (rentang: 17,5% - 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan gejala penyakit,. Di Sumatera Barat, prevalensi kejadian ISPA berdasarkan diagnosis adalah 8,98% dan berdasarkan diagnosis dan gejala adalah 26,38%. Angka kejadian ISPA di Sumatera Barat ini termasuk dalam kategori propinsi yang mempunyai prevalensi kejadian ISPA di atas angka nasional. (Depkes, 2008) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, penyakit ISPA pada bayi tahun 2010 menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak di Pesisir Selatan dengan angka kejadian sebanyak kasus. Tingginya angka penderita tersebut menyebar di 18 Puskesmas di Pesisir Selatan, salah satunya yang tertinggi adalah Air Haji yaitu sebanyak kasus. (Dinkes Kabupaten Pes-sel, 2010). Di wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Air Haji masih banyak kelemahan-kelemahan, hambatanhambatan dan permasalahan yang dijumpai untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Hal ini dapat dilihat dari angka kejadian kesakitan dan kematian dari penyakit ISPA, dimana dibandingkan 10 penyakit terbanyak lainnya ISPA menempati rangking pertama. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia terkait dengan kemampuan seorang ibu merawat bayinya yang cukup banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut adalah kebiasaan pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang memadai kepada bayinya. Akhirakhir ini kebiasaan memberikan ASI secara ekslusif (pemberian ASI saja kepada bayinya berusia 6 bulan) banyak mengalami perubahan. Analisis situasi dan kondisi ibu dan bayi yang berhubungan dengan upaya peningkatan pemberian ASI (PP ASI) hingga kini hasilnya belum menggembirakan. Berdasarkan penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jbatabek (1995) diperoleh fakta, bahwa bayi yang mendapatkan ASI-ekslusif selama 6 bulan sekitar 5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut mengaku menyusui (Roesli, 2003) Di Indonesia, pemberian ASI eksklusif belum dilaksanakan sepenuhnya. Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13%, sedangkan di pedesaan 2%-13% (Depkes, 2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan
3 (2010) menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 29,48%. Menurut Rachiana (2003) mengatakan, faktor penyebab bayi dan balita terserang ISPA beragam, mulai dari gizi buruk (malnutrisi), berat badan lahir rendah (BBLR), kekurangan vitamin A, maupun akibat polusi udara termasuk asap rakok. Balita yang tidak diberi ASI juga berpotensi mengidap ISPA. Bayi usia 0-11 bulan yang tidak diberi ASI mempunyai resiko 5 kali lebih besar meninggal. Faktor resiko yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terbagi atas 2 yaitu faktor intrinsik, seperti umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir rendah imunisasi dan ASI yang tidak memadai. Sedangkan faktor ektrinsik seperti polusi udara, kepadatat tempat tinggal, rendahnya tingkat sosial ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan (Prabu, 2009). Bertitik tolak dari latar belakang dari masalah tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan peneltian mengenai pengaruh pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ASI Ekslusif terhadap kejadian ISPA Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. Desain Penelitian yang digunakan adalah case control. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 6 sampai dengan 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2012 yang berjumlah 558 orang..sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010). Sampel terdiri dari kasus dan control, Dengan perbandingan 1:1, maka diperoleh: a. Sampel kasus: balita pengunjung Puskesmas Air Haji yang menderita ISPA tahun 2012 yang berjumlah 62 balita. b. Sampel kontrol: balita pengunjung Puskesmas Air Haji yang tidak menderita ISPA tahun 2012 yang berjumlah 62 balita. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Data primer diperoleh dari survei dengan wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan pada balita dengan responden ibu balita, dan observasi dengan pengamatan langsung ke obyek yang diteliti dengan melakukan pengukuran untuk memperoleh kejadian ISPA pada bayi, kepadatan hunian dan keberadaan anggota keluarga yang merokok. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkah editing, koding, processing, cleaning, Analisis data dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SPSS. Analisis data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap antara lain : Analisa Univariat, bivariat dan multivariat. Analisa univariat dilakukan tabulasi frekuensi, baik untuk variabel independen maupun dependen. Analisa Bivariat yaitu menggunakan uji chi square dengan menggunakan derajat kemaknaan 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Sedangkan Analisa Multivariat menggunakan pendekatan analisa untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh
4 digunakan Teknik analisa multivariat dengan uji regresi logistik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Subjek penelitian Hasil penelitian terhadap 124 Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan, berdasarkan karakteristik jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 1 Distribusi Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan Berdasarkan Karakteristik jenis Kelamin Karakteristik Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan ISPA Tidak ISPA f % F % Jumlah Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 50 bayi laki-laki terdapat 25 (50 %) bayi usia 6-12 bulan yang mengalami ISPA dan 25 (50%) bayi usia 6-12 bulan yang tidak mengalami ISPA. 2. Analisis Pengaruh Pemberian ASI Ekslusif Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Sedangkan dari 74 bayi perempuan terdapat 37 (50%) bayi usia 6-12 bulan yang mengalami ISPA dan 37 (50%) bayi usia 6-12 bulan yang tidak mengalami ISPA. Kabupaten Pesisir Selatan, berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Distribusi Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif Pemberian ASI Ekslusif ISPA Tidak ISPA OR (95% CI) P value f % f % Tidak ada Pemberian ASI Ekslusif 55 82, ,5 32,738 11,951-89,684 Ada Pemberian ASI 7 12, ,7 Ekslusif Jumlah Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 62 bayi yang mengalami ISPA terdapat 55 (82,1 %) bayi usia 6-12 bulan yang tidak ada pemberian ASI ekslusif dan 7 (12,3 %) bayi usia 6-12 bulan ada pemberian ASI ekslusif. Sedangkan dari 62 bayi yang yang tidak mengalami ISPA terdapat 50 (87,7%) bayi usia 6-12 bulan
5 yang ada pemberian ASI ekslusif dan 7 (12,3 %) bayi usia 6-12 bulan yang tidak ada pemberian ASI ekslusif. Dari hasil uji statistik yang diperoleh nilai p < 0,05 artinya ada pengaruh yang bermakna antara pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian obesitas. Nilai OR 32,738. (95% CI : 11,951-89,684) artinya bayi usia 6-12 bulan yang tidak diberikan ASI Ekslusif risikonya 32,738 kali lebih besar akan mengalami Kejadian ISPA dibandingkan kelompok Tidak ISPA. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariefudin, dkk (2009) tentang hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada bayi 0-12 bulan di posyandu Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal yang menunjukkan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi 0-12 bulan p value = (p < 0,05). Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya lewat ariarinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan tubuh sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Sistem imun bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencukupi sehingga dapat 3. Analisis Pengaruh extraneous determinant Terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan Pengaruh faktor luar (extraneous determinan) Terhadap Kejadian ISPA pada mengakibatkan adanya kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan hilang atau berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat kekebalan kali lebih banyak dari susu matang. Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare, ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi, telinga, batuk,pilek, dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001:18). Beberapa alasan yang menyebabkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya antara lain menganggap ASI tidak mencukupi, ibu bekerja di luar rumah, beranggapan susu formuua lebih baik dan lebih praktis dari ASI, serta kekhawatiran tubuh ibu menjadi gemuk (Sulistiyoningsih, 2011). Zat kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya bayi yang diberi ASI Eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif (Depkes RI, 2001:18). Bayi Usia 6-12 Bulan akan dianalisis satu persatu. Tabel berikut ini akan memperlihatkan pengaruh extraneous determinan pada table dibawah ini :
6 Tabel 3 Pengaruh extraneous determinant Terhadap Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan extraneous determinant Pendidikan ibu Rendah Tinggi ISPA Tidak ISPA OR (95% CI) p value f % F % ,1 40, ,9 59,8 5,309 2,082-13,536 Pengetahuan Ibu Rendah Tinggi Status Ekonomi Rendah Tinggi Berat Badan Lahir BBLR Tidak BBLR Status Gizi Gizi kurang Gizi lebih Status Imunisasi Tidak lengkap Lengkap Kepadatan Hunian Tidak lengkap Lengkap Ventilasi Rumah Tidak lengkap Lengkap ,2 53,1 65,1 34,4 53,8 47,2 52,8 46,2 57,7 44,4 48,6 51,9 63,1 35, , ,9 34,9 65,6 46,2 52,8 30,9 65,2 42,3 55,6 51,4 48,1 36,9 64,4 0,700 0,333-1,471 0,450 3,550 1,694-7,438 0,001 1,304 0,638-2,666 0,585 4,191 1,967-8,932 1,705 0,829-3,503 0,203 0,877 0,431-1,784 0,856 3,091 1,485-6,436 0,004 Keberadaan Anggota Keluarga Yang Merokok Tidak lengkap Lengkap ,3 52, ,7 47,9 0,702 0,307-1,607 0,529
7 Pada tabel 5 terlihat bahwa dari 9 extraneous determinan yang dianalisis, ternyata hanya 4 variable yang memiliki kemaknaan statistic, yang memiliki nilai P< 0,05 dan 95% CI tidak melewati angka satu. Keempat variable tersebut adalah variable (1) pendidikan ibu (2) Status ekonomi (3) status gizi, (4) ventilasi rumah. Meskipun demikian variabel lainnya tetap akan diikutkan dalam analisis multivariate, yaitu variabel yang memiliki nilai P<0,25. Variabel tersebut adalah variable (1) status imunisasi 4. Faktor Resiko Yang Paling Dominan Terhadap Kejadian ISPA Untuk menganalisa pengaruh faktor risiko terhadap kejadian ISPA dilakukan uji regresi logistik. Faktor risiko yang dianalisa meliputi pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi, status imunisasi dan ventilasi rumah terhadap kejadian ISPA Bayi Usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. Dalam pemodelan, faktor yang dimasukkan dalam analisa adalah faktor yang signifikan terhadap kejadian ISPA. Dalam menentukan signifikansi faktor risiko, maka variabel independen dimasukkan dalam analisa menggunakan metode enter. Kemudian variabel yang tidak signifikan akan dikeluarkan dari analisa satu persatu hingga diperoleh pemodelan yang paling cocok. Tabel 4 Analisa Pengaruh pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi, status imunisasi dan ventilasi rumahterhadap kejadian ISPA Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan No Variabel B p value OR / Exp (B) pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi, status imunisasi Ventilasi Rumah Konstant 3,707 0,705 1,315 1,833 0,005 1,038-12,862 0,298 0,028 0,004 0,994 0,074 40,717 2,023 3,724 6,251 1,005* 2,823 * variabel yang dikeluarkan
8 Tabel 5 Analisa Pengaruh pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi dan ventilasi rumahterhadap kejadian ISPA Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan No Variabel B p value OR / Exp (B) pemberian ASI ekslusif, pendidikan ibu, status ekonomi, status gizi, Ventilasi Rumah Konstant 3,707 0,704 1,316 1,833 1,039-12,858 0,298 0,024 0,004 0,070 40,730 2,023* 3,724 6,250 2,825 * variabel yang dikeluarkan Tabel 6 Analisa Pengaruh pemberian ASI ekslusif, status ekonomi, status gizi, dan ventilasi rumahterhadap kejadian ISPA Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan No Variabel B p value OR / Exp (B) pemberian ASI ekslusif, status ekonomi, status gizi, Ventilasi Rumah Konstant 3,886 1,391 1,925 1,065-12,167 0,017 0,002 0,062 48,701 4,020 6,858 2,901* * variabel yang dikeluarkan Tabel 7 Analisa Pengaruh pemberian ASI ekslusif, status ekonomi, status gizi, terhadap kejadian ISPA Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan No Variabel B p value OR / Exp (B) pemberian ASI ekslusif, status ekonomi status gizi Konstant 3,833 1,294 1,820-10,249 0,021 0,003 42,206 3,647 6,172 * variabel yang dikeluarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel pemberian ASI ekslusif, status ekonomi dan status gizi merupakan variabel yang signifikan (p < 0,05) terhadap kejadian ISPA. Berdasarkan dari tahapan analisa yang dilakukan untuk mendapatkan pemodelan yang paling cocok, Dengan demikian gambaran di
9 atas merupakan pemodelan yang paling sesuai dalam penelitian ini. Apabila dilihat nilai ORnya, maka pemberian ASI Ekslusif memiliki nilai (OR = 40,206) memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kejadian ISPA, selain itu variabel luar yang berpengaruh adalah status gizi (OR =6,172), dan variabel status gizi (OR=3,647). Berdasarkan nilai OR nya, maka pemodelan secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut : Kejadian ISPA = 10, ,833 X1 + 1,820 X2 + 1,294 X3 Dimana : X1 = Pemberian ASI Ekslusif X2 = Status Gizi X3 = Status Ekonomi Hasil analisa regresi menunjukkan semakin tinggi faktor-faktor tersebut, semakin tinggi peluang untuk terjadinya ISPA. Berdasarkan keseluruhan proses analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari tiga faktor yang diduga berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada bayi. Berdasarkan dari tahapan analisa yang dilakukan untuk mendapatkan pemodelan yang paling cocok, maka apabila dilihat nilai ORnya, maka pemberian ASI Ekslusif memiliki nilai (OR = 40,206) memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kejadian ISPA, selain itu variabel luar yang berpengaruh adalah status gizi (OR =6,172), dan variabel status gizi (OR=3,647). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan kesimpulan, sebagai berikut : a. Terdapat Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. b. Terdapat pengaruh extraneous determinan yaitu status gizi dan status ekonomi yang mempengaruhi kejadian ISPA kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan. c. Berdasarkan analisa regresi logistic yang dilakukan ternyata pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif terhadap kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Haji Kabupaten Pesisir Selatan yang diikuti oleh status gizi dan status ekonomi. Saran yang dapat diberikan adalah : a. Untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada balita, diharapkan orang tuadapat menciptakan lingkungan yang aman bagi balita seperti kebiasaan membuka jendela untuk mengurangi kelembaban udara, tidak merokok di dekat balita dan menjaga jarak apabila menderita ISPA. b. Sebagai tindakan pencegahan, diharapkan masyarakat bisa bekerja samamenciptakan lingkungan dan perilaku hidup sehat (tidak merokok di dalam ruangan, pemberian ASI Eksklusif pada balita, kebiasaan membuka jendela pada pagi dan siang hari, dan menjaga jarak dengan balita apabila menderita ISPA baik dalam keluarga maupun kehidupan bermasyarakat). c. Mengadakan penyuluhanpenyuluhan mengenai gizi dan kesehatan termasuk mengenai penyakit-penyakit infeksi khususnya ISPA. d. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA seperti luas bangunan rumah, letak dapur, keadaan lingkungan tempat tinggal, dan umur yang tidak diteliti oleh peneliti sehingga dalam penelitian
10 selanjutnya dapat ditambahkan variabel-variabel tersebut. DAFTAR PUSTAKA Abdullah Pengaruh Pemberian ASI Terhadap ISPA pada bayi umur 0-4 bulan. Jakarta : Program Pascasarjana PSIKM UI Departemen Kesehatan RI Pedoman Tata Laksana Pnemonia Pada Balita. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan P2MPL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan). Jakarta : Sub dinas P2MPL Departemen Kesehatan RI Bimbingan Keterpaparan Dalam Tatalaksana Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan pnemonia pada balita. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) : Keputusan Menteri Kesehatan RI no : 920/Menkes/SK/VIII/2002. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, Laporan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kristiyansari, Weni, Pemberian ASI Eksklusif. Diakses dari 17 oktober 2010 Machmud, Rizanda Pnemonia Pada Balita di Indonesia dan Peran Kabupaten dalam Menanggulanginya. Padang : Andalas University Press Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Prabu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) diakses dari /01/04/infeksi-saluranpernafasan-akut-ispa/ tanggal 20 April 2011 Puskesmas Air Haji Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun Air Haji Rachiana, C ISPA Penyebab Kematian Nomor SAtu. Diakses dari http//www. Goegle.com Rasmaliah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universtias Sumatera Utara diakses dari / /3775/1/fkmrasmaliah9. pdf. pada tanggal 21 April 2011 Roesli, Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agrawidya Saftari, Dewi Hubungan Antara Faktor Usia Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah pada anak usia 1 bulan - 5 tahun. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas muhammadiyah Surakarta
11 Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakatra : EGC penerbitbuku kedokteran. Suhandayani, Ike Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati tahun Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Supriadi, Retno Wahab, Kiat Sukses Menyusui. Jakarta : Aspirasi Pemuda Supriasa Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. WHO Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, EGC, Jakarta
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciEko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku masyarakat yang diharapkan dalam Indonesia
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza
Lebih terperinciErnawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DAN FAKTOR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA WAY HUWI PUSKESMAS KARANG ANYAR KECAMATAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2012 Ernawati 1 dan Achmad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang menanda tangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
Lebih terperinciSUMMARY ABSTRAK BAB 1
SUMMARY ABSTRAK Sri Rahmawati, 2013. Hubungan Umur Dan Status Imunisasi Dengan Penyakit ISPA Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bulawa. Jurusan Keperawatan. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSISALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI RAB RSU
PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSISALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI RAB RSU dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA SONI HERSONI ABSTRAK Infeksi Saluran
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN
HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian utama pada balita (Kartasasmita, 2010). Terdapat 15 negara dengan prediksi kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan peradangan atau infeksi pada bronkiolus dan alveolus di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan Ball,2003). Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang ISPA (Inspeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciJurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN
PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PENYAKIT ISPA PADA BALITA SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012 Oleh : Amalia Dosen STIK Bina Husada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan case control (retrospective), yaitu efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. hidung sampai alveoli. ISPA terdiri dari bukan pneumonia, pneumonia, dan
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, yang menyerang satu bagian/ lebih saluran pernafasan, mulai dari hidung sampai alveoli.
Lebih terperinciDinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PROSES LAKTASI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG Siti Nadzifah Lingga Kurniati*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah observasional analitik menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara sekelompok orang terdiagnosis
Lebih terperinciOleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam
Lebih terperinciKarya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN LAMA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK USIA 6 24 BULAN DI KELURAHAN PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh
Lebih terperinciHUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012
HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MIFTA AULIA JAMIL 080201126 PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah
BAB 1 PENDAHULUAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, identifikasi kerangka kerja konseptual, pertanyaan penelitian, variabel penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan mengalami proses tumbuh kembang. Masa bayi merupakan masa emas (golden period) bagi pertumbuhan. Artinya,
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Defi Ratnasari Ari Murdiati*) Frida Cahyaningrum*) *)Akademi kebidanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas
Lebih terperinciThe Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya
PENGARUH KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in
Lebih terperinciSummary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012
Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan Nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Sistem
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Disusun untuk Memenuhi salah Satu
Lebih terperinciKata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Cheryn D. Panduu *, Jootje. M. L. Umboh *, Ricky.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju.insidens menurut
Lebih terperinciPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.
20 Jurnal Keperawatan Volume 2, Nomor 1, Juli 2016 Hal 20-25 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Nandang Sutrisna 1, Nuniek Tri Wahyuni 2 1 Kepala Pustu Tajur Cigasong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit ISPA
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
Lebih terperinciABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati
Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Pada Bayi Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Kusmiyati, 1, Syuul Adam 2, Sandra Pakaya
Lebih terperinciOleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK
HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM MERAWAT BALITA YANG ISPA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) BERULANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan case control adalah suatu penelitian non-eksperimental yang menyangkut bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).
BAB 1 :PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
Lebih terperinciOleh : Aat Agustini ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN MUNJUL WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
Lebih terperinciHUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU
HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU Age and Gender Relationship to Acute Respiratory Infection (ARI) Incidence
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu adanya kuman (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel bebas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa dan pada kelompok usia lanjut. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera diobati.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat derajat kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah. Pada penentuan derajat kesehatan terdapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan
Lebih terperinciPromotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK
FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL 1) Made Ulandari 1) Bagian Epidemiologi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Latar Belakang : Infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan ini, pemerintah turut dalam Deklarasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam program nasional bagi anak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu penelitian Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tombulilato Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak pada usia 6 24
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciSyntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541-0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 4 April 2017 HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DENGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin
HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI TIDAK EKSKLUSIF DAN KETIDAKLENGKAPAN IMUNISASI DIFTERI PERTUSIS TETANUS (DPT) DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,
Lebih terperinciSalah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mereduksi AKI di Indonesia antara lain meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam membangun unsur manusia agar memiliki kualitas baik seperti yang diharapkan, dan dapat memberikan pengaruh
Lebih terperinci