DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

dokumen-dokumen yang mirip
DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

DINAMIKA PENGELOLAAN DANA TRANSFER DAN PINJAMAN DAERAH

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No.68 2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

2014, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

*39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Selain isu kerusakan hutan, yang santer terdengar akhir - akhir ini adalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN & KELEMBAGAAN KEHUTANAN DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

RESUME DATA INFORMASI REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2007 I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN TAHUN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PEMANFAATAN DAK BIDANG KEHUTANAN

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TELAAH RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROPINSI DKI JAKARTA*) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak

LUAS KAWASAN (ha)

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

Disampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/Menhut-II/2012 TENTANG PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KONSERVASI TANAH DAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

Transkripsi:

DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN SERANG, OKTOBER 2014 2 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN Sasaran Pembangunan Nasional Menurunnya jumlah penduduk miskin Berkurangnya kesenjangan antar wilayah Membaiknya mutu LH dan pengelolaan SDA yang mengarah pada prinsip berkelanjutan Peraturan Perundangan Pembangunan Kehutanan Komitmen Internasional Pro-growth Pro-poor Pro-job Pro-Environment Masyarakat Sejahtera Kebijakan Prioritas Pemberantasan Illegal Logging Hutan Lestari Revitalisasi Sektor Kehutanan Rehabilitasi & Konservasi SDH Hutan Pemberdayaan Ekon Masy.Skt Hutan Pemantapan Kawasan Hutan 3 1. Lahan Kritis adalah lahan di dalam maupun di luar kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang ditentukan atau diharapkan (Perdirjen BPDASPS Nomor P. 4/V-SET/2013 tanggal 26 Juli 2013). 2. Peta dan Data Lahan Kritis adalah produk yang sangat penting dalam penyusunan program rehabilitasi hutan dan lahan agar efektifitas dan efisiensi penanganan lahan kritis optimal, juga untuk harmonisasi program antar sektor yang terkait dengan rehabilitasi hutan dan lahan. 4 Dalam Kawasan : 14,8 juta Ha Luar Kawasan : 12,4 juta Ha

Fakta Luas Lahan kritis 27,2 juta Ha Regulasi : HL dan HP kewenangan Pemkab/Pemkot HK Kewenangan Pemerintah APBN Dephut digunakan untuk pinjaman bergulir (HTI dan HTR) Presiden mencanangkan penurunan emisi 26% tahun 2020, porsi kehutanan 14% atau 54% target total. Sumber Anggaran RHL : Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera APBN DAK Bid. Kehutanan DBH DR DBH PSDH APBD Bantuan Luar Negeri Swadaya Masyarakat LSM CSR (perusahaan/bumn/b UMD) 5 Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 Ha/ Tahun Penghentian kerusakan lingkungan di 14 DAS yang rawan bencana mulai 2010 dan seterusnya (DAS Kampar, Batanghari, Musi, Way Seputih, Ciliwung, Citarum, Cisadane, Cimanuk, Citanduy, Solo, Progo, Brantas, Barito, Mamasa). 6 Progres Capaian Kontrak Kinerja Kementerian Kehutanan dalam Pelaksanaan Kegiatan RHL Tahun 2010-2013 dan Rencana Tahun 2014 No. Kegiatan 1. Rehabilitasi Ht Konservasi /Lindung KPHL 2. Hutan Kota 3. Rehabilitasi Ht Mangrove/ Pantai 4. Rehabilitasi Lahan Kritis Jumlah Realisasi Kumulatif 2010 Realisasi (Ha) 100.738 2011 Realisasi (Ha) 100.743 2012 Realisasi (Ha) 100.986 2013 Realisasi (Ha) Jumlah Total 2014***) Target (Ha) 105.656 40.500

448.623 17.857 5.124 1.395 1.032 1.036 17.857 498 10.401 8.871 **) 12.403-31.675 51.504 *) 400.608 398.629 557.517 776.789 2.185.047 153.415 153.415 513.147 666,562 509.518 1,176.080 676.612 1.852.692 836.479 2.689.200 2.689.200 1.173 (+/-) Renstra 2010-2014 seluas 2.500.000 Ha 189.200

Ket : *) Hutan Rakyat **) Rehabilitasi H. Mangrove/Pantai tahun 2012 melalui penanaman bibit KBR ***) Target minimal untuk mencapai Renstra Kemenhut 2010-2014 PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN REHABILITASI REKLAMASI POLA UMUM, KRITERIA, STANDAR 9 STRUKTUR RHL (PP.76/2008) Rehabilitasi Hutan Reboisasi Pemeliharaan Tanaman Pengayaan Tanaman Penerapan Konservasi Tanah Rehabilitasi Lahan Penghijauan Pemeliharaan Tanaman Pengayaan Tanaman Penerapan Konservasi Tanah 10 Reboisasi Penghijauan Hutan Lindung Hutan Rakyat Hutan Konservasi Hutan Kota Hutan Produksi Penghijauan Lingkungan

Masukan(Input) Hirarki Perencanaan RHL Pola Umum RHL -Rencana Kehutanan -RTRW -Rencana Pengelolaan DAS Terpadu -Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air -Wilayah administratif -Rencana Pengelolaan Htn (berdasarkan Kesatuan Pengelolaan Hutan) - Potensi SD yang tersedia (tenaga, sarpras dan dana) RTkRHL DAS/Sub DAS (Technical Plan) RPRHL (Management Plan) 1. RPRHL Kawasan Konservasi kecuali Tahura 2. RPRHL pada Tahura 3. RPRHL pada HL, HP dan Di Luar Kawasan Lindung RTnRHL Survey Site Lapangan Rancangan Kegiatan RHL (Site Design) Penyusun Pemerintah Pemerintah Pemerintah Provinsi Kab/Kota 1. Pemerintah 2. Provinsi 3. Kab/Kota 1. Pemerintah 2. Provinsi 3. Kab/Kota RENCANA TEKNIK RHL DAS RENCANA PENGELOLAAN RHL RENCANA TAHUNAN RHL RENCANA TEKNIK RHL DAS Satuan DAS Rencana RHL 15 Tahunan RENCANA PENGELOLAAN RHL Satuan Kab/Kota Pemangkuan Hutan Rencana 5 tahunan Ditetapkan Pemerintah Ditetapkan Bupati/Walikota RENCANA TAHUNAN RHL Satuan site/lokasi dalam wilayah administratif/ kesatuan pemangkuan hutan Rencana tahunan

Disusun SKPD disahkan Bupati/Walikota 15 Permasalahan Wilayah Perkotaan Penggunaan teknologi insudtri, transportasi, penggunaan air conditioner (AC) meningkatkan keluaran asap gas beracun, debu timbal dan material beracun lainnya, serta perubahan suhu udara sekitar......selain itu, timbulnya penyakit ISPA, bencana alam, seperti banjir, tsunami yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup masyarakat perkotaan... PENGHIJAUAN sebagai solusi cerdas dan inovatif untuk menjawab tantangan permasalahan kota dan perubahan iklim... 16 Penghijauan Lingkungan penanaman pohon di luar kawasan hutan untuk meningkatkan kualitas lingkungan antara lain pada areal fasilitas sosial/umum, ruang terbuka hijau, jalur hijau, pemukiman, taman pada areal ruang terbuka hijau dan lahan kosong yang diperuntukkan sebagai fasilitas umum dan fasilitas sosial, disesuaikan dengan keinginan masyarakat dan kondisi fisik setempat. Sasaran penghijauan diutamakan pada lahan kritis/lmu terpilih dan atau sasaran RHL yang ditetapkan pada RP RHL di luar kawasan hutan negara, yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan atau kawasan budidaya 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Penyediaan ruang terbuka hijau (RTH) dengan luas paling sedikit 30 % dari luas kawasan perkotaan, disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang, yang berada pada Kawasan Lindung Nasional yaitu di kawasan perlindungan setempat, salah satunya hutan kota, taman kota dan jalur hijau di sepanjang jaringan jalan 18 Definisi, Tujuan, dan Fungsi RTH definisi RTH adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam tujuan a) meningkatkan mutu lingkungan perkotaan yang nyaman, segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan; b) menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat dan keseimbangan edapis fungsi utama (intrinsik) ekologis fungsi tambahan (ekstrinsik) arsitektural sosial ekonomi 19

Ketentuan RTH Luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan. Luas hutan kota dalam satu hamparan yang kompak paling sedikit 0,25 hektar. (PP. 63/2002) dan Permenhut 71 Tahun 2009 Luas ideal hutan kota sebagai salah satu jenis Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) minimal 20 % (Permendagri No. 1/2007 ttg Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan) Salah satu peruntukan RTH adalah Hutan Kota dan mengatur polanya dengan berbagai strata (Permen PU No. 05/PRT/M/ 2008 ttg Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan) Hutan Kota Suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.71/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Hutan Kota Maksud dan Tujuan 21 Untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya MAKSUD TUJUAN Hutan Kota Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan; Menekan/mengurangi pencemaran udara (CO, Ozon, karbondioksida, oksida nitrogen, belerang dan debu) Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah; Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut, meningkatnya kandungan logam berat dalam air Fungsi Hutan Kota 1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika 2. Meresap air 3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota 4. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia PENUNJUKAN LOKASI DAN LUAS HUTAN KOTA

Luas Hutan Kota pada 1 hamparan kompak minimal 2.500 m2 atau 0,25 Ha. Presentase hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penentuan luas hutan kota dalam suatu wilayah perkotaan harus proporsional didasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat polusi dan kondisi fisik kota. Walikota/ Bupati Berdasarkan RTRWK Gubernur Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan RTRWP (khusus DKI Jakarta ) PEMBANGUNAN HUTAN KOTA 24 Penanaman Hutan Kota minimal 1.600 batang/ha dan saat penyerahan persen tumbuh tanaman minimal 80% PENETAPAN HUTAN KOTA 25 Pengelolaan Hutan Kota Penyusunan Rencana Pengelolaan, Pemeliharaan, Perlindungan dan Pengamanan, Pemanfaatan, Pemantauan dan Evaluasi, pada tanah negara dapat dilakukan oleh Pemda dan Masyarakat meliputi yang diberikan oleh Pemda melalui hak pengelolaan, sedangkan pada tanah hak dilakukan oleh pemegang hak atau masyarakat bukan pemegang hak atau Pemerintah Daerah melalui perjanjian dengan pemegang hak. Pemegang hak memperoleh insentif atas tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota, yang berupa : 1. Insentif langsung : subsidi finansial dan atau natura, infrastruktur, bimbingan teknis 2. Insentif tak langsung : kebijakan finansial Peran Pemerintah Pusat Menyusun Pedoman, kriteria dan standar penunjukan hutan kota. Menyusun Pedoman, kriteria dan standar pembangunan hutan kota. Menyusun Kriteria dan standar pengelolaan hutan kota. Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Mendorong peran

serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota. 27 Peran Pemerintah Provinsi Melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan hutan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (pelimpahan wewenang dari pemerintah). Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota di wilayah kerjanya. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota. 28 Peran Pemerintah Kabupaten/Kota Malakukan penunjukan lokasi dan luas hutan kota. Menyusun Perda tentang tata cara penunjukan lokasi dan luas hutan kota. Melaksanakan pembangunan hutan kota. Menyusun Perda tentang tata cara pembangunan hutan kota. Menetapkan hutan kota dengan Peraturan Daerah. Menyusun Perda tentang pemberian insentif dalam pembangunan hutan kota. Menetapkan dan merubah peruntukan tanah hak sebagai hutan kota. Menyusun Perda tentang perubahan peruntukan hutan kota yang berada pada tanah negara. Melakukan pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah negara 29 Lanjutan... Peran Pemerintah Kabupaten/Kota Menyusun Perda tentang pedoman pengelolaan hutan kota. Melakukan pembinaan terhadap pengelolaan hutan kota yang dilakukan oleh masyarakat. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota di wilayah kerjanya. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota. Menyusun Perda tentang tata cara peran serta masyarakat. Menyusun Perda tentang pengaturan pemberian bantuan teknis dan insentif dalam pembangunan hutan kota. Menyusun Perda tentang tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota. Menyediakan biaya penyelenggaraan hutan kota berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber dana lainnya yang sah. 30 Peran Swasta Dalam membangun lokasi usaha dengan areal yang cukup luas, maka perlu menyertakan konsep pembangunan RTH termasuk hutan kota; Menjalin kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat dalam membangun dan memelihara RTH termasuk hutan kota; Memfasilitasi proses pembelajaran kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan penyusunan RTH perkotaan termasuk hutan kota Berperan aktif dalam diskusi dan proses pembangunan sehubungan dengan pembentukan kebijakan publik dan proses pelibatan masyarakat dan swasta; Mengupayakan bantuan pendanaan bagi masyarakat dalam realisasi pelibatan dalam

pemanfaatan dan pemeliharaan RTH; Menjamin tegaknya hukum dan peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh semua pihak dengan konsisten tanpa pengecualian 31 Peran Serta Masyarakat Penyediaan lahan Penyandang dana Pemberian masukan dalam penentuan lokasi Bantuan dalam mengidentifikasi potensi/masalah Kerjasama litbang Peningkatan Peran Serta Masyarakat 1. Pendidikan dan Pelatihan 2. Penyuluhan 3. Bantuan Teknis dan Insentif 32 33 Pemantauan dan Evaluasi meningkatkan kinerja pengelola...untuk melalui penilaian kegiatan pengelolaan secara menyeluruh... Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara periodik oleh Instansi yang berwenang......dilakukan terhadap tahapan-tahapan dan penyelesaian kegiatan berdasarkan rencana dan tata waktu yang telah disusun, meliputi : Pemeliharaan, Perlindungan dan Pengamanan Pemanfanfaatan 34 SUMBER ANGGARAN APBN DAK BIDANG KEHUTANAN HUTAN KOTA SUMBER DANA LAIN APBD 36 37 Poin-Poin Konsep Peraturan Daerah 1. Tata cara penunjukan lokasi dan luas hutan kota, yang memuat antara lain inventarisasi, analisis penelitian, kompenssasi atau ganti rugi dan koordinasi; 2. Tata cara pembangunan hutan kota, yang memuat antara lain perencanaan pembangunan dan tata cara pelaksanaan pembangunan; 3. Penetapan hutan kota, yang berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan hutan kota

4. Pemberian insentif terhadap pemegang hak atas tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota; 5. Perubahan peruntukan hutan kota yang berada pada tanah negara disesuaikan dengan RTRWK (tingkat Kabupaten/Kota) atau RTRWP (khusus DKI Jakarta); 6. Pedoman pengelolaan hutan kota; 7. 8. Ketentuan tentang tata cara peran serta masyarakat dalam mengelola hutan kota; Tata cara pengaturan bantuan teknis dan insentif dalam peran serta masyarakat yang mengelola hutan kota; 9. Tata cara peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota 38 Hutan Kota Jepara Kunci Sukses Keberhasilan RHL Komitmen bersama pemerintah, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi dan pihak lainnya. Andil biaya (cost sharing) Andil masyarakat Tekat bulat keberhasilan Email : rehabilitasilahan@gmail.com