Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN STAF FKIP UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR Nur Hafsah Yunus MS 1, Chuduriah Sahabuddin 2, Muh. Syaeba 3 Universitas Al Asyariah Mandar 1,2,3 hafsahnur.iswaka@yahoo.co.id 1 Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan alih kode dan campur kode dalam percakapan atau tindak tutur Staf FKIP Universitas Al Asyariah Mandar;Data pada penelitian ini adalah Staf FKIP Unasman. Data penelitian diperoleh dengan teknik simak, catat, dan rekam. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Keabsahan data penelitian berkaitan dengan kepercayaan (credibility) terhadap data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk alih kode Staf FKIP Unasman meliputi dua sektor. Dilihat dari segi (a) bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, ditemukan bentuk alih kode yang meliputi: bahasa formal dan informal. Sedangkan dilihat dari segi (b) hubungan antarbahasa, ditemukan bentuk alih kode yang meliputi: bahasa Mandar bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia bahasa Mandar. (2) Bentuk campur kode Staf FKIP Unasman pun meliputi dua sektor. Dilihat dari segi (a) unsur sintaksis, ditemukan bentuk campur kode yang meliputi: kata dan frasa. Sedangkan dilihat dari segi (b) kategorisasi kata, ditemukan bentuk campur kode yang meliputi: nomina, verba, adjektiva, adverbia, numeralia, pronomina, dan preposisi. (3) Faktor-faktor alih kode dan campur kode meliputi: (a) hubungan penutur dengan mitra tutur, (b) hadirnya pihak ketiga, (c) perubahan situasi dari formal ke informal atau sebaliknya, dan (d) perubahan topik pembicaraan mengajar di kelas. Kata Kunci: Analisis, Alih Kode dan Campur Kode, Staf FKIP 1. Pendahuluan Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari tidak selamanya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena bahasa Indonesia pada umumnya merupakan bahasa kedua dalam masyarakat di Indonesia, sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah, dalam hal ini adalah bahasa Mandar. Sehingga dalam percakapan atau dialog di masyarakat sering menggunakan dua bahasa secara sekaligus untuk mempermudah dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada lawan tutur. Yaitu dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Mandar secara bergantian maupun secara bersamaan menggunakan bahasa Mandar atau bahasa Indonesia saja. Oleh karena itu, sering terjadi adanya percampuran antara bahasa Mandar dan Indonesia. Dalam keadaan kedwibahasaan ini, maka munculah istilah Alih Kode dan Campur Kode. Menurut Suwito (1985) apabila terdapat dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama akan terjadilah kontak bahasa. Sehingga terjadilah adanya campur kode dan alih kode tersebut. Dalam kondisi yang demikian maka terjadilah peristiwa saling kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya (language contacts) dalam peristiwa komunikasi. Alih kode dan Halaman 146 dari 352
Nur Hafsah Yunus MS, Chuduriah Sahabuddin, Muh. Syaeba campur kode selalu melekat pada kehidupan sehari-hari terutama dalam percakapan dengan orang lain. Sejalan pendapat Chaer, Rahardi (2001: 20) menyatakan bahwa alih kode adalah peristiwa umum untuk menyebutkan pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam. Beliau juga menyebut apa yang disebut dengan alih kode intern (internal code switching) yakni yang terjadi antarbahasa daerah dalam suatu bahasa nasional, antardialek dalam satu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam suatu dialek. Adapun yang dimaksud alih kode ekstern (external code switching) adalah peralihan bahasa yang terjadi antara bahasa dasar (base language) dengan bahasa asing. Diperkuat oleh Suwito (1985: 72-73) bahwa alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya sosio-situasional. Beberapa faktor yang biasanya menjadi penyebab terjadinya alih kode adalah penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok percakapan (topik), untuk membagkitkan rasa humor dan untuk sekadar gengsi Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa alih kode adalah peralihan dari bahasa satu ke bahasa lainnya dengan tujuan tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhinya adalah adanya penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok percakapan, untuk membangkitkan rasa humor, dan untuk sekadar gengsi. Suwito (985: 75) menjelaskan aspek dari saling ketergantungan (language dependency) dalam masyarakat multilingual ialah terjadinya gejala campur kode. Apabila di dalam alih kode fungsi konteks dan relevansi situasi merupakan ciri-ciri ketergantungan, maka di dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Campur kode terjadi begitu saja tanpa motivasi yang jelas dan faktor penyebab yang jelas pula. Campur kode pada umumnya terjadi karena faktor kebiasaan. Sejalan dengan pednapat tersebut, Subyakto (dalam Suwandi, 2008: 87) menyatakan bahwa campur kode ialah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab. Dalam situasi berbahasa berbahasa yang informal ini, dapat dengan bebas dicampurnya kode (bahasa atau ragam bahasa; khususnya apabila ada istilah-istilah yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa lain. Sedangkan menurut Nababan (dalam Suwandi, 2008: Halaman 147 dari 352
Alih Kode Dan Campur Kode Percakapan Staf FKIP Universitas Al Asyariah Mandar 87) menyatakan bahwa campur kode mengacu pada suatu peristiwa penutur mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act atau discourse) tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Muhammad Rohmadi, 2006: 171) menyatakan bahwa campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, unsurunsur yang menyisip tersebut tidak lagi memnpunyai fungsi sendiri. Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa campur kode adalah adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam percakapan atau kegiatan berabahasa, adapun dua bahasa tersebut dapat diselipkan ketika menggunakan bahasa tertentu, dengan tujuan untuk mengakrabkan ataumencairkan suasana, serta biasa campur kode digunakan dalam komunikasi dengan orang yang sudah dikenal akrab atau dekat. Adapun gaya bahasa atau ragam bahasa berupa kata, klausa, idiom, sapaan, dan lain sebagainya. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan sebelumnya, alih kode dan campur kode ini juga terjadi di dalam percakapan staf FKIP di Universitas Al Asyariah Mandar. Staf FKIP Universitas Al Asyariah Mandar melakukan percakapan di di ruangan staf, sehingga dapat diambil percakapan atau percakapan pada saat berada di dalam ruang staf FKIP Unasman. Staf ini berada di dalam kondisi antara situasi formal dan nonformal, sehingga bahasa yang digunakan kadang kala menggunakakan bahasa daerah (Mandar), serta menggunakan bahasa Indonesia, bahkan untuk menumbuhkan sikap akrab dan komunikatif antarmahasiswa maupun dengan staf, staf dengan staf, maupun staf dengan dosen digunakanlah bahasa Indonesia dan bahasa Mandar, sehingga terjadilah alih kode dan campur kode. Berdasarkan masalah tersebut, sehingga calon peneliti memilih judul Alih Kode dan Campur Kode Staf FKIP di Universitas Al Asyariah Mandar. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya, antara alih kode dan campur kode terdapat persamaan yang secara garis besar dapat dipahami bahwa keduanya adalah peristiwa tutur yang di dalamnya digunakan dua bahasa atau lebih ataupun dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur. Alih kode adalah adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya, dalam sebuah peristiwa tutur yang melibatkan 2 orang yakni si A dan si B. Pada kalimat awal si A menggunakan bahasa Indonesia (kode A) lalu beralih Halaman 148 dari 352
Nur Hafsah Yunus MS, Chuduriah Sahabuddin, Muh. Syaeba menggunakan bahasa Arab (kode B) pada kalimat berikutnya. Peristwa peralihan pemakaian kode inilah yang disebut alih kode (code switching). Kode dalam peristiwa alih kode tidak dapat dibatasi hanya dengan pengertian bahasa saja, sebab sebagian besar pakar memberikan ruang yang lebih luas untuk mengakomodasi bagian-bagian lain yang dapat dimasukkan ke dalam pengertian kode yang di maksudkan dalam peristiwa alih kode. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2005:168) menjelaskan bahwa campur kode adalah: (1) interferensi; (2) penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke dalam bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di dalamnya pemakaian kata, frasa, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Pada sumber lain, Fasold (1984) dalam Chaer dan Agustina (2004:153) berpendapat bahwa apabila seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa, dia telah melakukan campur kode. Lebih luas Kridalaksana (1993:35) mengemukakan bahwa campur kode itu adalah penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalam pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Penjelasan lebih detil dikemukakan oleh Suwito (1983:76) yang menjelaskan bahwa unsur-unsur bahasa yang terlibat dalam peristiwa campur kode adalah terbatas pada tingkat klausa. Apabila dalam suatu tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di dalam satu klausa yang sama, peristiwa itu disebut campur kode. Klausa-klausa yang berisi campuran dari beberapa variasi yang berbeda disebut klausa baster (hibrid clauses). Jika dalam satu tuturan terjadi peralihan dari satu klausa bahasa ke klausa bahasa yang lain dan setiap klausa masih mendukung fungsi tersendiri, terjadilah peristiwa alih kode. Tetapi apabila suatu tuturan baik klausa maupun frasa-frasanya terdiri atas klausa dan frasa baster, sementara setiap klausa maupun frasanya tidak lagi mendukung fungsi tersendiri, maka itulah yang disebut peristiwa campur kode. Alih kode dan campur kode sering ditemukan dalam peristiwa tutur pada masyarakat tutur, termasuk pada staf di kampus. Realitas kongkret dapat diamati pada dialog-dialog yang terdapat dalam percakapan antara staf dengan staf, staf dengan mahasiswa maupun staf dengan dosen di FKIP universitas Al Asyariah Mandar. Alih kode dan campur kode yang terjadi dalam percakapan ini kemungkinan besar terjadi dalam bentuk peralihan bahasa, ragam atau gaya bahasa, maupun dialek. Halaman 149 dari 352
Alih Kode Dan Campur Kode Percakapan Staf FKIP Universitas Al Asyariah Mandar Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari di lingkup FKIP Universitas Al Asyariah Mandar adalah bahasa Indonesia, dan bahasa daerah, yakni bahasa Mandar. Oleh karena itu, percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar dapat dipastikan sebagian besar dialognya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Namun tidak dapat dpungkiri bahwa kemungkinan terdapat pula penggunaan bahasa lain sebagai bahasa kedua seperti bahasa Mandar yang sering muncul dalam dialog-dialog dengan bentuk alih kode dan campur kode. Fenomena penggunaan lebih dari satu bahasa oleh satu penutur dikenali sebagai kedwibahasaan yang merupakan salah satu bidang kajian dalam sosiolinguistik. Alih kode dan campur kode yang kemungkinan banyak ditemukan dalam percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandardapat dianalisis wujud dan faktor-faktor penyebabnya dengan menggunakan teori etnografi komunikasi, khususnya pembahasan mengenai peristiwa tutur dan komponen-kompenennya yang mengadopsi teori komponen tutur oleh Hymes dalam akronim bahasa Inggris: SPEAKING. Teori tersebut diadopsi dalam penelitian ini dengan menggunakan akronim bahasa Indonesia: SEMANGKA. 2. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Maksudnya, desain yang dapat menggambarkan atau menjelaskan sesuatu yang berdasarkan pada hasil interpretasi tanpa melibatkan perhitungan dan angka-angka dalam memaparkan dan menarik kesimpulan dari penelitian. Data penelitian ini adalah hasil percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar yang dipandang sebagai peristiwa tutur dan di dalamnya terdapat alih kode dan campur kode. Sumber data penelitian ini adalah staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar. 1. Pemrosesan Data a. Menyimak percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar dengan menggunakan rekaman atau video b. Pengartuan (mengidentifikasi dan memasukkan data yakni setiap peristiwa tutur yang terdapat di dalam percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar) Halaman 150 dari 352
Nur Hafsah Yunus MS, Chuduriah Sahabuddin, Muh. Syaeba 2. Kategorisasi Kategorisasi dilakukan dengan mengelompokkan kartu berdasarkan klasifikasi peristiwa tutur yang memuat alih kode dan campur kode. 3. Penafsiran Data Penafsiran data dilakukan dengan menemukan kategori dan mencocokkan dengan data lalu menemukan hubungan antara teori dengan data, yakni menghubungkan antara peristiwa tutur yang memuat alih kode dan campur kode dalam percakapan staf di FKIP Universitas Al Asyariah Mandar lalu dianalisis menurut etnografi komunikasi melalui komponen tutur SEMANGKA yang terdapat di dalamnya. Analisis data dilakukan selama proses pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data. Analisis data merupakan proses, merekam, mencatat, dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Agar hasil penelitian memiliki keabsahan sebagai temuan sebuah penelitian, maka perlu dilakukan beberapa teknik keabsahan data. Teknik yang digunakan sebagai berikut. 1. Ketekunan dan Keajegan Data Teknik ini berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konsisten atau tentatif. secara rinci. 2. Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. 3. Trianggulasi Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan sesuatu di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi waktu. Trianggulasi waktu yang dilakukan dengan membandingkan data yang ditemukan pada waktu yang berbeda-beda. Halaman 151 dari 352
Alih Kode Dan Campur Kode Percakapan Staf FKIP Universitas Al Asyariah Mandar 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bentuk alih kode staf FKIP yang tampak dari tindak komunikasi yang terjadi meliputi: 1. Bentuk bahasa yang digunakan, meliputi: a. Bahasa formal Bentuk alih kode yang dimaksud tampak ketika staf FKIP mengalihkan bahasanya dengan menggunakan bahasa formal. Dalam komunikasi staf FKIP saat berlangsungnya percakapan dengan dosen, staf FKIP lebih banyak menggunakan bahasa formal, sehingga bentuk alih kode yang dimaksud lebih sering tampak dalam tindak komunikasi yang terjadi walaupun hanya berlaku pada beberapa dosen saja, sehingga data yang ditemukan hanya sedikit. b. Bahasa informal Bentuk alih kode yang dimaksud tampak ketika staf FKIP mengalihkan bahasanya dengan menggunakan bahasa informal. Dalam komunikasi staf FKIP terhadap penggunaan bahasa informal mengingat faktor unsur humor staf FKIP untuk membangkitkan semangat kerja di ruang staf tersebut.. Selain itu, situasi tuturan pun juga dapat berubah dari formal ke informal, sehingga komunikasi dengan bahasa formal pun dapat berubah pula dengan bahasa informal. 2. Bentuk hubungan antarbahasa, meliputi: a. Bahasa Indonesia bahasa Mandar Bentuk alih kode yang dimaksud tampak ketika staf FKIP mengalihkan bahasa dalam komunikasinya dari bahasa Indonesia ke bahasa Mandar. Bentuk alih kode yang dimaksud lebih sedikit muncul dalam komunikasi staf FKIP mengingat konteks percakapan yang lebih banyak penggunaan bahasa Mandar sebagai bahasa komunikasi utamanya. b. Bahasa Mandar bahasa Indonesia Bentuk alih kode yang dimaksud tampak ketika staf FKIP mengalihkan bahasa dalam komunikasinya dari bahasa Mandar ke bahasa Indonesia. Berbeda dengan bentuk alih kode antarbahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Mandar, bentuk alih kode yang dimaksud lebih dominan muncul dalam komunikasi staf FKIP dengan dosen. Lebih lanjut, bentuk campur kode staf FKIP yang tampak dari tindak komunikasi yang terjadi digolongkan berdasarkan bentuk serpihan bahasa yang disisipkan atau unsur-unsur pembentuk kalimat yang meliputi: bentuk kata dan bentuk frasa. Selain berdasarkan unsur-unsur sintaksis, bentuk campur koden lainnya juga Halaman 152 dari 352
Nur Hafsah Yunus MS, Chuduriah Sahabuddin, Muh. Syaeba tampak dalam tindak komunikasi yang terjadi. Bentuk campur kode selanjutnya digolongkan berdasarkan kategorisasi kata atau bentuk lingual yang meliputi: bentuk nomina, verba, adjektiva, adverbia, numeralia, pronomina, dan preposisi. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dikemukakan simpulan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Bentuk alih kode Staf FKIP Unasman meliputi dua sektor. Dilihat dari segi (a) bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi, ditemukan bentuk alih kode yang meliputi: bahasa formal dan informal. Sedangkan dilihat dari segi (b) hubungan antarbahasa, ditemukan bentuk alih kode yang meliputi: bahasa Mandar bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia bahasa Mandar. 2. Bentuk campur kode Staf FKIP Unasman pun meliputi dua sektor. Dilihat dari segi (a) unsur sintaksis, ditemukan bentuk campur kode yang meliputi: kata dan frasa. Sedangkan dilihat dari segi (b) kategorisasi kata, ditemukan bentuk campur kode yang meliputi: nomina, verba, adjektiva, adverbia, numeralia, pronomina, dan preposisi. (3) Faktor-faktor alih kode dan campur kode meliputi: (a) hubungan penutur dengan mitra tutur, (b) hadirnya pihak ketiga, (c) perubahan situasi dari formal ke informal atau sebaliknya, dan (d) perubahan topik pembicaraan di ruang staf. Daftar Pustaka [1] Alwi, Hasan (Ed). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama [2] Adil, Taruddin. 2010. Campur Kode dan Ali Kode Bahasa Indonesia dan Bahasa Mandar dalam Transaksi Jual-Beli di Pasar Sentral Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Program Pascasarjana UNM [3] Alwi, Hasan, dkk., 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka [4] Arifin, Z., dan Tasai, Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK). Jakarta: Akademika Pressindo [5] Budianta, dkk. 2008. Membaca Sastra (Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: IndonesiaTera [6] Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta [7] Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka [8] Djojosuroto, Kinayati.2005. Mozaik Sastra Indonesia; Dimensi Sastra dalam Berbagai Perspektif. Bandung: Penerbit Nuansa [9] Dola, Abdullah. 2007. Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan Penerbit UNM Halaman 153 dari 352