BAB II LANDASAN TEORI. A. Hakikat, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Bahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan language, yang memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. A. Hakikat, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Bahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan language, yang memiliki"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia Bahasa dalam bahasa Inggris disebut dengan language, yang memiliki pengertian suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Hakikat bahasa dilihat dari aspek bunyi atau syarat, simbol (huruf atau gambar), dan makna, dapat didefinisikan sebagai suatu bunyi ujaran atau isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf atau gambar yang berbeda-beda, dan setiap bunyi, isyarat atau simbol tersebut memiliki makna yang berbeda-beda (Mulyati, 2015: 2). Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Santosa, dkk, 2008: 1.3). Lebih lanjut, Santosa mengemukakan bahwa bahasa memiliki fungsi khusus dan fungsi sebagai alat komunikasi. Fungsi khusus Bahasa Indonesia yaitu: 1. Alat untuk menjalankan administrasi negara yang terlihat dalam surat-surat resmi kenegaraan. 2. Alat pemersatu berbagai suku yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda. 3. Wadah penampung kebudayaan (semua ilmu pengetahuan dan kebudayaan harus diajarkan dan diperdalam dengan mempergunakan Bahasa Indonesia sebagai medianya). Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki berbagai fungsi antara lain sebagai berikut: 5

2 6 1. Fungsi informasi, yaitu fungsi untuk menyampaikan informasi timbal balik antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. Berita pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan melalui media massa ataupun elektronik merupakan wujud fungsi bahasa sebagai fungsi informasi. 2. Fungsi ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan, emosi atau tekanan-tekanan perasaan pembicara. Bahasa sebagai alat mengekspresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian orang. 3. Fungsi adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berintegrasi dengan manusia di sekelilingnya dan dengan bahasa manusia dapat saling bertukar pengalaman dan menjadi bagian dari pengalaman tersebut serta memanfaatkannya untuk kehidupannya. 4. Fungsi kontrol sosial, yaitu bahasa berfungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain dan apabila fungsi ini berlaku dengan baik maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Berdasarkan uraian mengenai berbagai fungsi bahasa, dapat disimpulkan bahwa bahasa berperan penting dalam segala aspek kehidupan. Bahasa dapat membantu manusia dalam menjalankan berbagai tugas dan membuka gerbang ilmu pengetahuan. Bahasa dapat membantu manusia untuk bersosialisasi dan saling memahami satu sama lain serta menyatukan berbagai latar belakang manusia yang berbeda-beda baik secara regional maupun internasional. Salah satunya adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh bangsa Indonesia.

3 7 Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara atau bahasa nasional yang telah dinyatakan saat Sumpah Pemuda, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi Kami poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, Bahasa Indonesia (Alwi, dkk, 2010: 1). Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menurut Mulyati (2015: 17-18) dan Alwi, dkk (2010: 2) adalah sebagai berikut: 1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Bahasa Indonesia mulai dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. 2. Bahasa Indonesia sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan Peranan Bahasa Indonesia sebagai sarana ilmu seni sastra dan pengungkap budaya menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia telah benar-benar menjadi satusatunya wahana dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk mengungkapkan seni sastra dan budaya bagi semua warga Indonesia dengan latar belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yaitu dengan pemakaian Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, maka materi pelajaran yang berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Cara tersebut akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.

4 8 3. Bahasa Indonesia sebagai penghubung tingkat nasional untuk berbagai kepentingan Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan digunakannya Bahasa Indonesia dalam hubungan antarbadan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Penyeragaman sistem administrasi dan mutu media komunikasi massa bertujuan agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan tepat diterima oleh masyarakat. 4. Bahasa Indonesia sebagai pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dibuktikan dengan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-majalah ilmiah, maupun media cetak lainnya. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang lebih dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional yang digunakan untuk berkomunikasi secara nasional dan formal di Indonesia baik dalam aktivitas pendidikan hingga kenegaraan. Bahasa Indonesia menyatukan seluruh warga Indonesia dan mempermudah komunikasi satu sama lain karena perbedaan bahasa dari setiap daerah. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang penting pula dalam dunia ilmu pengetahuan karena di Indonesia sebagian besar ilmu pengetahuan menggunakan Bahasa Indonesia. B. Bahasa Baku Bahasa baku dan bahasa gaul memiliki perbedaan. Bahasa baku adalah salah satu variasi bahasa yang diangkat dan disepakati sebagai ragam bahasa yang

5 9 akan dijadikan tolok ukur sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik secara lisan maupun tulisan (Chaer dan Agustina, 2004: 190), sedangkan bahasa gaul apabila ditinjau dari segi bahasa Indonesia tidak sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diucapkan dengan nada atau intonasi tertentu, sehingga terasa lucu, ringan, dan ekspresif (Siahaan, D., 2007: 16). Alwi, dkk (2010: 20-21) mengungkapkan bahwa bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku, sedangkan bahasa yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa (sesuai situasi dan kondisi). Alwi, dkk (2010: 14) mengemukakan bahwa ragam bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap dan tidak dapat berubah setiap saat serta sifat kecendekiaannya yang diwujudkan dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang sama dengan bahasa resmi kenegaraan yang digunakan dalam situasi resmi kenegaraan, termasuk dalam pendidikan, buku pelajaran, undang-undang, dan lain sebagainya. Fungsi bahasa baku menurut Alwi, dkk (2010: 14-16) adalah sebahai berikut: 1. Fungsi pemersatu Bahasa baku menghubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa. Bahasa baku mempersatukan menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur dengan seluruh masyarakat. Bahasa baku mampu untuk menghilangkan perbedaan variasi dalam masyarakat dan membuat

6 10 terciptanya kesatuan masyarakat tutur dan memperkecil adanya perbedaan variasi dialektal dan menyatukan masyarakat yang berbeda dialeknya. 2. Fungsi pemberi kekhasan Bahasa baku memiliki kekhasan yang berbeda dari bahasa lainnya sehingga memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Bahasa Indonesia berbeda dari bahasa Melayu di Singapura dan Brunei Darussalam. 3. Fungsi pembawa kewibawaan Fungsi pembawa kewibawaan berhubungan dengan usaha orang untuk mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku. Pemakai ragam baku akan memiliki perasaan harga diri yang lebih tinggi daripada yang tidak menggunakannya karena ragam bahasa baku tidak dapat dipelajari dari lingkungan keluarga atau lingkungan hidup sehari-hari, tetapi dapat dicapai melalui pendidikan formal. Ragam bahasa baku juga merupakan lambang atau simbol suatu masyarakat tutur. 4. Fungsi sebagai kerangka acuan Bahasa baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma atau kaidah yang jelas dan menjadi tolok ukur bagi tindakan pemakaian bahasa oleh penutur. Bahasa baku juga menjadi acuan bagi fungsi estetika bahasa yang mencakup segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas, seperti dalam permainan kata, iklan, dan tajuk berita.

7 11 C. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran di SD Pada proses pembelajaran, terdapat dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu belajar dan mengajar. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar (Sudjana, 2010: 28). Saat proses pembelajaran, terjadi interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan perubahan tingkah laku pada siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya. Interaksi antara guru dan siswa memerlukan komunikasi yang jelas. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh komunikasi yang digunakan oleh guru. Komunikasi akan menempatkan guru pada posisi sebagai pemimpin, pembimbing, atau fasilitator belajar, apabila belajar siswa tidak terarah maka pembelajaran menjadi tidak efektif. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan sehingga dalam buku pelajaran, alat, media, dan sebagainya dibuat menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan untuk komunikasi dalam proses belajar mengajar di kelas. Bahasa Indonesia digunakan untuk menjelaskan berbagai materi, memberikan petunjuk, nasihat dan sebagainya kepada siswa. Di sekolah dasar, penggunaan bahasa yang sederhana menyangkut (1) bahasa yang jelas kata-katanya, ungkapan, maupun volume suaranya, (2) menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, (3) mendefinisikan istilah-istilah yang baru, (4) menghindari ungkapan yang kabur seperti kira-kira saja, barangkali, dan sebagainya, serta (5) menggunakan waktu diam sejenak sebelum mengutarakan hal yang penting (Murni, dkk, 2010: 90-91). Hal tersebut perlu dilakukan agar siswa dapat mengerti dengan baik apa yang disampaikan oleh guru.

8 12 D. Kompetensi Guru Kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar siswa menurut Sudjana (2010: 19) dapat diguguskan menjadi empat kemampuan, yaitu merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses belajar mengajar, dan menguasai bahan pelajaran yang dibina. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 (Kemendikbud, 2007) standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru. 1. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman tentang peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2009: 75), sedangkan Mahsunah, dkk (2012: 27-28) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek, seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual yang berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan ketertarikan yang berbeda. Murni, dkk (2010: 32-33) mengemukakan bahwa pada kompetensi pedagogik, guru harus menguasai beberapa kompetensi, diantaranya adalah:

9 13 a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi pedagogik perlu dimiliki oleh guru agar dapat mengelola kelas dan membimbing siswanya dengan baik. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi siswa dan mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan. Penggunaan bahasa yang digunakan oleh guru akan mempengaruhi pembelajaran, salah satunya adalah dengan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi salah satu aspek yang perlu dikuasai oleh guru untuk dalam melakukan pembelajaran di kelas karena dengan Bahasa Indonesia dapat menyatukan dan memberi pemahaman kepada siswa yang memiliki perbedaan bahasa daerah.

10 14 2. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2009: 117). Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana belajar, mematuhi aturan atau tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat (Mahsunah, dkk, 2012: 28). Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 (Kemendikbud, 2007) adalah sebagai berikut: a. Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Guru harus mempunyai kemantapan kepribadian sebagai seorang guru. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi siswa untuk menjadi pribadi yang baik yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Pengaruh tersebut dapat diberikan oleh guru dengan menunjukkan kepribadian sebagai seorang guru yang mantap. Hal tersebut dapat dicontoh oleh siswanya sehingga dapat terbentuk pribadi yang baik dalam diri siswa.

11 15 3. Kompetensi sosial Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Mahsunah, dkk (2012: 29), mengemukakan bahwa kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerjasama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Menurut Murni, dkk (2010: 34), kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru adalah sebagai berikut: a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Guru sebagai suri tauladan bagi masyarakat dan siswa. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan orang lain atau masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Kemampuan sosial yang baik akan membuat hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan. 4. Kompetensi profesional Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (Mahsunah, dkk, 2012: 29).

12 16 Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga guru dituntut untuk mampu menyampaikan bahan pembelajaran, menguasai materi, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru (Murni, dkk, 2010: 34) adalah sebagai berikut: a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata peajaran yang diajarkan. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diajarkan. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Guru mempunyai tugas untuk mengrahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga guru dituntut untuk mengusai dan mampu menyampaikan bahan pembelajaran. Pada saat pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi. Guru haus senantiasa mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, melakukan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut perlu dikuasai oleh guru agar memiliki kinerja yang baik,

13 17 mampu melakukan pembelajaran dengan baik profesional, serta mampu menjadi contoh atau model bagi siswa dan masyarakat. Keempat kompetensi tersebut dapat menunjukkan kematangan dan kelayakan guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Di sekolah, guru tidak hanya berperan untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga mendidik siswa agar menjadi manusia yang bermoral dan berbudi pekerti. E. Pentingnya Penguasaan Bahasa Indonesia oleh Pembelajar Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu pendidikan dasar yang dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya yang berarti sekolah harus membekali lulusannya dengan keterampilan dasar yang memadai, salah satunya adalah keterampilan berbahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat disisipkan pada setiap mata pelajaran. Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Zulela (2012: 4-5) adalah sebagai berikut: a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. c. Memahami Bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan. d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

14 18 e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. f. Menghargai dan membanggakan karya sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di atas, terlihat bahwa penguasaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar sangat penting bagi pembelajar agar siswa mampu menimba berbagai ilmu pengetahuan, mengapresiasi seni, serta mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Penguasaan Bahasa Indonesia dapat membuat seseorang menjadi makhluk sosial budaya, membentuk pribadi menjadi warga negara, serta untuk memahami dan berpartisipasi dalam proses pembangunan untuk masa kini dan masa mendatang yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi yang semakin canggih (Zulela, 2012: 2). Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik akan memudahkan siswa untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang beragam dan dengan latar belakang yang berbeda karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan untuk memudahkan dalam menimba ilmu karena di Indonesia Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan. F. Campur Kode Campur kode adalah suatu keadaan berbahasa apabila orang mencampur dua atau lebih bahasa dan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, unsur-unsur yang menyisip tersebut tidak mempunyai fungsi sendiri (Wijana dan Rohmadi (2013: 117). Pada campur kode, terdapat

15 19 sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi serta keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau keotonomiannya sebagai sebuah kode (Chaer dan Agustina, 2004:114). Lebih lanjut, Chaer dan Agustina mengatakan bahwa inti dari campur kode adalah terdapat satu bahasa yang digunakan, tetapi di dalamnya terdapat serpihan-serpihan dari bahasa-bahasa lain. Suwandi (2008: 88) mengemukakan bahwa campur kode memiliki ciri, yaitu: 1. Penggunaan dua bahasa atau lebih untuk itu berlangsung dalam situasi informal, santai, atau akrab. 2. Tidak ada sesuatu dalam situasi berbahasa yang menuntut terjadinya campur kode. 3. Campur kode dapat berupa pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Bentuk atau wujud campur kode menurut Wijana dan Rohmadi (2013: ) adalah campur kode yang berwujud kata, campur kode yang berwujud kelompok kata, campur kode yang berwujud kata ulang, campur kode yang berwujud idiom, dan campur kode yang berwujud klausa. Lebih lanjut, Wijana dan Rohmadi mengemukakan bahwa campur kode disebabkan oleh latar belakang sosial budaya dan situasinya. Pemakaian ragam bahasa nonformal pada situasi formal dapat berkenaan dengan tingkat kemampuan bahasa penutur seperti baru bisa berbahasa Indonesia ragam tak formal dan belum dapat menggunakan ragam formal (Chaer dan Agustina, 2004: ). Pemakaian campur kode banyak terjadi di Indonesia, seperti pemakaian Bahasa Indonesia yang dicampur dengan

16 20 bahasa daerah. Campur kode dapat dilatarbelakangi oleh berbagai hal, antara lain kebiasaan, penegasan, latar belakang wilayah penutur, dan sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam campur kode peristiwa tutur yang di dalamnya terdapat pencampuran dua bahasa atau lebih. Campur kode dapat memiliki tujuan tertentu, contohnya adalah agar lawan bicara lebih memahami apa yang dimaksudkan oleh penutur. Campur kode dapat dipengaruhi oleh berbagai situasi dari penutur dan lawan bicaranya. G. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian tentang campur kode dan alih kode telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian Rulyandi, Rohmadi dan Sulistyo (2014) tentang alih kode dan campur kode, menunjukkan hasil bahwa di kelas X SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta, guru dan siswa masih menggunakan dua bahasa (Jawa dan Indonesia) sebagai alat komunikasi dalam situasi formal. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sehingga terjadi alih kode dan campur kode serta dalam pembelajarannya lebih banyak menggunakan Bahasa Jawa meskipun mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonesia. Tujuan guru menggunakan alih kode dan campur kode dalam pembelajaran adalah untuk memperlancar komunikasi antara guru dan siswa, sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran. Wujud campur kode yang terjadi berupa penyisipan kata, klausa, pengulangan kata, dan idiom atau ungkapan. Faktor

17 21 penyebab campur kode adalah penutur, lawan tutur, hadirnya penutur ketiga, topik pembicaraan, dan untuk membangkitkan rasa humor. 2. Penelitian oleh Susmita (2015) tentang alih kode dan campur kode pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh guru dan siswa di SMP Negeri 12 Kerinci ditemukan bahwa terdapat alih kode dan campur kode dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Kerinci, Melayu Jambi, Minangkabau) dalam berkomunikasi saat proses pembelajaran. Wujud alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini berupa alih kode berupa klausa dan kalimat, sedangkan campur kode berupa kata dan frasa. Faktor penyebab alih kode adalah perubahan kalimat dan terpengaruh oleh lawan bicara, sedangkan faktor penyebab campur kode adalah kebiasaan, penggunaan kosakata, dan humor. Pembatasan terhadap alih kode dan campur kode perlu dilakukan untuk memaksimalkan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah agar siswa dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Penelitian oleh Sumarsih, dkk (2014) tentang alih kode dan campur kode, menemukan bahwa code switching and code mixing in Indonesia have been divided into three class, they are word class, phrase class, and sentence class, and the highest number is word level which is 57,3%. Banyak penutur Batak Toba dan Mandailing menggunakan bahasa yang lain, yaitu Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris pada kesehariannya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam penggunaan Bahasa Indonesia masih terdapat campur kode dan alih kode, begitu pula sebaliknya saat menggunakan bahasa daerah, penutur mencampurnya dengan Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

18 22 4. Penelitian oleh Ariffin dan Husin (2011) tentang alih kode dan campur kode antara bahasa Malaysia dan bahasa Inggris di kelas. Mereka mengungkapkan bahwa code switching/ code mixing in both Bahasa Malaysia and emerged as the instructiors code choicein the classrom, but students are not totally linguistically equipped to support the policy. Pada penelitian Ariffin dan Husin alih kode dan campur kode sering digunakan untuk memberikan instruksi pada siswa dan untuk mempermudah siswa dalam belajar Bahasa Inggris. Penggunaan alih kode dan campur kode dalam pembelajaran membuat siswa lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru, terutama saat siswa belajar bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses campur kode dan alih kode merupakan kondisi yang sangat wajar terjadi dalam situasi di mana penggunaan bahasa ibu masih mendominasi. Dalam penelitian ini juga mengkaji tentang campur kode, namun penelitian ini tidak hanya terfokus hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi pada mata pelajaran lain juga. Penelitian ini lebih fokus pada penggunaan Bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru saat mengajar di kelas dan campur kode yang dilakukan oleh guru saat pembelajaran. Campur kode yang dilakukan oleh guru ditelaah dan dikaji tentang upaya guru mendorong siswa dalam berbahasa Indonesia. Penelitian ini dilakukan di kelas dengan tingkatan yang berbeda (kelas rendah dan tinggi di SD). H. Kerangka Pikir Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran di SD. Kemampuan guru dalam menggunakan Bahasa Indonesia

19 23 sangat dibutuhkan. Di samping untuk bisa memahamkan siswa tentang materi yang dipelajari, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik oleh guru juga menjadi teladan bagi siswa, namun pemakaian campur kode sangat mungkin terjadi dalam penggunaan Bahasa Indonesia, apalagi jika penggunaan bahasa ibu masih mendominasi proses komunikasi. Campur kode dapat disebabkan dari latar belakang penuturnya, kebiasaan, agar lebih komunikatif, dan sebagainya. Peneliti berusaha untuk menggali lebih dalam tentang campur kode yang digunakan oleh guru, seperti alasan penggunaan, maksud campur kode, faktor penyebab, dan sebagainya. Guru diharapkan mampu untuk memperbaiki dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat proses pembelajaran di sekolah. Kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1 berikut: Penggunaan Bahasa Indonesia oleh guru - Konsistensi - Campur kode - Konsisten - tidak ada campur kode - tidak konsisten - ada campur kode Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI Oleh: Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENGERTIAN PROFESI Suatu pekerjaan tertentu (a particular business) yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) STANDAR KOMPETENSI (Permendiknas No. 16 Tahun 2007) Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK* KOMPETENSI INTI Kompetensi Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta

Lebih terperinci

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar Profesi Keguruan Rulam Ahmadi BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU A. Kompetensi Dasar Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar kompetensi guru yang meliputi guru PAUD/TK/RA, guru SD/MI,

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik STANDAR KOMPETENSI GURU PAUD/TK/RA No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik Menguasai karakteristik peserta 1. Memahami karakteristik peserta didik usia didik dari aspek fisik,

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI Disajikan pada kegiatan PPM Di UPTD BALEENDAH KAB BANDUNG Oleh BABANG ROBANDI JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Makna Kompetensi

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kompetensi atau competency adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki empat kompetensi yaitu pertama kompetensi paedagogik yaitu menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa digunakan manusia sebagai alat untuk berkomunikasi, bersosialisasi, dan beradaptasi. Melalui bahasa,

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sertifikasi guru banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia saat ini, banyak yang menulis tentang bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK NO KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR 1. Kompetensi a. Memahami wawasan dan landasan 1) Mengetahui wawasan kependidikan TK Pedagogik kependidikan. 2) Mengetahui landasan

Lebih terperinci

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) MATA PELAJARAN JENJANG PENDIDIKAN : BIOLOGI : SMK Standar Guru Standar Isi Indikator Esensial Inti Guru Mapel Standar Pedagodik 1. Menguasai karakteristik peserta didik

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA. Pengantar Awal Perkuliahan Bahasa Indonesia Oleh Ari Kusmiatun_UNY

SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA. Pengantar Awal Perkuliahan Bahasa Indonesia Oleh Ari Kusmiatun_UNY SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA Pengantar Awal Perkuliahan Bahasa Indonesia Oleh Ari Kusmiatun_UNY Prolog Hakikat Bahasa: Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia HAKIKAT DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia 1. Hakikat Bahasa Indonesia Bahasa sebagai sarana interaksi sosial Bahasa adalah ujaran Bahasa meliputi dua bidang

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang Aah Ahmad Syahid, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Email: syahid@upi.edu ABSTRAK Analisis kebutuhan

Lebih terperinci

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1 Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah 1. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka akan memberikan output

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke:

Bahasa Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Bahasa Indonesia Modul ke: Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Kapan bahasa Indonesia lahir?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan sejarah, kedudukan, dan fungsi BAHASA INDONESIA 2.1 Pengantar Materi bab dua ini bertujuan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL

UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL H. ABDUL ROZAK GURU BESAR UNSWAGATI CIREBON Disampaikan pada Saresehan Prakongres Basa Cirebon, 3-4 Desember 2012 1. PENGANTAR Pelestarian

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le No.1685, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Kualifikasi Akademik. Pamong Belajar. Kompetensi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152 TAHUN 2014

Lebih terperinci

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 10, Nomor 1, April 2014 Dian Pujianto & Bayu Insanistyo Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

INSTRUMEN D PENILAIAN BUKU PANDUAN PENDIDIK. Bobot (B)

INSTRUMEN D PENILAIAN BUKU PANDUAN PENDIDIK. Bobot (B) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN INSTRUMEN D PENILAIAN BUKU PANDUAN PENDIDIK Kode Buku: NO. KOMPONEN DAN ASPEK Skor (S) A. MATERI/ISI 1. 2.

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN 1. Kualifikasi Penguji

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN Fahmawati Isnita Rahma dan Ma arif Jamuin Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Ronny Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis

Lebih terperinci

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA 2.2. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Jika dilihat dari kedudukannya, bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi.

Lebih terperinci

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) 33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA) SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik natural dan merupakan kerja lapangan

Lebih terperinci

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK Nama BIODATA : Bero Usada, S.Kom TTL : Boyolali, 22 Januari 1987 Alamat : Perum Swarna Bsd Blok A 9. Jl. Beringin Pekanbaru Pendidikan : SDN 2 Jeruk lulus tahun 1999 Profesi & Organisasi Email : SMPN 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang berlaku dan harus pandai memilih kata-kata yang tepat agar apa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang berlaku dan harus pandai memilih kata-kata yang tepat agar apa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengarang adalah kegiatan merangkai kata-kata yang disusun berdasarkan tema yang sudah ditentukan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.merangkai kata-kata

Lebih terperinci

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENGELOLA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BERBASIS PAIKEM DI SD NEGERI 2 GROBOGAN, KECAMATAN GROBOGAN, KABUPATEN GROBOGAN SEMESTER I TAHUN

Lebih terperinci

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

DEVELOPPING OF TEACHERS HP DEVELOPPING OF TEACHERS PROFESSIONALLITY By R. Gunawan S. Drs., S.E., M.M. M HP 08127922967 Tujuan Pembelajaran 1. Mengetahui pengertian guru, profesional, kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015 No Hari, tanggal Materi Bimbingan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Tanda tangan Pembimbing LEMBAR OBSERVASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Guru 2.1.1. Pengertian Guru (Rastodio, 2009, h. 40) adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 5 PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU 1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru? Ada dua macam pelaksanaan sertifikasi guru, yaitu: a. melalui penilaian portofolio bagi guru dalam jabatan,

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Yanti Trianita S.I.Kom

PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA. Yanti Trianita S.I.Kom PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Yanti Trianita S.I.Kom DEFINISI BAHASA Suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbolsimbol vokal yang dapat diperkuat dengan gerak gerik badan yang nyata. Simbol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dapat diartikan sebagai perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN Penelitian KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN Edi Waluyo, Lita Latiana, & Decik Dian Pratiwi e-mail: waluyowulan@gmail.com PG PAUD FIP Universitas Negeri Semarang Abstrak: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik profesional yaitu guru. Guru memiliki tugas utama mendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab untuk membantu perkembangan kepribadian serta kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagai alat pendidikan nasional di satu pihak dan sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian, 2 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab 1 peneliti memaparkan yang menjadi pendahuluan penelitian Studi tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta Pelaksanaannya pada Siswa Kelas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada bangsa yang maju apabila bangsa tersebut tidak memperhatikan bidang pendidikan. Usaha untuk

Lebih terperinci

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) 35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya perubahan yang dilakukan manusia, oleh karena itu pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri sehingga akan melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI Mata Pelajaran BAHASA MANDARIN SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, Tahun 2003 Katalog dalam Terbitan Indonesia. Pusat Kurikulum,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KONSEP DAN FUNGSI BAHASA

KONSEP DAN FUNGSI BAHASA KONSEP DAN FUNGSI BAHASA Diajukan Kepada Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Korespondensi Untuk Memenuhi Tugas Kelompok MAKALAH Disusun Oleh : Dela Priani Dewi Hamdanah Fitriani Irma Rahayu Raini Desiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA 1. Sejarah Singkat 2. Kedudukan 3. Fungsi

BAHASA INDONESIA 1. Sejarah Singkat 2. Kedudukan 3. Fungsi Modul ke: BAHASA INDONESIA 1. Sejarah Singkat 2. Kedudukan 3. Fungsi Fakultas EKONOMI DRS. SRI SATATA, MM. Program Studi AKUTANSI www.mercubuana.ac.id SEJARAH SINGKAT, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEBUDAYAAN. Bahasa. Sastra. Pengembangan. Pembinaan. Perlindungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5554) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP) Kompetensi Elemen Kompetensi Deskripsi Kompetensi. Pedagogik. Memahami latar belakang siswa Guru memahami karakteristik siswa

Lebih terperinci

KINERJA DOSEN DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

KINERJA DOSEN DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN KINERJA DOSEN DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN Astina Sumaga Pengawas Pendidikan Kota Gorontalo Abstrak Adapun salah satu prinsip paling penting dari psykologi

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN NARASI BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di Indonesia sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya merupakan, suatu proses untuk membantu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci