BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan oleh Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono 1) pada tahun 1755 hasil dari Perjanjian Giyanti, di kemudian hari tumbuh menjadi Kota yang kaya akan budaya dan kesenian Jawa. Yang menjadi titik sentral dari perkembangan kesenian dan budaya adalah Kesultanan. Beragam kesenian Jawa klasik, seperti seni tari, tembang, geguritan, gamelan, seni lukis, sastra serta ukuirukiran, berkembang dari dalam keraton dan kemudian menjadi kesenian rakyat. 1. Batas Wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota disamping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kabupate Sleman b. Sebelah Timur : Kabupaten Bantul dan Sleman c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bantul d. Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman 97
Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110 o 24 l 19 ll sampai 110 o 28 l 53 ll Bujur Timur dan 7 o 15 l 24 ll sampai 7 o 49 l 26 ll Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut. 2. Luas Wilayah Kota Yogyakarta memiliki luas tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km 2 yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY. Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan 617 RW dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 428.282 jiwa (Sumber dari SIAK per tanggal 28 Februari 2013) dengan kepadatan rata-rata 13.177 jiwa/km 2. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Yogyakarta 3. Keadaan Alam Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan datar rendah dimana dari Barat ke Timur relatif datar dan dari Utara ke Selatan memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu commit : to user 98
a. Sebelah Timur adalah sungai Gajah Wong b. Bagian Tengah adalah sungai Code c. Sebelah Barat adalah sungai Winongo Wilayah Kota Yogyakarta terbagi dalam lima bagian Kota dengan pembagian sebagai berikut: a. Wilayah I Ketinggian daerah ini ± 91 m - ± 17 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk dalam Wilayah ini adalah : 1) Sebagian Kecamatan Jetis 2) Kecamatan Gedongtengen 3) Kecamatan Ngampilan 4) Kecamatan Keraton 5) Kecamatan Gondomanan b. Wilayah II Ketinggian daerah ini ± 97 m - ± 114 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Tegalrejo 2) Sebagian Kecamatan Wirobrajan c. Wilayah III Ketinggian daerah ini ± 102 m - ± 130 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Gondokusuman 2) Kecamatan Danurejan 3) Kecamatan Pakualaman 99
4) Sebagian kecil Kecamatan Umbulharjo d. Wilayah IV Ketinggian daerah ini ± 75 m - ± 120 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk ke dalam wilayah ini adalah : 1) Sebagian Kecamatan Mergangsan 2) Kecamatan Umbulharjo 3) Kecamatan Kotagedhe 4) Kecamatan Mergangsan e. Wilayah V Ketinggian daerah ini ± 83 m - ± 102 m diatas permukaan laut ratarata. Yang termasuk kedalam wilayah ini adalah : 1) Kecamatan Wirobrjan 2) Kecamatan Mantrijeron 3) Sebagian Kecamatan Gondomanan 4) Sebagian Kecamatan Mergangsan 4. Demografi Jumlah penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan perhitungan tahun 2011 adalah sebesar 11.958 jiwa/km 2. Kepadatan penduduk tertinggi terdpat di Kecamatan Ngampilan yaitu sebesar 19.902 jiwa/km 2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah Kecamatan Gedongtengen (17.901 jiwa) dan Danurejan (16.675 jiwa). Keberadaan pusat perdagangan dan wisata Kota Yogyakarta yaitu kawasan Malioboro, Pasar Bringharjo dan Kraton yang dekat dengan 100
tiga kecamatan tersebut, membuat penduduk memilih ketiga kecamatan tersebut menjadi tempat bermukim. Laju pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta tahun 2010 adalah minus 2,23%. Menurunnya pertumbuhan penduduk Kota Yogyakarta dapat disebabkan karena beberapa hal. Migrasi penduduk yang tinggal ke Kabupaten lain di sekitar Kota Yogyakarta dapat menjadi penyebab utama. Kepadatan Penduduk yang tinggi, dan mahalnya harga lahan di Kota Yogyakarta, dan mudahnya akses menuju dan keluar Kota Yogyakarta membuat keluarga baru memilih untuk bertempat tinggal di luar Kota Yogyakarta, seperti Kabupaten Sleman dan Bantul. 5. Fasilitas Kesehatan Sarana kesehatan yang ada di Kota Yogyakarta berdasarkan sumber data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terdapat : a. RSU 5 buah b. RS Khusus 9 buah c. RS Bersalin 9 buah d. Puskesmas 18 buah e. Poliklinik Swasta 224 buah f. Praktek Dokter 221 buah g. Laboratorium 5 buah h. Apotek 61 buah i. Toko Obat 40 buah j. Optik 7 buah 101
k. Praktek Bidan 21 buah l. Tenaga Dokter 379 orang m. Dokter Gigi 58 orang Jumlah tenaga kesehatan dipandang sudah mencukupi, namun demikian secara kualitas masih kurang terutama tenaga pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (paramedik), tenaga kesehatan yang profesional di Puskesmas dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan masyarakat terutama penyuluhan. 6. Komponen Air Bersih Potensi sumber daya air yang menonjol berasal dari curah hujan dan air tanah. Karena pengaruh kondisi dan struktur geografis yang bervariasi, maka potensi air tanah tidak merata. Daerah-daerah yang mempunyai potensi air tanah meliputi daerah lereng vilkan merapi, daerah endapan dan daerah pantai selatan. Sedangkan daerah yang potensi air tanahnya kecil terdapat di daerah perbukitan. Tangkapan hujan (recharge area) berada di lereng Gunung Merapi. Kondisi air tanah yang bersifat tertekan dan tidak tertekan. Pda saat ini penduduk memanfaatkan air tanah yang tertekan dengan cara pembuatan sumur dangkal. Dengan melihat kondisi air tanah yang ada, maka sumber daya air cukup potensial, sehingga masyarakat cukup mudah memperoleh air non-perpipaan. Prasarana air bersih cukup banyak mengalami masalah-masalah kualitas air yang disebabkan oleh prasarana Kota lainnya. Dalam hal ini sumber-sumber air bersih baik sumur gali maupun perpipaan tercemar 102
kualitasnya akibat manusia, baik dari perkembangan industrinya maupun oleh kotoran manusia (air pembuangan). Kualitas air nonperpipaan (sumur dangkal) tidak memenuhi persyaratan sebagai air minum, karena kandungan bakteri coli mencapau 240 MPN/ml, meskipun secara fisik dan kimia memenuhi persyaratan. 7. Komponen Persampahan Aspek persampahan ini akan sangat berpengaruh terlebih lagi terhadap kualitas lingkungan, apabila dalam pengolahan dan penanganan sampah tidak tepat, proses penguraian sampah akan mencemari kualitas udara, tanah dan air tanah. Pengelolaan persampahan Kota Yogyakarta secara umum telah mampu melayani wilayah Kota, dengan menggunakan mekanisme off-site management. Hampir di setiap rumah di Kota Yogyakarta memiliki unit pewadahan sendiri yang berupa ember, cor beton, tong plastik, bekas drum dan di pusat keramaian terdapat tong sampah umum. B. Hasil Penelitian BAB ini menyajikan hasil penelitian sebagai berikut dengan menggunakan analisis univariat, analisisi bivariat dan analisis multivariat. 1. Karakteristik Subjek Penelitian Hasil penelitian kepada kelompok kasus 30 subjek ibu yang menderita kanker serviks (kasus) dan kelompok kontrol 90 subjek ibu yang tidak menderita kanker serviks (kontrol). Tabel distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian dapat dijelaskan pada Tabel 4. 103
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia ibu, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan No Karakteristik Kasus Kontrol N (%) N (%) 1 Usia Ibu a. < 40 tahun 9 30 21 70 b. 40 tahun 21 23 69 77 2 Pendidikan Ibu a. < 12 tahun 19 33 38 67 b. 12 tahun 11 17,5 52 82,5 3 Pekerjaan Ibu a. Bekerja 3 10 26 90 b. Tidak bekerja 27 30 64 70 4 Pendapatan a. < Rp. 1.452.400 21 39,6 32 60,4 b. Rp. 1.452.400 9 13,4 58 86,6 Sumber: Data Primer, 2016 Hasil diskripsi Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia ibu, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan dibagi menjadi dua subjek yang pertama yaitu subjek kasus dengan hasil, usia ibu ( 40 tahun) mayoritas yang menderita kanker serviks sebanyak 21 ibu (23%), pendidikan ibu mayoritas kurang < 12 tahun sebanyak 19 orang (33%), pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja sebanyak 27 orang (30%), dan pendapatan mayoritas kurang dari Rp. 1.452.400 sebanyak 21 orang (39.6%). Yang kedua subjek kontrol, usia ibu 40 tahun sebanyak 69 (77%), pendidikan ibu mayoritas 12 tahun sebanyak 52 orang (82.5%), pekerjaan ibu mayoritas tidak bekerja sebanyak 64 orang (70%) dan pendapatan ibu mayoritas Rp. 1.452.400 sebanyak 58 orang (86.6%). 104
2. Hasil Analisis a. Analisis Univariat Deskripsi variabel penelitian secara univariat menjelaskan tentang gambaran umum data penelitian masing-masing variabel penelitian meliputi status kanker serviks, pendidikan, pendapatan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, penggunaan kontraepsi oral, status gizi, higiene genetalia, dan sanitasi lingkungan. Tabel 4.2 Deskripsi Status Kanker Servik Status Risiko Kanker Serviks Frekuensi (n) Persentase (%) Tidak 90 75 Ya 30 25 Total 120 100 Hasil deskripsi status kanker serviksmenunjukkan terdapat 90 subjek ibu yang tidak mengalami kanker serviks (75%) dan 30 subjek ibu mengalami kanker serviks(25%). Tabel 4.3 Deskripsi Pendidikan Ibu Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah < 12 tahun 57 47.5 Tinggi 12 tahun 63 52.5 Total 120 100 Sumber : Data diolah, 2016 Hasil deskripsi pendidikan ibu menunjukkan terdapat 57 subjek yang memiliki pendidikan rendah< 12 tahun (47.5%) dan 57 subjek yang memiliki pendidikan tinggi 12 tahun (52.5%). 105
Tabel 4.4 Deskripsi Pendapatan Keluarga Pendapatan Keluarga Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah < Rp. 1.452.400 53 44.2 Tinggi Rp. 1.452.400 67 55.8 Total 120 100 Hasil deskripsi pendapatan keluarga dalam sebulan menunjukkan terdapat 53 subjek yang memiliki pendapatan keluarga rendah<rp. 1.452.400 (44.2%) dan 67 subjek yang memiliki pendapatan tinggi Rp. 1.452.400 (55.8%). Tabel 4.5 Deskripsi Usia Pertama Kali Hubungan Seksual Usia Pertama Kali Hubungan Seksual Frekuensi (n) Persentase (%) Beresiko < 20 tahun 43 35.8 Tidak Beresiko 20 77 64.2 Total 120 100 Hasil deskripsi usia pertama kali hubungan seksual menunjukkan terdapat 77 subjek yang tidak berisiko 20 (64.2%) dan 43 subyek memiliki usia berisiko < 20 tahun (35.8%). Tabel 4.6 Deskripsi Jumlah Pasangan Seksual Jumlah Pasangan Seksual Frekuensi (n) Persentase (%) 1 pasangan 73 60.8 > 1 pasangan 47 39.2 Total 120 100 Hasil deskripsi jumlah pasangan seksual menunjukkan terdapat 47 subjek yang tidak berisiko hanya 1 pasangan (39.2%) dan 73 subyek memiliki berisiko > 1 pasangan (60.8%). 106
Tabel 4.7 Deskripsi Penggunaan Kontrasepsi Oral Penggunaan Kontrasepsi Oral Frekuensi (n) Persentase (%) < 5 tahun 86 71.7 5 tahun 34 28.3 Total 120 100 Hasil deskripsi penggunaan kontrasepsi oral menunjukkan terdapat 86 subjek yang menggunakan < 5 tahun (71.7%) dan 34 subyek menggunakan 5 tahun (28.3%). Tabel 4.8 Deskripsi Status Gizi Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%) Normal 60 50 Tidak Normal 60 50 Total 120 100 Hasil deskripsi status gizi menunjukkan terdapat 50 subjek dengan status gizi tidak normal (50%) dan 50 subjek dengan status gizi normal (50%). Tabel 4.9 Deskripsi Higiene Genetalia Higiene Genetalia Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 88 55 45.8 Buruk < 88 65 54.2 Total 120 100 Hasil deskripsi higiene genetalia menunjukkan terdapat 65 subjek dengan higiene genetalia buruk < 88 (54.2%) dan 55 subjek dengan higiene genetalia baik 88 (45.8%). Tabel 4.10 Deskripsi Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 12 87 72.5 Buruk < 12 33 27.5 Total 120 100 107
Hasil deskripsi sanitasi lingkungan tempat tinggal terdapat 87 subjek dengan lingkungan baik Baik 12 (72.5%) dan 33 subjek dengan lingkungan buruk < 12 (27.5). b. Analisis Bivariat Analisis secara bivariat menjelaskan tentang pengaruh satu variabel independent terhadap satu variabel dependent yaitu pendidikan ibu, pendapatan keluarga, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, kontrasepsi oral, status gizi, higiene genetalia dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian kanker serviks. Metode yang digunakan adalah uji chi-square, dengan taraf kepercayaan 95% (nilai p=0.05). Tabel 4.11 Uji Chi-Square Pengaruh Pendidikan Ibu dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker Serviks CI (95%) Kelompok OR Batas Batas p variabel Tidak (%) Ya(%) bawah atas Status Pendidikan Ibu Tinggi 12 tahun Rendah < 12 tahun 52 (82.5%) 38 (66.7%) 11 (17.5%) 19 (33.3%) Total 90 (75%) 30 (25%) 2.36 1 5.54 0.045 Pada tabel 4.11 menyajikan analisis bivariat tentang pendidikan ibu dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chisquare hitung Odd ratio (OR) sebesar 2.36 dengan nilai p=0.045 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 1-5.54. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendidikan dengan kejadian kanker serviks. 108
Tabel 4.12 Uji Chi-Square Pengaruh Pendapatan Keluarga dalam sebulan dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Pendapatan Rp.1.452.400 58 9 (86.6%) (13.4%) 4.22 1.73 10.32 0.001 <Rp.1.452.400 32 21 (60.4%) (39.6%) Total 90 (75%) 30 (25%) Pada tabel 4.12 menyajikan analisis bivariat tentang pendapatan keluarga dalam sebulan dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.22 dengan nilai p =0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 1.73-10.3. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pendapatan keluarga dalam sebulan dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.13 Uji Chi-Square Pengaruh Usia Pertama Melakukan Hubungan Seksual dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Usia pertama Kali Hubungan Seksual Tidak beresiko 67 10 20 tahun (87%) (13%) 5.82 2.38 14.25 0.001 Berisiko <20 tahun 23 (53.5%) 20 (46.5%) Total 90 (75%) 30 (25%) Pada tabel 4.13 menyajikan analisis bivariat tentang usia pertama berhubungan seksual dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai commit chi-square to user hitung Odd ratio (OR) sebesar 109
5.82dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 2.38-14.25. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia pertama melakukan hubungan seksual dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.14 Uji Chi-Square Pengaruh Jumlah Pasangan Seksual dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Jumlah Pasangan Seksual 1 pasangan 63 10 (86.3%) (13.7%) 4.66 1.93 11.28 0.001 > 1 pasangan 27 20 (57.4%) (42.6%) Total 90 30 (75%) (25%) Pada tabel 4.14 menyajikan analisis bivariat tentang jumlah pasangan seksual dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.66 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 1.93-1128. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara jumlah pasangan seksual dengan kejadian kanker serviks. 110
Tabel 4.15 Uji Chi-Square Pengaruh Kontrasepsi Oral dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas KB Oral < 5 tahun 70 16 (81.4%) (18.6%) 3.06 1.28 7.2 0.010 5 tahun 20 14 (58.8%) (41.2%) Total 90 30 (75%) (25%) Pada tabel 4.15 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 3.06 dengan nilai p=0.010 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)=1.28-7.32. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara pengaruh kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.16 Uji Chi-Square Pengaruh Status Gizi dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p Variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Status gizi Normal 52 8 (86.7%) (13.3%) 3.76 1.51 9.35 0.003 Tidak normal 38 22 (63.3%) (36.7%) Total 90 30 (75%) (25%) Pada tabel 4.16 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh status gizi dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd commit ratio to (OR) user sebesar 3.76 dengan nilai p=0.003 111
lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 1.51-9.35. Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara status gizi dengan kejadian kanker serviks Tabel 4.17 Uji Chi-Square Pengaruh Higiene Genetalia dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker CI (95%) Kelompok Serviks OR p Variabel Tidak Ya Batas Batas (%) (%) bawah atas Higiene Genetalia Baik 88 49 6 (89.1%) (10.9%) 4.78 1.78 12.81 0.001 Kurang < 88 41 24 (63.1%) (36.9%) Total 90 30 (75%) (25%) Pada tabel 4.17 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh Higiene Genetalia dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 4.78 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 1.78-12.81. Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara higiene genetalia dengan kejadian kanker serviks. Tabel 4.18 Uji Chi-Square Pengaruh Sanitasi Lingkungan Tempat Tinggal dalam sebulan dengan Kejadian Kanker Serviks Status Kanker Serviks Kelompok variabel Tidak Ya (%) (%) Sanitasi Lingkungan Baik 12 75 12 (86.2%) (13.8%) kurang < 12 15 (45.5%) 18(54.5%) Total 90 (75%) 30 (25%) OR CI (95%) Batas bawah Batas atas 7.5 2.99 18.76 0.001 p 112
Pada tabel 4.18 menyajikan analisis bivariat tentang pengaruh sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan kejadian kanker serviks didapatkan nilai chi-square hitung Odd ratio (OR) sebesar 7.5 dengan nilai p=0.001 lebih kecil dari 0.05;CI (95%)= 2.99-18.76. Hal ini menunjukkanterdapat hubungan signifikan antara sanitasi lingkungan tempat tinggal dengan kejadian kanker serviks. c. Analisis Multivariat dengan Multilevel Pengaruh secara multivariat menjelaskan tentang pengaruh lebih dari satu variabel independent yaitu pendidikan, pendapatan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah hubungan seksual, status gizi, kontrasepsi oral, higiene genetalia dan sanitasi lingkungan terhadap satu variabel dependent yaitu risiko mengalami kanker serviks. Metode yang digunakan adalah regresi logistik dengan pendekatan multilevel menggunakan program STATA 13. Analisis multilevel digunakan untuk data yang berstruktur hirarki. Pada penelitian ini terdapat level individu yaitu pendidikan, pendapatan keluarga, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual, status gizi, kontrasepsi oral dan higiene genetalia. 113
Tabel 4.19 Hasil Regresi Logistik Dengan Pendekatan Analisis Multilevel Determinan Sosial Dengan Kejadian Kanker Serviks Variabel Independent OR CI 95% Lower Upper p Fixed Effect: Pendidikan ibu 12 tahun 0.14 (0.09 2.08 0.155) Pendapatan keluarga (Rp. 1.452.400) 3.45 (0.26 45.45 0.346) Usia pertama melakukan hubungan seksual < 20 tahun 8.54 (1.17 62.41 0.034) Jumlah pasangan seksual > 1 pasangan 14.6 (2.93 72.66 0.001) Kontrasepsi oral 5 tahun 1.85 (0.37 9.20 0.452) Status gizi (BMI < 18,50, 23,00) 5.69 (1.36 23.82 0.017) Higiene genetalia buruk <88 9.23 (1.76 48.35 0.009) Random Effect: Konstanta 0.005 Sanitasi lingkungan rumah Var (Konstanta) 2.25 0.40 12.71 N Observasi = 120-2 Likelihood Ratio -37.78 p = 0.004 Interclass correlation 40.68% LR test vs. Logistic regression chi square (x 2 ) = 7.32, p = 0.003 Hasil persamaan regresi logistik dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Ibu Terdapat pengaruh yang terbailk (negatif) antara pendidikan ibu dan risiko untuk mengalami kanker serviks, tetapi pengaruh tersebut secara statistik tidak signifikan. Ibu dengan pendidikan tinggi 12 tahun memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 1/7 kali lebih rendah daripada yang berpendidikan rendah < 12 tahun (OR=0.14, CI=0.09-2.08, p=0.155). 2. Pendapatan Keluarga Terdapat pengaruh yang positif kuat antara pendapatan keluarga dan risiko untuk mengalami kanker serviks, tetapi secara statistik tidak signifikan (OR=3.45; CI=0.26-45.45; p=0.346). 114
3. Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seksual Terdapat pengaruh yang positif kuat antara usia pertama kali melakukan hubungan seksual dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali pada usia dibawah 20 tahun memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks 8.5 kali lebih besar dari usia lebih 20 tahun (OR=8.54, CI=1.17-62.41, p=0.034). 4. Jumlah Pasangan Seksual Terdapat pengaruh yang positif kuat antara jumlah pasangan seksual dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita dengan jumlah pasangan seksual lebih dari 1 pasangan memiliki risiko 15 kali untuk mengalami kanker serviks daripada yang hanya 1 pasangan (OR=14.6, CI=2.93-72.66, p=0.001) 5. Kontrasepsi Oral Terdapat pengaruh yang lemah antara penggunaan kontrasepsi oral dan risiko mengalami kanker serviks, tetapi secara statistik tidak signifikan. (OR=1.85; CI=0.37-9.20; p=0.452). 6. Status Gizi Terdapat pengaruh yang positif kuat antara status gizi dan risiko mengalami kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Ibu dengan status gizi yang tidak normal memiliki 115
risiko untuk mengalami kanker serviks 6 kali lebih besar daripada yang status gizi normal (OR=5.69; CI=1.36-23.82; p=0.017) 7. Higiene Genetalia Terdapat hubungan yang positif kuat antara higiene genetalia dan risiko kanker serviks dan pengaruh tersebut secara statistik signifikan. Wanita dengan higiene genetalia yang buruk memiliki risiko untuk mengalami kanker serviks sebesar 9.5 kali dari yang higiene genetalianya baik (OR=9.23; CI=1.76-48.35; p=0.009) 8. Sanitasi Lingkungan Rumah Pada tabel 4.19 ditunjukkan ICC=40,68%, indikator tersebut menunjukkan bahwa risiko kanker serviks pada ibu bervariasi, dan sebanyak 40,68% dari variasi tersebut ditentukan pada level yang lebih tinggi yaitu sanitasi lingkungan rumah. Angka tersebut lebih besar dari angka patokan rule of thumb 8-10%, maka pengaruh kontekstual sanitasi rumah tersebut yang ditunjukkan dari analisis multilevel memang penting untuk diperhatikan dan konstanta bervariasi menurt level 2 yaitu sanitasi lingkungan rumah. Pada tabel tersebut juga ditunjukkan LR test vs logistic regression chi square 7.32, p=0.003 artinya terdapat perbedaan secara statistik yang signifikan antara model tanpa memperhitungkan pengaruh konstektual dan model yang memperhitungkan pengaruh konstektual. Dalam hal ini kondisi sanitasi lingkungan rumah. 116