1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan pertahun. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menggantikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, di Indonesia telah resmi diberlakukan otonomi daerah. Pemerintah daerah mempunyai peluang yang lebih besar untuk pengoptimalan potensi sumber daya manusia, dana dan kekayaan yang dimiliki Indonesia dengan Pemberlakuan otonom (Adi, 2012). Segala sesuatu hal yang berkaitan dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah merupakan salah satu aspek dalam melaksanakan otonomi daerah dengan melaksanakan kebijakan otonom (Winarna dan Murni, 2007). Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan pemerintah daerah dalam masa satu tahun anggaran yang terhitung 1 (satu) Januari sampai dengan 31 (tiga puluh satu) Desember (Permendegri No. 13 Tahun 2006 pasal 21). Kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) memiliki tanggung jawab mendiskusikan dan menyetujui APBD. Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang dimiliki DPRD, oleh karena itu pemerintah daerah menjadikan APBD sebagai pedoman untuk merencanakan kegiatan ditahun yang akan datang. Dengan kata lain segala program kegiatan dan pembangunan tidak dapat dilaksanakan apabila APBD belum ditetapkan sebelumnya, sehingga APBD memiliki arti penting dalam pemerintah (Kusuma dan Sutaryo, 2015).
2 Pentingnya APBD menuntut pemerintah dalam penyusunannya harus tepat dan akurat, akan tetapi hal ini tidak terlepas dari kesalahan penyusunan anggaran. Faktor utama yang menyebabkan kesalahan penyusunan anggaran adalah keterlambatan pengesahan APBD. Kepala daerah mengalami kesulitan dalam menyusun APBD sehingga berakibat ketidaktepatan waktu dalam menyusun APBD secara akurat. Daerah yang mengalami ketidaktepatan waktu dalam menyusun APBD menandakan bahwa daerah tersebut tidak mampu untuk merencanakan atau meramalkan anggaran secara cepat dan tepat (Carolina dan Sutaryo, 2014). APBD disiapkan dan diserahkan tepat waktu, membuat pencairan anggaran akan tepat waktu, dan akan mengarah pada sinergi pelaku ekonomi. Posisi keuangan daerah yang tinggi dengan defisit yang tinggi cenderung menyebabkan kesalahan dalam proyeksi keuangan regional berikutnya (Blanchard and Leigh, 2013). Salah satu faktor yang mempengaruhi Budget Forecast Errors yaitu periode jabatan. Kepala daerah memiliki masa jabatan dalam satu periode adalah 5 tahun, namun kepala daerah dapat mencalonkan dirinya menjadi calon incumbent satu periode selanjutnya. Incumbent rentan melakukan kecurangan yang dapat menyebabkan budget forecast errors dapat dilihat dari banyaknya dana bantuan social yang dikeluarkan pada masa pemilu. Diperkirakan akan terjadi peningkatan potensi penyimpangan APBD yang dilakukan kepala daerah yang telah selesai masa jabatan periode pertama, kemudian mencalonkan dirinya kedua kalinya pada jabatan yang sama pada periode selanjutnya. Kandidat incumbent berada pada titik krusial, mengingat
3 mereka akan kembali bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Sebagai kandidat untuk posisi regional dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada), incumbent cenderung membuat politisi anggaran.alam dan Ritonga (2010) menyimpulkan bahwa periode jabatan mempunyai pengaruh positif terhadap budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran. Anggapan ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Kusuma dan Sutaryo (2015) bahwa periode jabatan berpengaruh negatif terhadap budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran. Tingginya budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran tidak hanya dipengaruhi dari faktor keuangan, akan tetapi dukungan politik juga dapat berpengaruh terhadap kesalahan peramalan anggaran. Banyak sedikitnya dukungan partai politik yang memenangkan kursi legislatif mempengaruhi terjadinya tingkat budget forecast errors. Ini karena usulan dan pendapat yang disampaikan oleh pimpinan daerah selalu diterima karena ada mekanisme politik yang menekankan kepentingan himpunan partai. Korupsi yang dilakukan kepala daerah adalah bukti bahwa kecurangan dapat dilakukan kepala daerah incumbent maupun non incumbent yang mengindikasikan bahwa motivasi kepala daerah tersebut sama. Berdasarkan penelitian Brogan (2012) dukungan politik mempunyai pengaruh positif terhadap budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran, sejalan dengan hasil penelitian Kusuma dan Sutaryo (2015). Berbeda dengan Purnama (2014) bahwa politik penganggaran berpengaruh negatif terhadap penyusunan anggaran belanja daerah. Kusnandar dan Siswanto (2012) menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan memiliki pengaruh terhadap proyeksi keuangan daerah khususnya
4 dalam hal belanja. Tingkat pertumbuhan pendapatan yang mengalami peningkatan signifikan dilihat dari total PAD akan berakibat pada tingginya tingkat budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran pemerintah daerah. Belanja modal dalam APBD dipengaruhi oleh PAD, Oleh sebab itu segala hal tentang faktor keuangan yang terkait dengan anggaran juga dapat mempengaruhi dan mungkin berakibat pada kesalahan perkiraan anggaran juga besar. Penelitian Kusuma dan Sutaryo (2015) memberikan hasil pertumbuhan pendapatan berpengaruh positif terhadap kesalahan proyeksi anggaran (budget forecast error), anggapan ini sejalan dengan hasil penelitian Adiwiyana dan Januarti (2013) bahwa PAD berpengaruh positif terhadap pengalokasian belanja modal.berbeda dengan Widianto, dkk (2014) bahwa PAD berpengaruh negatif terhadap belanja modal. Tingginya tingkat budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran pemerintah daerah disebabkan dari tingginya tingkat pertumbuhan belanja. Perbedaan antara realisasi belanja daerah dan anggaran pada tahun sebelumnya akan menjadi pedoman penyusunan anggaran tahun selanjutnya, jika pengeluaran belanja daerah pada tahun bersangkutan tinggi akan mempengaruhi peningkatan budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran pemerintah daerah. Pertumbuhan belanja sangat berpengaruh jika dikaitkan dengan produk domestik regional bruto (PDRB) yang menjadi salah satu partikel untuk menghitung budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran. Kusuma dan Sutaryo (2015) berpendapat bahwa pertumbuhan belanja berpengaruh positif terhadap budget forecast errors atau kesalahan proyeksi anggaran. Berbeda dengan Saidah (2011)
5 yang menyatakan pertumbuhan belanja tidak berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan ekonomi daerah. Penelitian ini mereplikasikan penelitian oleh Kusuma dan Sutaryo (2015) tentang Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan Terhadap Budget Forecast Error Pemerintahan Daerah di Indonesia. Perbedaan dalam penelitian ini yaitu dari sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Periode 2012-2014. Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan tambahan dokumentasi dan kontribusi anggaran pemerintah kepada pemerintah daerah dalam konteks efisiensi dan efektivitas anggaran pengelola daerah. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini mengambil judul FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDGET FORECAST ERROR PEMERINTAHAN DAERAH (Studi Empiris Pada Seluruh Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Periode 2012-2014). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan konteks diatas, dapat dilihat perumusan penelitian yang akan diteliti adalah Budget Forecast Error pada Provinsi Jawa Tengah yang menunjukkan periode jabatan, dukungan politik, pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan belanja yang tidak konsisten dan adanya inkonsistensi dari hasil penelitian sebelumnya sehingga perlu untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap tingkat kesalahan proyeksi anggaran pemerintah daerah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor keuangan dan non keuangan yang mempengaruhi tingkat kesalahan anggaran pemerintah daerah. Penelitian ini perlu
6 dilakukan agar menambah wacana bagi pemerintah daerah agar kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi dalam penganggaran pemerintah daerah. Berdasarkan masalah penelitian tersebut perumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah periode jabatan secara positif mempengaruhi budget forecast error? 2. Apakah dukungan politik secara positif mempengaruhi budget forecast error? 3. Apakah pertumbuhan pendapatan secara positif mempengaruhi budget forecast error? 4. Apakah pertumbuhan belanja secara positif mempengaruhi budget forecast error? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji secara empiris : 1. Pengaruh negatif periode jabatan terhadap budget forecast error 2. Pengaruh positif dukungan politik terhadap budget forecast error 3. Pengaruh positif pertumbuhan pendapatan terhadap budget forecast error 4. Pengaruh positif pertumbuhan belanja terhadap budget forecast error
7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak antara lain adalah: 1. Bagi Teoritis Memberikan gambaran bagaimana kondisi anggaran pendapatan dan belanja daerah pada tahun yang bersangkutan dan memberikan tambahan wacana atau kontribusi buah pikir untuk pengembangan literatur Akuntansi Sektor Publik (ASP) khususnya pengembangan sistem pengendalian manajemen pada sektor publik. 2. Bagi Praktisi a. Bagi Pemerintah Daerah Menjadi masukan bagi pemerintah daerah agar menjalankan kebijakan otonomi daerah sebaik-baiknya agar masyarakat dapat mendapatkan kemaslahatan dengan meningkatkan kinerja kepala daerah untuk mencapai tujuan yang diharapkan. b. Bagi Pemerintah Pusat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan/bacaan bagi yang membutuhkan dan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.