SADAR WISATA-SAPTA PESONA DAN EKONOMI KREATIF

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

METODE PENELITIAN. Desain penelitian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF SEBAGAI PENGGERAK INDOSTRI PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

k a t a pengantar Pedoman Kelompok Sadar Wisata i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. pertama adalah gelombang ekonomi pertanian. Kedua, gelombang ekonomi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

PEREKONOMIAN INDONESIA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama di negara-negara berkembang. Peran sektor

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA SENIN TANGGAL 5 SEPTEMBER Senin, 5 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan orang-orang semakin memiliki kemampuan untuk berwisata dan

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta ke-43, 10 Juni 2010 Kamis, 10 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 ANALISIS POTENSI EKONOMI KREATIF BERBASIS EKOWISATA DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengelolaan yang sejauh ini dilaksanakan hampir sebagian besar tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

Industri Kreatif Jawa Barat

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Pemuda Indonesia Ahmad Buchori Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Pekan Raya Jakarta Ke-45, Jakarta, 14 Juni 2012 Kamis, 14 Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

LANDASAN AKTIVITAS PEMIMPIN BISNIS

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi. ASEAN (MEA) secara efektif berpotensi mendorong pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Orang Jumlah Perempuan Orang Jumlah Total Orang Jumlah Kepala Keluarga Orang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB VIII PENUTUP. Setelah melakukan penelitian dan analisis terhadap hasil-hasil penelitian. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SADAR WISATA-SAPTA PESONA DAN EKONOMI KREATIF OLEH DENI DARMAWAN Disampaikan pada kegiatan Sosialisasi Sapta Pesona, Disbudpar Kota Pontianak Pontianak, 7 11 Maret 2013

MUKADIMAH SADAR WISATA PEMBANGUNAN PARIWISATA SAPTA PESONA REGULASI: UU Pariwisata PP RIPPNAS INPRES Pariwisata INPRES Ekonomi Kreatif Permen Sadar Wisata Permen Ekowisata Permen Destinasi Unggulan Kampanye Sadar Wisata PROBLEM PARIWISATA EKONOMI KREATIF PRESTASI PARIWISATA VISUALISASI

SADAR WISATA Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: PM.04/UM.001/MKP/2008 Sadar Wisata adalah suatu kondisi yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu destinasi atau wilayah. Bertujuan untuk : meningkatkan pemahaman segenap komponen masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik dalam mewujudkan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya pariwisata serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat; menggerakkan dan menumbuhkan motivasi, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat sebagai wisatawan untuk mengenali dan mencintai tanah air.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEPARIWISATAAN INSENTIF IKM& USAHA PAR KEMITRAAN USAHA PAR AKSES PASAR USAHA PRODUKTIF AKSES MODAL GENDER SAPTA PESONA POTENSI, KAPASITAS & PARTISIPASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT LOKAL MOTIVASI WISNUS SUMBER: PASAL 28, PP 50/2011

SAPTA PESONA Sapta Pesona merupakan jabaran konsep Sadar Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata melalui perwujudan tujuh unsur dalam Sapta Pesona tersebut. KENANGAN AMAN TERTIB Logo Sapta Pesona berbentuk matahari tersenyum yang menggambarkan semangat hidup dan kegembiraan. Tujuh sudut pancaran sinar yang tersusun rapi di sekeliling matahari menggambarkan unsur-unsur Sapta Pesona yang terdiri dari : unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan. RAMAH INDAH SEJUK BERSIH

SAPTA PESONA 1): AMAN Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain : a) Tidak menganggu kenyamanan wisatawan b) Menolong dan melindungi wisatawan c) Menunjukkan sifat bersahabat terhadap wisatawan d) Memelihara keamanan lingkungan e) Membantu memberi informasi kepada wisatawan f) Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular g) Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik. MANFAAT : 1) Tidak ada rasa takut untuk bepergian 2) Keinginan wisatawan untuk berkunjung lebih besar. 3) Citra positif pariwisata tetap terjaga 4) Memberikan peluang pembangunan dan penyempurnaan fasilitas dan sistem pelayanan jasa informasi yang bermanfaat baik di tempat-tempat obyek wisata maupun di tempat-tempat lain.

SAPTA PESONA 2): TERTIB kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan sikap disiplin yang tinggi serta kualitas fisik dan layanan yang konsisten dan teratur serta efisien sehingga memberikan rasa nyaman dan kepastian bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain : 1. Mewujudkan budaya antri 2. Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku 3. Disiplin waktu/tepat waktu 4. Serba jelas, teratur, rapi dan lancar. MANFAAT : 1) terciptanya ketenangan; 2) terciptanya kondisi teratur; 3) terbentuknya wibawa sebagai masyarakat yang berbudaya.

SAPTA PESONA 3): BERSIH Suatu kondisi lingkungan serta kualitas produk dan pelayanan di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sehat/hygienik sehingga memberikan rasa nyaman dan senang bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain : 1) Tidak membuang sampah sembarangan 2) Menjaga kebersihan lingkungan objek wisata 3) Menjaga lingkungan yang bebas dari polusi udara 4) Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis 5) Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih 6) Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi. Jika terbiasa hidup sehat, tentunya anda akan selalu memakan rnakanan sehat yang higienis dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Membiasakan hidup bersih berarti kita menciptakan pola hidup sehat; suasana hidup yang lebih menyenangkan; semangat hidup yang lebih bergairah.

SAPTA PESONA 4): SEJUK Suatu kondisi di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh yang akan memberikan perasaan nyaman bagi wisatawan dalam melakukan kunjungannya ke daerah tersebut. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain : 1)Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon 2)Memelihara penghijauan di lingkungan objek wisata 3)Menjaga kondisi sejuk dalam berbagai area di daerah tujuan wisata. Marilah kita ciptakan kondisi yang sejuk dimanapun kita berada. Berikut ini manfaat kesejukan yaitu : 1) tubuh dan pikiran kita menjadi segar dan fit setiap saat; 2) stamina kita dalam beraktivitas bertahan lebih lama.

SAPTA PESONA 5): INDAH Suatu kondisi di daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik dan memberikan kesan yang mendalam bagi wisatawan sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas. Bentuk Aksi yang perlu diwujudkan antara lain : 1. Menjaga objek wisata dalam tatanan yang estetik, alami dan harmoni 2. Menata lingkungan secara teratur 3. Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh. Manfaat keindahan antara lain : 1) Timbulnya kesadaran akan kebesaran Tuhan ; 2) Terciptanya perasaan senang; 3) Mencegah munculnya perasaan stress 4) Mempertajam kepekaan estetis.

SAPTA PESONA 6): RAMAH Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap masyarakat di destinasi pariwisata yang mencerminkan suasana yang akrab dan terbuka. Bentuk Aksi yang perlu diwujudkan: 1. Bersikap sebagai tuan rumah yang baik serta selalu membantu wisatawan 2. Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan 3. Menunjukkan sikap menghargai dan toleransi terhadap wisatawan 4. Memberikan senyum yang tulus. Manfaat tegur-sapa yang ramah adalah 1) Terjadinya keakraban; dengan tegur-sapa suasana hangat akan senantiasa tercipta dalam perasaan setiap individu meskipun tidak saling mengenal satu dengan lainnya. 2) Terciptanya rasa damai keakraban yang tercipta pada akhirnya tentu membuat hati kita menjadi damai, tanpa rasa was-was meski berada di lingkungan dan orangorang yang asing bagi kita. 3) Mencegah terjadinya konflik; melalui tegur sapa bisa tercipta tali persaudaraan dan kekeluargaan yang akan mampu mencegah terjadinya konflik.

SAPTA PESONA 7): KENANGAN Suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pariwisata yang akan memberikan rasa senang dan kenangan yang indah bagi wisatawan. Bentuk aksi yang perlu diwujudkan : 1. Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal 2. Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih dan sehat 3. Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa Manfaat: 1) Terbentuknya penghormatan dan penghargaan dari orang lain 2) Terbentuknya citra yang baik bagi pribadi, masyarakat, dan negara kita; 3) Terciptanya kepuasan bagi diri kita dan terlebih bagi wisatawan; 4) Meningkatkan rasa saling percaya di antara sesama.

EKONOMI KREATIF DUNIA kini tengah memasuki era industri gelombang keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry), usaha industri ekonomi kreatif diprediksi akan menjadi industri masa depan sebagai fourth wave industry (industri gelombang keempat), yang menekankan pada gagasan dan ide kreatif, hal ini bukan tanpa alasan, mengingat industri ekonomi kreatif telah mampu mengikat pasar dunia dengan jutaan kreativitas dan persepsi yang dapat dijual secara global. Walt Disney di Amerika Serikat, contohnya, mereka hanya menjual lisensi, brand, dan ide kreatifnya. Pabriknya tidak perlu di AS, tetapi bisa di Cina, India dan lokasi lainnya. Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Sumber: Edi Cahyono S, 2012

KOMITMEN PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF Keseriusan Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan ekonomi kreatif ditandai dengan keluarnya Inpres No. 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif yang berisi instruksi Presiden kepada Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, seluruh Gubernur, Bupati/Walikota yang intinya agar Mendukung kebijakan Pengembangan Ekonomi Kreatif tahun 20092015, yakni pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Perpres N0.92/2011 pada tanggal 21 Desember 2011, telah dibentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan visi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menggerakkan kepariwisataan dan ekonomi kreatif.

PRIORITAS PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF (diktum ke-2 Inpres 6/2009) riset & pengemb angan. Iklan Arsitek tur radio dan televisi pasar seni & brg antik layanan kompute r & piranti lunak penerbit an & percetak an Ekonomi Kreatif kerajin an desain seni pertunju kan fashion (mode); musik permai nan interak tif film, video, & fotografi

Ekonomi kreatif menunjang pengembangan wilayah ekonomi baru Mengingat peran ekonomi kreatif yang semakin meningkat bagi perekonomian suatu wilayah, utamanya terhadap pengembangan ekonomi berbasis UMKM, maka tidaklah berlebihan bila semakin banyak kota yang menjadikan ekonomi kreatif sebagai ujung tombak dan katalisator pengembangan ekonomi daerahnya, Untuk menjadi pemenang di tengah persaingan yang semakin ketat, menurut Florida (The Rise of Creative Class), kota-kota, daerah, dan provinsi harus lebih menumbuhkan "iklim orang-orang." Yang dimotori oleh kaum muda, dengan semangat inovasi dan kreatifitas, mampu berperan layaknya Midas Touch, memoles sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Sumber: Edi Cahyono S, 2012

Kontribusi Sektor Ekonomi Kreatif Pemilihan strategi kebijakan mengembangkan ekonomi kreatif di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi global, ini bukan tanpa alasan, kontribusi sektor ekonomi kreatif terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2010 mencapai Rp 472,8 triliun dan mampu menyerap 11,49 tenaga kerja dan pada 2011 naik menjadi Rp 526 triliun dengan serapan 11,51 juta tenaga kerja. Tahun 2012 angka itu ditargetkan terdongkrak menjadi Rp573,4 triliun dengan serapan 11,57 juta tenaga kerja. Sumber: Edi Cahyono S, 2012

MOMENT OF TRUTH TOURISM apakah kita sudah siap menerima dan menjamu tamu? TIKET MUDAH/HARGA WAJAR? MANIFEST PENUMPANG VALID? TIADA PUNGLI? TETAP SEHAT DAN AMAN? KENANGAN INDAH? DOMISILI TURIS INFO WISATA JELAS & MENARIK? AKSES INFORMASI LUAS, VALID, DAN TERKINI? KEPUTUSAN PERJALANAN ANDIL INFORMASI? GATEWAY PULANG GATEWAY DATANG KESIAPAN DESTINASI? MOTIF DAN ATRAKSI SESUAI? KEBUTUHAN DAN FASILITAS TERPENUHI? KERAMAHAN TUAN RUMAH? LAMA TINGGAL DAN BELANJA BESAR? PENGALAMAN SPEKTAKULER? TURIS MERASA NYAMAN, AMAN, TERPESONA? DESTINASI KONEKTIVITAS WILAYAH TERBANGUN? ARMADA WISATA AMAN DAN NYAMAN? PORT DARAT LAUT UDARA MEMADAI? PROSES TRANSFERABILITAS TERJAMIN?

Referensi: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentan Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional 2010-2025 Inpres Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: PM.04/UM.001/MKP/2008 Konsep Sadar Wisata dan Sapta Pesona, www.wisatakandi.com/2010/2 Eddy Cahyono Sugiarto, Ekonomi Kreatif, http://www.setkab.go.id/artikel-6693-.html2 Semoga Paparan ringkas ini dapat membantu tumbuhnya kesadaran dalam melaksanakan Sapta Pesona dan mengimplementasikan nilai-nilai Sadar Wisata di Bumi Khatulistiwa.