BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Norvegicus) berkelamin jantan galur Sprague-Dawley berjumlah 30 ekor. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh REVO ASTRADA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

Effectivity Of Cherry Leaves Steeping (Muntingia calabura L.) To Endogenous Enzyme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berusia ± 2 bulan dengan berat badan gr. Subjek dibagi menjadi

Adnal Khemal Pasha Husein Putra Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan the

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

Diabetes melitus adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus)

BAB V PEMBAHASAN. Kadar glukosa darah pada penelitian ini, terjadi peningkatan pada masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. empat terbesar dari jumlah penderita DM dengan prevalensi 8,6% dari

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

Rianti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY ABSTRACT

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diinduksi aloksan, dengan perlakuan pemberian ekstrak Buah Jambu Biji (Psidium

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan Pretest Posttest with Control Group Design menggunakan hewan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1) DM tipe I atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Adanya kerusakan sel β pancreas akibat autoimun yang umumnya

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB VI PEMBAHASAN. dipanaskan selama 24 jam sampai terbentuk filtrat jernih, filtrat yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB IV METODE PENELITIAN. Biomedik. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

4. PEMBAHASAN 4.1. Formulasi Cookies

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

Daun Yakon dan Diabetes Mellitus

UJI ANTIDIABETES SECARA IN VIVO. Dwi Handayani Ni Luh Sukeningsih

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN. 2,3% pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Diperkirakan pada tahun

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) memperkirakan secara global PTM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelainan hati dapat diketahui dengan pemeriksaan kadar enzim dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

BAB III METODE PENELITIAN

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Prosedur

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Farmakologi, Farmasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci : Daun sukun (Artocarpus altilis (Parkinson Ex F.A.Zorn) Fosberg), antihiperglikemia, antihiperkolesterolemia, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

III. METODE PENELITIAN. kategori. Dan pada penelitian ini digunakan 3 sampel. pengukuran kadar

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum penelitian Telah dilakukan eksperimen penelitian efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Kolesterol dan Trigliseride pada tikus Diabetes Melitus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan menggunakan hewan uji tikus putih (Rattus novergicus) berkelamin jantan galur Sprague dawley sejumlah 30 ekor dengan berat badan tertinggi 220 gram dan berat badan terendah 134 gram. Subyek dipelihara dengan pencahayaan cukup dengan suhu ruangan 20-25 derajat celcius. Jenis makanan AD 2 ad libtium. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok 1 sebagai Kontrol negatif (hanya mendapatkan induksi streptozotocinnicotinamide), kelompok 2 sebagai kontrol positif (mendapatkan induksi streptozotocin-nicotinamide dan metformin dosis 0,9mg/200gramBB), kelompok 3 sebagai kelompok perlakuan 1 (mendapatkan induksi streptozotocin-nicotinamide dan perlakuan seduhan daun kersen 250mg/200gramBB), kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan 2 (mendapatkan induksi streptozotocin-nicotinamide dan perlakuan seduhan daun kersen 500mg/200gramBB), dan kelompok 5 sebagai kelompok perlakuan 3 (mendapatkan induksi streptozotocin-nicotinamide dan perlakuan seduhan daun kersen 750mg/200gramBB). Masing-masing 50

51 kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Perlakuan dilakukan selama 14 hari (Haqim, 2015). Seluruh tikus ditimbang berat badannya untuk mengetahui perkembangan berat badan selama penelitian. Tikus menjalani adaptasi di tempat pemeliharaan dengan suhu ruangan 25 0 C dan kelembaban 75% selama 7 hari. Ukuran kandang panjang 25 cm, lebar 12cm, dan tinggi 15 cm, masing-masing kandang terdapat 1 subyek.setelah adaptasi, tikus kemudian diukur berat badannya, kadar gula darah puasa (GDP), Kolesterol dan Trigliseride. Pengukuran berat badan dilakukan guna menentukan dosis streptozotocin-nicotinamide yang akan diberikan. Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum Induksi Streptozotocin-nicotinamide Kelompok Kontrol Negatif Kontrol Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Berat Badan (gram) ± SD 168,50 ± 21,9 179,83 ± 15,2 169,50 ± 16,1 176,17 ± 14,8 184,00 ± 10,6 Tabel 2 menunjukkan bahwa Rerata berat badan tikus tertinggi ada pada kelompok perlakuan 3 (750 mg kersen) dengan berat badan 184 gram dan rerata berat badan terendah ada pada kelompok kontrol negatif (hanya diberikan streptozotocin-nicotinamide tanpa perlakuan apapun) dengan berat badan 168,5 gram. Semua tikus memiliki berat badan lebih dari 150 mg. Kadar glukosa darah puasa didapatkan dari pembuluh darah sinus tikus yang sebelumnya dipuasakan 8 jam. Pengukuran kadar gula darah

52 puasa ini menggunakan metode enzimatik GOD-PAP. Sedangkan pengukuran Kolesterol dilakukan menggunakan GOP dan Trigliseride dilakukan menggunakan UV-test dengan metode CHOD-PAP. Setelah itu, dilanjutkan dengan injeksi nicotinamide 230mg/kgBB intraperitoneal 15 menit sebelum injeksi streptozotocin dosis 65mg/kgBB intravena. Setelah 5 hari setelah injeksi, berat badan tikus, kadar glukosa darah puasa, Kolesterol, dan Trigliseride diukur kembali. Pengukuran berat badan bertujuan untuk menentukan dosis metformin dan seduhan daun kersen yang akan diberikan ke masing-masing kelompok perlakuan. Tabel 3. Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Induksi Strettozotocin-Nicotinamide Kelompok Kontrol Negatif Kontrol Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Berat Badan (gram) ± SD 171,50 ± 21,99 183,67 ± 15,25 173,17 ± 15,80 179,83 ± 14,79 188,50 ± 11,60 Tabel 4 menunjukkan Rerata berat badan tikus tertinggi ada pada kelompok perlakuan 3 (750 mg kersen) dengan berat badan 188,5 gram dan rerata berat badan terendah ada pada kelompok kontrol negatif (hanya diberikan makan dan minum seperti biasa tanpa perlakuan apapun) dengan berat badan 171,5 gram. Pengambilan sampel darah kedua dilakukan 5 hari setelah induksi streptozotocin-nicotinamide, parameter yang diukur antara lain kadar gula darah puasa (GDP) untuk mengetahuipeningkatan/kenaikan gula darah/hiperglikemia sehingga tikus bisa dinyatakan diabetes melitus, serta

53 Kolesterol dan Trigliseride untuk mengetahui bahwa sudah terjadi kenaikan kadar lipid karena kenaikan gula darah tikus. Setelah diketahui kadar GDP,Kolesterol, serta Trigliseride meningkat, sampel pada kelompok I hanya diberikan aquades, kelompok II diberikan metformin 0,9mg/200gramBB/hari/tikus, kelompok III diberikan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) 250mg/200gramBB/hari/tikus, kelompok IV diberikan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L) 500mg/200gramBB/hari/tikus, dan kelompok V diberi seduhan daun kersen (Muntingia calabura L) 750mg/200gramBB/hari/tikus. Pengambilan sampel darah untuk menilai kadar gula darah puasa (GDP) Kolesterol, dan Trigliseride ketiga melalui pembuluh darah sinus orbita tikus dilakukan setelah 14 hari perlakuan guna menilai penurunan kadar GDP, Kolesterol dan Trigliseride. B. HASIL PENELITIAN Rata-rata kadar gula darah puasa(gdp), Kolesterol,serta Trigliseride sebelum dan sesudah induksi streptozotocin-nicotinamide diuji menggunakan analisis statistik paired sample t Test. Hasil uji paired sample t Testditunjukkan pada Tabel 4, 5, dan 6.

54 Tabel 4.Rerata GDP Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum dan Sesudah Induksi Streptozotocin-nicotinamide Glukosa Darah Puasa (mg/dl) ± SD Nilai p Sebelum STZ Sesudah STZ (paired-ttest) Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) 60,73 ± 2,26 59,47 ± 1,62 62,24 ± 1,72 59,97 ± 1,91 58,83 ± 2,08 213,32 ± 5,71 206,82 ± 1,91 211,00 ± 4,26 207,52 ± 2,22 211,84 ± 3,18 Tabel 4 menunjukkan terjadi peningkatan bermakna kadar GDP tikus putih (Rattus novergicus) setelah induksi streptozotocinnicotinamide(p<0,05). Seluruh kelompok dinyatakan sebagai tikus Diabetes Melitus dengan kadar GDP>135mg/dl (Puspitasari,2015). Tabel 5. Rerata Kolesterol Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum dan Sesudah Induksi Streptozotocin-nicotinamide Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Kadar Kolesterol (IU/l) ± SD Sebelum STZ Sesudah STZ 69,57 ± 1,99 72,59 ± 3,92 72,59 ± 3,48 73,40 ± 3,31 68,64 ± 4,71 179,3 ± 6,21 172,4 ± 1,87 177,0 ± 4,66 173,2 ± 2,28 177,3 ± 3,56 Nilai p (paired-ttest) Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan bermakna kadar Kolesterol pada tikus putih (Rattus novergicus) setelah induksi streptozotocin-nicotinamide (p<0,05). Kadar Kolesterol normal menurut Clinical Biochemical and Hematological Reference Values in Normal Experimental Animals and Normal Humans yaitu 26,0-82,4 mg/dl.

55 Tabel 6. Rerata Trigliseride Tikus Putih (Rattus novergicus) Sebelum dan Sesudah Induksi streptozotocin-nicotinamide Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Kadar Trigliseride (IU/l) ± SD Sebelum STZ Sesudah STZ 74,09 ± 5,39 75,98 ± 4,78 76,71 ± 4,90 71,76± 2,63 75,25 ± 1,71 147,08 ± 1,36 151,21 ± 1,68 151,82 ± 4,90 150,72 ± 2,63 152,91 ± 1,71 Nilai p (paired-ttest) Tabel 6 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bermakna kadar Trigliseride tikus putih (Rattus novergicus) setelah induksi streptozotocinnicotinamide(p<0,05). Kadar normal Trigliseride menurut Tandra (2008) yaitu <160 mg/dl. Tabel 5 dan tabel 6 membuktikan bahwa peningkatan glukosa darah puasa akibat induksi streptozotocin-nicotinamidemampu menaikan kadar lipid yang dibuktikan dengan kenaikan kadar Kolesterol pada tabel 5 dan Trigliseride pada tabel 6. Hasil analisis menunjukkan kadar GDP, Kolesterol, dan Trigliseride darah tikus putih (Rattus novergicus) pada semua kelompok didapatkan hasil peningkatan signifikan(p=). Hasil data sebelum dan sesudah diinduksi seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan dosis 250mg/200gramBB, 500mg/200gramBB dan 750mg/200gramBB akan diuji menggunakan analisis statistik paired sample t Test untuk menunjukkan adanya penurunan kadar GDP, Kolesterol, dan Trigliseride yang signifikan. Hasil uji paired sample t Test tersebut ditunjukkan pada tabel 7,8, dan 9.

56 Tabel 7. Rerata GDP tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah perlakuan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan paired sample t Test. Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Glukosa Darah Puasa (mg/dl) ± SD Sesudah STZ Sesudah Perlakuan 213,32 ± 5,71 206,82 ± 1,91 211,00 ± 4,26 207,52 ± 2,22 211,84 ± 3,18 214,22 ± 5,26 99,25 ± 1,57 157,65 ± 1,88 136,99 ± 2,35 103,11 ± 2,42 Nilai p (paired-ttest) 0,029 Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar GDP tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah diberi perlakuan (p<0,05). Penurunan kadar GDP terjadi pada kelompok kontrol positif, P1, P2, dan P3. Kadar GDP kelompok kontrol negatif tidak mengalami penurunan melainkan Peningkatan. Perbedaan kadar GDP sebelum dan sesudah perlakuan bisa dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini.

57 250 200 150 100 Sebelum Sesudah 50 0 Negatif Positif P1 P2 P3 Gambar 4. Perbandingan Kadar GDP Tikus Putih Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tabel 8. Rerata Kolesterol tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah perlakuan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan paired sample t Test. Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Kolesterol ± SD Sesudah STZ Sesudah Perlakuan 179,35 ± 6,21 172,46 ± 1,87 177,05 ± 4,66 173,21 ± 2,28 177.39 ± 3,56 180,34 ± 5,92 90,56 ± 1,73 146,74 ± 1,55 125,84 ± 2,01 93,48 ± 2,20 Nilai p (paired-ttest) 0,008 Tabel 8 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar Kolesterol tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah diberi perlakuan (p<0,05). Penurunan kadar Kolesterol terjadi pada kelompok kontrol positif, P1, P2, dan P3. Kadar Kolesterol kelompok kontrol negatif tidak mengalami penurunan melainkan Peningkatan. Perbedaan kadar

58 Kolesterol sebelum dan sesudah perlakuan bisa dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini. 80 70 60 50 40 30 Sebelum Sesudah 20 10 0 Negatif Positif P1 P2 P3 Gambar 5. Perbandingan Kadar Kolesterol Tikus Putih Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tabel 9. Rerata Trigliseride tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah perlakuan seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan paired sample t Test. Negatif Positif P1(250 mg kersen) P2(500 mg kersen) P3(750 mg kersen) Rerata Trigliseride ± SD Sesudah STZ Sesudah Perlakuan 147,08 ± 1,36 151,21 ± 1,68 151,82 ± 4,90 150,72 ± 2,63 152,91 ± 1,71 147,85 ± 1,53 90,39 ± 2,01 120,99 ± 1,85 106,16 ± 2,75 91,57 ± 2,79 Nilai p (paired-ttest) 0,001 Tabel 9 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar Trigliseride tikus putih (Rattus novergicus) sebelum dan sesudah diberi perlakuan (p<0,05). Penurunan kadar Trigliseride terjadi pada kelompok kontrol positif, P1, P2, dan P3. KadarTrigliseride kelompok kontrol negatif

59 tidak mengalami penurunan melainkan Peningkatan. Perbedaan kadar Trigliseride sebelum dan sesudah perlakuan bisa dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini. 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Negatif Positif P1 P2 P3 Sebelum Sesudah Gambar 6. Perbandingan Kadar Trigliseride Tikus Putih Sebelum dan Sesudah Perlakuan Tabel 10. Selisih Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Perlakuan dan Sebelum Perlakuan Kelompok Rerata Penurunan GDP±SD (mg/dl) Negatif 0,90 ± 0,72 Positif -107,56 ± 0,53 P1 (250mg Kersen) -53,34 ± 3,36 P2 (500mg Kersen) -70,53 ± 0,75 P3 (750mg Kersen) -108,72 ±1,82 Nilai p (One Way Anova) Tabel 10 menunjukkan rerata penurunan kadar glukosa darah puasa tikus sesudah diberi perlakuan selama 14 hari dan sebelum diberikan perlakuan. Kelompok yang mengalami penurunan tertinggi yaitu kelompok seduhan daun kersen 750mg/200gramBB (P3) dengan nilai -108,72 mg/dl. Kelompok yang mengalami penurunan terendah yaitu kelompok seduhan

60 daun kersen 250mg/200gramBB dengan nilai -53,34. Kelompok yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa yaitu kontrol negatif dengan nilai 0,90. Perbedaan yang bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan pada penelitian yang ditunjukkan nilai p= (<0,05). Tabel 11. Selisih Penurunan Kadar Kolesterol Tikus Putih (Rattus novergicus) Sesudah Perlakuan dan Sebelum Perlakuan Kelompok Rerata Penurunan Kolesterol±SD (mg/dl) Negatif 0,985 ± 0,56 Positif -81,91 ± 1,27 P1 (250mg Kersen) -30,31 ± 4,38 P2 (500mg Kersen) -47,36 ± 1,38 P3 (750mg Kersen) -83,90 ± 2,69 Nilai p (One Way Anova) Tabel 11 menunjukkan rerata selisih (penurunan dan peningkatan) kadar Kolesterol tikus sesudah diberi perlakuan dan sebelum diberikan perlakuan. Kelompok yang mengalami penurunan tertinggi yaitu kelompok P3 dengan nilai -83,90 mg/dl. Kelompok yang mengalami penurunan terendah yaitu kelompok seduhan daun kersen 250mg/200gramBB (P1) dengan nilai -30,31 mg/dl. Kelompok yang mengalami peningkatan yaitu kelompok kontrol negatif dengan nilai 0,985 mg/dl. Perbedaan yang bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan pada penelitian yang ditunjukkan dengan nilai p= (<0,05).

61 Tabel 12. Selisih Penurunan Kadar Trigliseride Tikus Putih (Rattus Novergicus) Sesudah Perlakuan dan Sebelum Perlakuan Kelompok Rerata Penurunan Trigliseride±SD (mg/dl) Negatif 0,725 ± 0,26 Positif -60,82 ± 1,04 P1 (250mg Kersen) -30,82 ± 6,08 P2 (500mg Kersen) -44,56 ± 3,57 P3 (750mg Kersen) -61,34 ± 3,01 Nilai p (One Way Anova) Tabel 12 menunjukkan rerata selisih (penurunan dan peningkatan) kadar Trigliseride tikus sesudah diberi perlakuan dan sebelum diberikan perlakuan. Kelompok yang mengalami penurunan tertinggi yaitu kelompok P3 dengan nilai -61,34 mg/dl. Kelompok yang mengalami penurunan terendah yaitu kelompok seduhan daun kersen 250mg/200gramBB dengan nilai -30,82 mg/dl. Kelompok yang mengalami peningkatan yaitu kelompok kontrol negatif dengan nilai 0,725 mg/dl. Perbedaan yang bermakna terdapat pada semua kelompok percobaan pada penelitian yang ditunjukkan dengan nilai p= (<0,05). C. PEMBAHASAN Pada penelitan tentang pengaruh seduhan daun kersen (Muntingia Calabura L) terhadap kadar profil lipid Kolesterol dan trigliseride pada tikus putih yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide, hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus Novergicus) strain Sprague dawley. Alasan penelitian ini menggunakan tikus dikarenakan tikus memiliki kemampuan metabolic yang relative cepat sehingga sensitive bila

62 digunakan dalam penilitian yang berhubungan dengan metabolic tubuh, selain itu perawatannyapun relative mudah dan pengambilan darahnya bisa dalam jumlah besar (Kusumawati, 2004). Tahap awal tikus dibuat menjadi DM dengan menginduksinya dengan menggunakan sreptozotocin 65mg/kgbb dan nicotinamide 230mg/kgbb selanjutnya tikus dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok control negative, control positive, P1 (250mg kersen), P2 (500mg kersen), P3 750mg kersen) selama 14 hari. Hasil analisis gula darah puasa (GDP) tikus putih sebelum dan sesudah induksi strepzotocin-nicotinamide dengan menggunakan paired-ttest menunjukan perbedaan bermakna pada 5 kelompok dengan nilai p= (p<0,05). Seluruh sampel mengalami kenaikan gula darah puasa (GDP) setelah induksi streptozotocin-nicotinamide. Hal ini sesuai dengan pernyataan puspitasari(2015) bahwa sample tikus dinyatakan DM tipe 2 apabila GDP > 135mg/dl. Streptozotocin (STZ) atau 2-deoksi-2-[3-(metil-3-nitrosoureido)-Dgluko piranose] diperoleh dari Streptomyces achromogenes yang dapat digunakan untuk menginduksi baik DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan uji (Arulmozhi et al., 2004). Mekanisme kerja Streptozotocin terhadap sel β pankreas melalui kerusakan DNA. Kerusakan DNA tersebut nantinya menghambat sekresi dan sintesis insulin. Produksi ATP mitokondria yang terbatas selanjutnya mengakibatkan pengurangan secara drastis nukleotida sel β pancreas (Szkudelski, 2001). Selain itu, streptozotocin merupakan

63 donor nitric oxide (NO) yang juga mempunyai kontribusi terhadap kerusakan sel β pankreas melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan pembentukan cyclic guanosine monophosphate (cgmp). Nitric oxide dihasilkan sewaktu streptozotocin mengalami metabolisme dalam sel (Lenzen, 2008). Nicotinamide, piridin-3-karboksamida, adalah vitamin B3 (niacin) derivate dengan kapasitas antioksidan yang mengurangi tindakan sitotoksik STZ (Szkudelski, 2012). Nicotinamide (NA) adalah penangkap radikal bebas oksigen dan NO, serta menyediakan NAD+. NA juga meningkatkan regenerasi dan pulau pertumbuhan sel β-sel dan menghambat apoptosis (Pandya et al., 2010). Data dari literature menyimpulkan bahwa mekanisme proteksi Nicotinamide terhadap kerusakan sel beta pankreas yang ditimbulkan oleh Streptozotocin, melalui 2 mekanisme, yaitu inhibisi PARP-1, dan peningkatan NAD+, dimana mekanisme lain kurang berperan (Szkudelski, 2012). Model tikus yang diinduksi streptozotocin-nicotinamide untuk mendapatkan tikus DM tipe 2 telah dilakukan di berbagai penelitian. Penilitian dilakukan oleh Vembriarto Jati Pramono dan Rahmad Santoso (2014) membuktikan tikus putih yang diinduksi streptozotocin dapat menjadi diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan Atip Nur Wahyunani (2006) juga menyatakan bahwa tikus yang diinduksi streptozotocin dengan dosis 60 mg/kgbb dapat menjadi diabetes melitus setelah 7 hari.

64 Hasil analisis gula darah puasa (GDP) sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan paired-t-test menunjukan perbedaan bermakna pada 5 kelompok dengan nilai p= (p<0,05). Kelompok kontrol positif, P1(250mg kersen),p2(500mg kersen),p3(750mg kersen), mengalami penurunan kadar gula darah puasa (GDP). Namun Pada kelompok kontrol negatif tidak mengalami penurunan melainkan mengalami peningkatan dari kelompok lainya. Dilakukan uji analisis post hoc guna mengetahui dosis seduhan manakah yang paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah puasa (GDP). Hasil uji post hoc menunjukan penurunan kadar gula darah puasa (GDP) yang paling efektif terdapat pada kelompok P3(750mg kersen) dengan selisih penurunan 108,72 mg/dl. Sehingga dapat dikatakan daun kersen dengan dosis 750mg efektif dalam menurunkan kadar GDP. Hasil analisis kolesterol sebelum dan sesudah induksi streptozotocin-nicotinamide dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan peningkatan yang bermakna pada 5 kelompok dengan nilai p=(p<0,05). Peningkatan kolsterol ini berbading lurus dengan peningkatan gula darah puasa (GDP). Menurut Tjokroprawiro(1995) pada keadaan diabetes mellitus mempunyai efek yang cukup nyata terhadap kadar kolesterol dalam darah. Hasil analisis kolesterol sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan perbedaan hasil yang bermakna dengan nilai p=(p<0,05). Pada hasil analisis didpatkan nilai

65 penurunan kolesterol paling besar terdapat pada kelompok P3(750mg kersen) dengan nilai penurunan yaitu 83,90 mg/dl dan disusul oleh kelompok control positif dengan selisih penurunan 81,91 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa seduhan daun kersen mampu menurunkan kadar kolesterol karena didalam seudahan daun kersen mengandung flavonoid yaitu senyawa antioksidan yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah pada tikus diabetes mellitus. Berikut mekanisme flavonoid dalam menurunkan kadar kolesterol pada diabetes mellitus : Flavanoid antiokisdan menangkap radikal bebas melepas H berikatan dengan 1RB radikal peroksi distabilkan energy aktifasi menghalangi oksidasi LDL menurunkan kolesterol (Nurwahyunani, 2006). Hasil analisis Trigliseride sebelum dan sesudah induksi streptozotocin-nicotinamide dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan peningkatan yang bermakna pada 5 kelompok dengan nilai p=(p<0,05). Sama halnya dengan kolesterol, peningkatan Trigliseride ini juga berbading lurus dengan peningkatan gula darah puasa (GDP). Tingginya kadar trigliseride dikarenakan kadar glukosa dalam darah meningkat, glukosa dalam darah akan diubah menjadi energy sesuai kebutuhan, glukosa yang berlebihan sebagian akan diubah menjadi lipid melalui proses lipogenesis. Secara otomatis jika setiap hari asupan glukosa berlebihan maka kadar lipid akan meningkat. Energy yang diperoleh dari proses lipogenesis mengakibatkan tingginya kadar trigliseride. Hal ini

66 yang menyebabkan kadar trigliseride meningkat. Selain itu tingginya trigliseride juga dipengaruhi adanya kilomikron dan VLDL. Kilomikron berfungsi membawa trigliseride yang berasal dari makanan, sedangkan VLDL sebagai sarana untuk mengekspor trigliseride ke jaringan perifer. Hasil analisis trigliseride sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan paired-t-test menunjukkan perbedaan hasil yang bermakna dengan nilai p=(p<0,05). Pada hasil analisis didpatkan nilai penurunan trigliseride paling besar terdapat pada kelompok P3(750mg kersen) dengan nilai penurunan yaitu 61,34 mg/dl dan disusul oleh kelompok control positif dengan selisih penurunan 60,82 mg/dl. Hal ini menunjukan bahwa seduhan daun kersen dengan dosis 750 mg/dl, mampu menurunkan kadar trigliseride. Hal ini dikarenakan adanya kandungan antioksidan pada daun kersen. Antioksidan dikenal dengan zat yang dapat meredam atau menetralisir dampak negative dari radikal bebas. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang dihubungkan dengan aktifitas radikal bebas yang menyebabkan kerusakan oksidatif pada beberapa jaringan (Jung, 2006). Flavanoid dapat berperan sebagai antioksidan yang mampu menurunkan stress oksidatif sehingga menimbulkan efek protektif terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin (Kaneto et al, 1999). Flavanoid terutama quercetin merupakan penghambat terhadap GLUT 2 pada mukosa usus, suatu lintasan absorpsi glukosa dan fruktosa pada membran usus. Mekanisme penghambatan ini bersifat nonkompetitif sehingga terjadi pengurangan penyerapan kadar glukosa

67 darah (Oran et al, 2002). Penghambatan GLUT 2 usus dapat menjadi terapi potensial untuk mengatur kadar glukosa darah.