BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang progresif dengan gejala motorik dan non motorik yang bervariasi (Thenganatt & Jankovic, 2014). Penyakit Parkinson disebabkan oleh proses degeneratif spesifik yang mengenai neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Rowland, 2005). Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif tersering setelah demensia Alzheimer (PERDOSSI, 2008). Penyakit Parkinson lebih banyak terjadi pada lanjut usia dan jarang terjadi pada individu yang berumur kurang dari 30 tahun. Penyakit Parkinson lebih sering ditemukan pada umur 40-70 tahun, dengan rata-rata pada umur 58-62 tahun dan hanya sekitar 5% yang terjadi pada umur dibawah 40 tahun (PERDOSSI, 2013). Insidensi penyakit Parkinson lebih tinggi pada laki-laki, tertinggi pada ras Kaukasian, dan insidensi yang lebih rendah ditemukan pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika. Faktor lingkungan sudah terbukti sebagai faktor risiko terjadinya penyakit Parkinson (Sharma, 2008). Prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara diperkirakan sekitar 160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian 20 per 100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit Parkinson semakin meningkat seiring bertambahnya umur. Prevalensi penyakit Parkinson diperkirakan sekitar 1% pada umur 65 tahun. Kelompok
umur 70 tahun prevalensinya meningkat mencapai 120 dengan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Prevalensi ini dapat meningkat terus sampai mencapai 4-5% pada umur 85 tahun atau lebih. Penyakit Parkinson lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:2. Di Indonesia, prevalensi penyakit Parkinson diperkirakan sekitar 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk saat itu sebesar 238.452.952 (Noviani et al., 2010). Kematian pada pasien Parkinson biasanya bukan disebabkan oleh penyakit Parkinson itu sendiri namun lebih dikarenakan infeksi sekunder yang terjadi (Joesoef, 2007). Patofisiologi terjadinya penyakit Parkinson yang sudah diketahui antara lain adalah adanya stres oksidatif, disfungsi mitokondria, eksitotoksisitas, inflamasi dan kelemahan pada sistem ubiquitin proteasom (Seidl & Potashkin, 2011). Stres oksidatif yang terjadi di otak memiliki peranan penting terutama pada awal onset penyakit Parkinson dan dapat menyebabkan peningkatan kerusakan oksidatif di substansia nigra (Prasad et al., 1999). Penyakit Parkinson memiliki gejala kardinal motorik yakni tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia dan instabilitas postural (Fahn, 2003). Penyakit Parkinson juga memiliki gejala non motorik seperti gejala psikiatri berupa depresi, cemas, halusinasi, psikosis, delusi atau waham dan gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh pengobatan anti-parkinson itu sendiri ataupun merupakan bagian dari perjalanan alamiah penyakitnya. Gangguan fungsi kognitif, gangguan saluran pencernaan, gangguan sensorik, akatisia, gangguan penciuman, serta gangguan otonom juga merupakan gejala non motorik yang dapat muncul pada penyakit Parkinson.
Gejala motorik penyakit Parkinson digunakan untuk menegakkan diagnosis, namun gejala non motorik memiliki peranan penting sebagai determinan kualitas hidup pasien Parkinson (PERDOSSI, 2013). Pada penelitian kohort yang dilakukan oleh McDermott et al. (1995) ditemukan terdapat dua subtipe penyakit Parkinson yakni subtipe yang memiliki klinis tremor lebih dominan (tremor dominant) dan klinis instabilitas postural atau gait yang dominan (postural instability gait disorder). Kedua subtipe Parkinson tersebut memiliki perbedaan dalam hal klinis, imaging, genetik, dan tanda patologis (Marras & Lang, 2013). Parkinson dengan subtipe tremor dominant (TD) menunjukkan progresivitas yang lebih lambat dan memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan subtipe postural instability gait disorder (PIGD) (Thenganatt & Jankovic, 2014). Kualitas hidup pada subtipe PIGD dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan subtipe TD (Hariz & Forsgren, 2011). Penelitian tentang perbedaan kualitas hidup pada subtipe Parkinson belum banyak dilakukan. Penyakit Parkinson dengan TD dan PIGD memiliki bentuk gejala non motorik yang berbeda. Sebagian besar penelitian melaporkan subtipe PIGD berhubungan erat dengan demensia, depresi, gangguan sensorik dan otonom dibandingkan dengan subtipe TD. Pada penelitian di Cina yang dilakukan oleh Liu et al. (2011) menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada gangguan tidur, konstipasi, dan gejala psikiatrik. Berbagai penelitian tentang kualitas hidup pasien Parkinson terutama pada subtipe Parkinson belum banyak dilakukan, sedangkan di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian mengenai kualitas hidup pada subtipe Parkinson yang berbeda.
Perbedaan tempat dan populasi dapat menimbulkan perbedaan hasil karena faktor ras dan lingkungan terbukti merupakan variabel perancu yang dapat sangat berpengaruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien Parkinson subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder di Indonesia, khususnya populasi di Yogyakarta dan sekitarnya, yang pada akhirnya diharapkan dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan kesehatan bagi pasien Parkinson. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil beberapa masalah, yaitu; 1) Prevalensi penyakit Parkinson yang semakin meningkat setiap tahun seiring meningkatnya umur. 2) Penelitian tentang kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe yang berbeda belum pernah dilakukan di Indonesia. 3) Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien Parkinson namun asesmen yang komprehensif masih sangat jarang dilakukan. C. Pertanyaan Penelitian Apakah kualitas hidup pasien Parkinson subtipe tremor dominant lebih baik dibandingkan subtipe postural instability gait disorder?
D. Tujuan Penelitian Mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder. E. Manfaat Penelitian 1) Memberikan informasi tentang kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder sehingga dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan kesehatan terhadap penyakit Parkinson. 2) Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien Parkinson terutama pada subtipe yang berbeda sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pasien penyakit Parkinson ke depan dengan melakukan asesmen dan intervensi yang komprehensif. 3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dan informasi bagi institusi pendidikan dan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan beberapa penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup pada pasien Parkinson subtipe TD dan PIGD sesuai dengan tabel 1.
Tabel 1. Penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup pada pasien Parkinson subtipe TD dan PIGD No Penelitian Judul Metode Alat ukur Hasil 1. Reijnders et al., 2009 2. Hariz & Forsgren, 2011 3. Wu et al., 2015 4. Penelitian Sekarang The Association Between Motor Subtypes and Psychopathology in Parkinson s Disease Activities of Daily Living and Quality of Life in Persons With Newly Diagnosed Parkinson s Disease According to Subtype of Disease, and in Comparison to Healthy Control Non Motor Symptoms and Quality of Life in Tremor Dominant vs Postural Instability Gait Disorder Parkinson s Disease Patients Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Parkinson Subtipe Tremor Dominan dan Postural Instability Gait Disorder Study Study Study UPDRS Montgomery- Asberg Depression Rating Scale MMSE ADL SF-36 PDQ-39 NMSS HDRS HARS MMSE ACE-R PDQ-39 UPDRS PDQ-39 MoCA-Ina NMSQ Subtipe non TD berhubungan dengan gangguan kognitif, depresi, dan halusinasi yang memiliki prognosis dan kualitas hidup lebih buruk. Pasien dengan subtipe PIGD memiliki klinis, ADL dan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan subtipe TD Subtipe PIGD memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya gejala non motorik dan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk.?
Penelitian yang akan dilakukan adalah Perbandingan Kualitas Hidup Pada Pasien Parkinson Subtipe Tremor Dominant dan Postural Instability Gait Disorder, dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan alat ukur Unified Parkinson s Disease Rating Scale (UPDRS), Parkinson Disease Questionnaire/PDQ-39, Non Motoric Symptoms Questionnaire, MoCA-Ina.