BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel : Epidemiologi PD (Connlolly & Lang, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

PENGARUH METODE SENAM PARKINSON UNTUK MENINGKATKAN KESEIMBANGAN PADA PENDERITA PARKINSON DESEASE

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari resting tremor, rigiditas dan akinesia atau bradikinesia, yang disertai

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

Gejala dan Diagnosis Penyakit Parkinson. Esdras Ardi Pramudita RS Panti Rapih Yogyakarta 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dialami oleh perempuan daripada laki-laki, khususnya pada awal melahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang akan semakin berisiko mengalami demensia dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperhatikan. Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, stroke dapat

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

HUBUNGAN DERAJAT KLINIS DAN GANGGUAN KOGNITIF PADA PENDERITA PARKINSON DENGAN MENGGUNAKAN MONTREAL COGNITIVE ASSESMENT VERSI INDONESIA (MOCA-INA)

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom neurokutaneus merupakan sekelompok besar kelainan kongenital

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyebut suatu kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

Gambaran fungsi kognitif penderita parkinson di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

1 BAB I PENDAHULUAN. Mood disorders atau gangguan emosional merupakan. salah satu gangguan mental yang umum terjadi. Sekitar 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Millati Hanifah, 2013

DEPRESI BERKORELASI DENGAN RENDAHNYA KUALITAS HIDUP PENDERITA PARKINSON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

GAMBARAN COPING SKILL PADA INDIVIDU YANG MENDERITA PENYAKIT PARKINSON. Nancy Naomi GP Aritonang, M.Psi Universitas HKBP Nommensen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) dan Cytomegalovirus (CMV) pada

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan terhadap golongan pelajar ini dapat menyebabkan pola tidur-bangun. berdampak negatif terhadap prestasi belajarnya.

Sindrom ekstrapiramidal (EPS)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sifatnya primer ataupun yang merupakan metastasis dari tumor pada organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (lanjutan) Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN jiwa (7,18 persen), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seorang ibu yang didefinisikan sebagai penyatuan sperma dan ovum kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Rinitis alergika merupakan penyakit kronis yang cenderung meningkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

ASSALAMU ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA BARAKATUH

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

BAB 1. PENDAHULUAN. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika dalam Diagnostic and Statistical Manual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang progresif dengan gejala motorik dan non motorik yang bervariasi (Thenganatt & Jankovic, 2014). Penyakit Parkinson disebabkan oleh proses degeneratif spesifik yang mengenai neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (Rowland, 2005). Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif tersering setelah demensia Alzheimer (PERDOSSI, 2008). Penyakit Parkinson lebih banyak terjadi pada lanjut usia dan jarang terjadi pada individu yang berumur kurang dari 30 tahun. Penyakit Parkinson lebih sering ditemukan pada umur 40-70 tahun, dengan rata-rata pada umur 58-62 tahun dan hanya sekitar 5% yang terjadi pada umur dibawah 40 tahun (PERDOSSI, 2013). Insidensi penyakit Parkinson lebih tinggi pada laki-laki, tertinggi pada ras Kaukasian, dan insidensi yang lebih rendah ditemukan pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika. Faktor lingkungan sudah terbukti sebagai faktor risiko terjadinya penyakit Parkinson (Sharma, 2008). Prevalensi penyakit Parkinson di Amerika Utara diperkirakan sekitar 160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian 20 per 100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit Parkinson semakin meningkat seiring bertambahnya umur. Prevalensi penyakit Parkinson diperkirakan sekitar 1% pada umur 65 tahun. Kelompok

umur 70 tahun prevalensinya meningkat mencapai 120 dengan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Prevalensi ini dapat meningkat terus sampai mencapai 4-5% pada umur 85 tahun atau lebih. Penyakit Parkinson lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:2. Di Indonesia, prevalensi penyakit Parkinson diperkirakan sekitar 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk saat itu sebesar 238.452.952 (Noviani et al., 2010). Kematian pada pasien Parkinson biasanya bukan disebabkan oleh penyakit Parkinson itu sendiri namun lebih dikarenakan infeksi sekunder yang terjadi (Joesoef, 2007). Patofisiologi terjadinya penyakit Parkinson yang sudah diketahui antara lain adalah adanya stres oksidatif, disfungsi mitokondria, eksitotoksisitas, inflamasi dan kelemahan pada sistem ubiquitin proteasom (Seidl & Potashkin, 2011). Stres oksidatif yang terjadi di otak memiliki peranan penting terutama pada awal onset penyakit Parkinson dan dapat menyebabkan peningkatan kerusakan oksidatif di substansia nigra (Prasad et al., 1999). Penyakit Parkinson memiliki gejala kardinal motorik yakni tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia dan instabilitas postural (Fahn, 2003). Penyakit Parkinson juga memiliki gejala non motorik seperti gejala psikiatri berupa depresi, cemas, halusinasi, psikosis, delusi atau waham dan gangguan tidur yang dapat disebabkan oleh pengobatan anti-parkinson itu sendiri ataupun merupakan bagian dari perjalanan alamiah penyakitnya. Gangguan fungsi kognitif, gangguan saluran pencernaan, gangguan sensorik, akatisia, gangguan penciuman, serta gangguan otonom juga merupakan gejala non motorik yang dapat muncul pada penyakit Parkinson.

Gejala motorik penyakit Parkinson digunakan untuk menegakkan diagnosis, namun gejala non motorik memiliki peranan penting sebagai determinan kualitas hidup pasien Parkinson (PERDOSSI, 2013). Pada penelitian kohort yang dilakukan oleh McDermott et al. (1995) ditemukan terdapat dua subtipe penyakit Parkinson yakni subtipe yang memiliki klinis tremor lebih dominan (tremor dominant) dan klinis instabilitas postural atau gait yang dominan (postural instability gait disorder). Kedua subtipe Parkinson tersebut memiliki perbedaan dalam hal klinis, imaging, genetik, dan tanda patologis (Marras & Lang, 2013). Parkinson dengan subtipe tremor dominant (TD) menunjukkan progresivitas yang lebih lambat dan memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan subtipe postural instability gait disorder (PIGD) (Thenganatt & Jankovic, 2014). Kualitas hidup pada subtipe PIGD dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan subtipe TD (Hariz & Forsgren, 2011). Penelitian tentang perbedaan kualitas hidup pada subtipe Parkinson belum banyak dilakukan. Penyakit Parkinson dengan TD dan PIGD memiliki bentuk gejala non motorik yang berbeda. Sebagian besar penelitian melaporkan subtipe PIGD berhubungan erat dengan demensia, depresi, gangguan sensorik dan otonom dibandingkan dengan subtipe TD. Pada penelitian di Cina yang dilakukan oleh Liu et al. (2011) menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada gangguan tidur, konstipasi, dan gejala psikiatrik. Berbagai penelitian tentang kualitas hidup pasien Parkinson terutama pada subtipe Parkinson belum banyak dilakukan, sedangkan di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian mengenai kualitas hidup pada subtipe Parkinson yang berbeda.

Perbedaan tempat dan populasi dapat menimbulkan perbedaan hasil karena faktor ras dan lingkungan terbukti merupakan variabel perancu yang dapat sangat berpengaruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien Parkinson subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder di Indonesia, khususnya populasi di Yogyakarta dan sekitarnya, yang pada akhirnya diharapkan dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan kesehatan bagi pasien Parkinson. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil beberapa masalah, yaitu; 1) Prevalensi penyakit Parkinson yang semakin meningkat setiap tahun seiring meningkatnya umur. 2) Penelitian tentang kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe yang berbeda belum pernah dilakukan di Indonesia. 3) Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien Parkinson namun asesmen yang komprehensif masih sangat jarang dilakukan. C. Pertanyaan Penelitian Apakah kualitas hidup pasien Parkinson subtipe tremor dominant lebih baik dibandingkan subtipe postural instability gait disorder?

D. Tujuan Penelitian Mengetahui perbandingan kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder. E. Manfaat Penelitian 1) Memberikan informasi tentang kualitas hidup pasien Parkinson pada subtipe tremor dominant dan postural instability gait disorder sehingga dapat menjadi bahan evaluasi pelayanan kesehatan terhadap penyakit Parkinson. 2) Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien Parkinson terutama pada subtipe yang berbeda sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pasien penyakit Parkinson ke depan dengan melakukan asesmen dan intervensi yang komprehensif. 3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dan informasi bagi institusi pendidikan dan sebagai landasan bagi penelitian selanjutnya. F. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan beberapa penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup pada pasien Parkinson subtipe TD dan PIGD sesuai dengan tabel 1.

Tabel 1. Penelitian mengenai perbedaan kualitas hidup pada pasien Parkinson subtipe TD dan PIGD No Penelitian Judul Metode Alat ukur Hasil 1. Reijnders et al., 2009 2. Hariz & Forsgren, 2011 3. Wu et al., 2015 4. Penelitian Sekarang The Association Between Motor Subtypes and Psychopathology in Parkinson s Disease Activities of Daily Living and Quality of Life in Persons With Newly Diagnosed Parkinson s Disease According to Subtype of Disease, and in Comparison to Healthy Control Non Motor Symptoms and Quality of Life in Tremor Dominant vs Postural Instability Gait Disorder Parkinson s Disease Patients Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Parkinson Subtipe Tremor Dominan dan Postural Instability Gait Disorder Study Study Study UPDRS Montgomery- Asberg Depression Rating Scale MMSE ADL SF-36 PDQ-39 NMSS HDRS HARS MMSE ACE-R PDQ-39 UPDRS PDQ-39 MoCA-Ina NMSQ Subtipe non TD berhubungan dengan gangguan kognitif, depresi, dan halusinasi yang memiliki prognosis dan kualitas hidup lebih buruk. Pasien dengan subtipe PIGD memiliki klinis, ADL dan kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan subtipe TD Subtipe PIGD memiliki prevalensi yang lebih tinggi untuk terjadinya gejala non motorik dan memiliki kualitas hidup yang lebih buruk.?

Penelitian yang akan dilakukan adalah Perbandingan Kualitas Hidup Pada Pasien Parkinson Subtipe Tremor Dominant dan Postural Instability Gait Disorder, dengan desain cross sectional dan dengan menggunakan alat ukur Unified Parkinson s Disease Rating Scale (UPDRS), Parkinson Disease Questionnaire/PDQ-39, Non Motoric Symptoms Questionnaire, MoCA-Ina.