Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

dokumen-dokumen yang mirip
COSMETIC STABILITY. Rabu, 18 Nopember 2004, Hotel Menara Peninsula, Slipi, Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

METODE PENGUJIAN STABILITAS Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan zat obat atau produk obat untuk tetap di dalam spesifikasi yang dibentuk untuk

PEMBAHASAN. I. Definisi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

UJI EVALUASI SEDIAAN SEMI SOLID

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

III. METODOLOGI PENELITIAN

Rendemen APG dihitung berdasarkan berat APG yang diperoleh setelah dimurnikan dengan berat total bahan baku awal yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Ponia Andriyanti 1, Dwi Indriati 2, Sri Wardatun 3 Program Studi Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

Anis Marfu ah, Assisten Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten 2

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sediaan Topikal. Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

LAMPIRAN 1 CARA KERJA PENGUJIAN FISIKOKIMIA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

FORMULASI DAN UJI STABILITAS SIRUP TEPUNG KANJI. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sultan Agung Semarang 2

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK GEL EKSTRAK DAUN BINAHONG (Andredera cordifolia) Surya Ningsi, Dwi Wahyuni Leboe, Sri Armaya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

MATERIA MEDIKA INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

Transkripsi:

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat/kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama priode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (shelf-life) (Joshita, 2008). Stabilitas suatu produk ditunjang oleh dua hal yaitu kestabilan isi kandungan dan interaksi antara isi kandungan dengan wadah. Stabilitas produk yaitu stabilitas dari produk yang disimpan dalam wadah inert dan tidak permeable yang tidak berinteraksi dan sepenuhnya melindungi produk dari atmosfir. Stabilitas produkwadah termasuk semua interaksi yang mungkin terjadi antara produk dari wadah misalnya absorpsi konstituen wadah oleh produk, korosi atau efek produk, korosi atau efek buruk lain dari produk dari wadah dan sifat barner wadah (Djajadisastra, 2004). Jenis stabilitas yang umum dikenal adalah stabilitas kimia, fisika, mikrobiologi, terapi, dan toksikologi. 1. Stabilitas kimia adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahnkan keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi. 2. Stabilitas fisika adalah kemampuan suatu sediaan untuk mempertahankan pemerian, rasa, keseragaman, kelarutan, dan sifat fisika lainnya. 3. Stabilitas mikrobiologi adalah sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankansesuai dengan persyaratan yang dinyatakan. 4. Stabilitas terapi adalah kemampuan suatu sediaan untuk menghasilkan efek terapi yang tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan. 5. Stabilitas toksikologi adalah mengacu pada tidak terjadinya peningkatan toksisitas yang bermakna selama waktu simpan. (Djajadisastra, 2008) 1

Ketidakstabilan kimia sediaan ditandai dengan berkurangnya konsentrasi zat aktif karena terjadi reaksi atau interaksi kimia, terjadi reaksi atau interaksi kimia, rusaknya eksipien karena hidrolisis dan reaksi sejenis serta oembentukan senyawa lain. Ketidakstabilan fisik sediaan ditandai dengan adanya pemucatan warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase, pecahnya emulsi, pengendapan suspensi (caking), perubahan konsistensi, pertumbuhan kristal atau perubahan bentuk kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya. Kestabilan fisik emulsi atau suspensi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kimia dari emulgator, suspending agent, antioksidan, pengawet dan bahan aktif. Ketidakstabilan mikrobiologi sediaan ditandai dengan pertumbuhan mikroorganisme yang tampak maupun tidak tampak seperti Aspergillus niger, Candida albicans, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escheria coli, yang mencemari produk pada waktu pembuatan (Djajadisastra, 2004). Uji stabilitas sendiri ada 2 jenis, yaitu uji stabilitas dipercepat dan uji stabilitas jangka panjang. Pada uji stabilitas jangka panjang untuk produk baru biasanya pengujian dilakukan pada suhu kamar yang dikendalikan (30 o C + 2 o C ) dengan kelembaban nisbi ruangan 75% + 5%, kecuali untuk obat yang peka terhadap suhu dilakukan pada suhu rendah (5 o C + 2 o C) dengan rentang waktu pengujian pada bulan 0, 3, 9, 12, 18, 24, 36, 48, dan 60. Biasanya pengujian dilakukan sampai bulan ke-36, tetapi apabila masih memenuhi syarat pengujian harus diteruskan sampai bulan ke-60. Pada uji stabilitas dipercepat, obat disimpan pada kondisi ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber, obat dalam kemasan aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 2 o C dan kelembapan 75 ± 5% sedangkan uji stabilitas jangka panjang, obat dipaparkan pada suhu 25±20 o C dan kelembaban 60±5%. Pada bulan-bulan tertentu, obat yang disimpan dalam lemari climatic chamber (pada uji stabilitas dipercepat) maupun pada uji stabilitas jangka panjang, akan diuji kualitas fisika, kimia maupun mikrobiologinya. Data hasil pengujian tersebut akan diolah secara statistika, sampai akhirnya kita menemukan tanggal kadaluarsa (masa edar) secara kuantitatif, dan tanggal tersebutlah yang akan dijadikan patokan kadaluarsa obat yang nantinya harus dicantumkan dalam kemasan obat. Sediaan semisolid umumnya berupa suspensi dan emulsi. Untuk uji stabilitas sistem emulsi secara umum yang termasuk uji dipercepat yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu sesingkat mungkin dengan cara 2

menyimpan sample pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat terjadinya perubahanyang biasanya terjadi pada kondisi normal. Pengujian tersebut antara lain: 1. Elevated temperature (indikator kestabilan) Uji penyimpanan pada suhu 4 o C (kelembapan kamar) selama 1 minggu. Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20 o C atau 25 o C/kelembapan kamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun. Uji penyimpanan pada suhu -20 o C selama 24 jam (pengukuran dilakukan setelah dilelehkan). Uji penyimpanan pada suhu -5 o C selama 1 minggu (pengukuran dilakukan setelah dilelehkan). Uji penyimpanan pada suhu 40 o C/kelembapan kamar (ICH guideline) selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3, 6 bulan. Uji penyimpanan pada suhu 45 o C/kelembapan kamar (FDA guideline) selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan. Uji penyimpanan pada suhu 50 o C/80% RH:1, 3 hari; 1 minggu. 2. Elevated humidities (menguji kemasan produk) 3. Cycling test termasuk freeze thaw test (menguji terbentuknya kristal /awan) Pada uji cycling test dilakukan dengan siklus antara suhu kamar/suhu 45 o C masing-masing selama 24 jam sebanyak 6 siklus. Freeze/thaw antara 4 o C dan 40 o C atau 45 o C. Freeze/thaw antara -30 o C/suhu kamar selama 24 jam sebanyak minimum 6 siklus untuk sediaan larutan, emulsi, krim, cairan, dan semisolid lain. Uji cycling test pada emulsi dilakukan untuk menguji produk terhadap kemungkinan mengalami kristalisasi atau berawan sebagai indikator kestabilan emulsi, sedangkan pada gel untuk menguji apakah terjadi sineresis pada gel. Sineresis adalah gejala pada saat gel mengerut secara alamiah dan sebagian dari cairannya terperas ke luar. Hal ini terjadi karena struktur matriks serat gel yang terus mengeras dan akhirnya mengakibatkan terperasnya air ke luar. 4. Pemaparan terhadap cahaya (untuk menguji keadaan di pasaran) 3

Dipaparkan pada cahaya siang hari selama 1 tahun (bukan pada matahari langsung). Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite daylight 40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm dan baterai dengan 12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan seperti cahaya siang hari. Dengan lampu xenon selama 1-2 minggu. Dengan sinar UV selama 1-2 minggu. 5. Shaking test dan centrifugal test (untuk menguji pecahnya emulsi) (Djajadisastra, 2004) Parameter uji kestabilan meliputi organoleptik (penampilan fisik) seperti: warna, bau, pemisahan; viskosita; ukuran partikel; ph; dan kekuatan zat aktif. Berikut adalah beberapa uji stabilitas untuk sediaan semisolid seperti gel, krim, salep, dan pasta. 1.1 Uji Stabilitas Sediaan Gel a. Organoleptik Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan dan sediaan standar selama waktu penyimpanan, pengamatan perubahan perubahan bentuk, warna dan bau tersebut dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56 penyimpanan. b. ph Pengukuran ph dilakukan dengan cara mencelupkan ph meter ke dalam sediaan gel dengan kitosan dan sediaan gel standar yang diencerkan terlebih dahulu, ph sediaan akan tertera pada monitor pengukuran dilakukan pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56 penyimpanan. c. Viskositas Sediaan dengan kitosan dan sediaan gel standar diukur viskositasnya dengan menggunakan viscometer dengan spindle yang cocok ( spindel nomor 2 ). Pengukuran dilakukan 3 kali untuk masing masing sediaan 4

gel pada hari ke 1, 3, 7 dan selanjutnya setiap minggu sampai hari ke 56 penyimpanan. d. Kandungan antioksian 1.2 Uji Stabilitas Sediaan Krim 1.2.1 Evaluasi Secara Fisika a. Uji Organoleptis Analisis organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratanya harus homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata pada kulit. Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30 40 o C. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun akibat aksi dari alat pengisi (Anief, 1997). c. Uji Daya Sebar Sebanyak 0,5 gram krim diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan, dibiarkan sesaat (15 detik) dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu masing-masing 1, 2, dan 5 g dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994). d. Uji Daya Lekat Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: krim dengan berat 0,25 g diletakkan di atas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu gelas 5

objek dipasang pada alat tes. Alat tes diberi beban 80 g dan kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek (Syarifah, 2007). e. Uji Pengukuran Viskositas Sediaan Viskositas formula krim diukur dengan menggunakan viscometer Brookfield menggunakan spindel CP-52 pada kecepatan dan shear rates yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30, 0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan sebagai equilibration dengan rentang shear rate dari 0,2 s -1 hingga 1.0 s -1. Penentuan viskositas dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot pada rheogram (Purushothamrao et al., 2010). 1.2.2 Evaluasi Secara Kimia Pengukuran ph Alat ph meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar ph 7 dan ph 4. Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Elektroda ph meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa, jarum ph meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, ph yang ditunjukkan jarum ph meter dicatat (Depkes RI, 1995). 1.3 Uji Stabilitas Sediaan Salep a. Organoleptis Pemeriksaan dilakukan terhadap bentuk, warna, bau, dan suhu lebur (Depkes RI, 1995). b. ph Harga ph adalah harga yang ditunjukkan oleh ph meter yang telah dibakukan dan mampu mengukur harga ph sampai 0,02 unit ph menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu ±25 0 C, kecuali dinyatakan lain dalam masingmasing monografi (Dirjen POM, 1995). ph salep mendekati ph kulit yaitu sekitar 6-7. 6

c. Konsistensi Konsistensi merupakan suatu cara menentukan sifat berulang, seperti sifat lunak dari setiap sejenis salap atau mentega, melalui sebuah angka ukur. Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode sebagai berikut: Metode penetrometer. Penentuan batas mengalir praktis d. Termoresistensi Dihasilkan melalui tes berayun. Dipergunakan untuk mempertimbangkan daya simpan salep di daerah dengan perubahan iklim (tropen) terjadi secara nyata dan terus-menerus. e. Distribusi ukuran partikel Untuk melakukan penelitian orientasi, digunakan grindometer yang banyak dipakai dalam industri bahan pewarna. Metode tersebut hanya menghasilkan harga pendekatan, yang tidak sesuai dengan harga yang diperoleh dari cara mikroskopik, akan tetapi setelah dilakukan peneraan yang tepat, metode tersebut daat menjadi metode rutin yang baik dan cepat pelaksanaannya. 1.4 Uji Stabilitas Sediaan Pasta a. Pemeriksaan organoleptis Keadaan pasta harus lembut, serba sama (homogen) tidak terlihat adanya gelembung udara, gumpalan, dan partikel yang terpisah dan benda asing yang ada tidak tampak. b. Homogenitas Pasta yang dihasilkan harus homogen (serba sama), tidak ada fase-fase yang terpisah. c. Viskositas Pemeriksaan viskositas dilakukan dengan alat Viskometer Brookfield tipe RV dengan spindel no. 7, kecepatan 2 rpm. d. ph Uji ph dilakukan menggunakan ph-meter dimana ph untuk sediaan pasta gigi yang dipersyaratkan adalah 4,5-10,5, ph sediaan diamati selama penyimpanan pada suhu kamar selama 6 minggu. 7

e. Pengukuran tinggi busa Parameter pada pengukuran tinggi busa sangat bergantung pada konsentrasi surfaktan, selain itu juga dipengaruhi oleh kesadahan air, suhu ruang saat pengukuran, dan waktu pendiaman. f. Stabilitas penyimpanan siklus freeze thaw Uji stabilitas fisik dengan metode penyimpanan pada siklus frezee thaw dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase pasta yang terjadi selama penyimpanan pada dua suhu yang berbeda yaitu siklus frezee pada suhu 4 C dan thaw pada suhu 45 C. g. Sentrifugasi Ditandai dengan adanya lapisan cair berwarna coklat di atas permukaan sediaan. 8

DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Seminar Setengah Hari Hiki. Jakarta. Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010. Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Int J Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010. ISSN: 0975-0525 9