BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) Keluarga Berencana adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. adalah ledakan penduduk. Ledakan penduduk dapat mengakibatkan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan "Keluarga Berkualitas 2015" adalah keluarga yang bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka dampak buruk akan segera terjadi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB). sejahtera. Sejalan dengan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1, No 1, 2013 (hal 80-91)

I. PENDAHULUAN. tahun 1970, Program Keluarga Berencana telah diterima oleh masyarakat luas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Dari jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus ini adalah sebanyak 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun (Sensus Penduduk, 2010). Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya bisa dikatakan 99,9% disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa (BPS, 2010). Untuk mewujudkan penduduk Indonesia yang berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah tersebut yaitu mewujudkan Keluarga yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, mempunyai jumlah anak ideal, 1

2 berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME). Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak hak reproduksi, sebagai integral dalam meningkatkan kualitas keluarga (Saifudin, 2002) Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategi Empat Pilar Safe Motherhood. Dewasa ini, di antaranya program Keluarga Berencana (KB) sebagai pilar pertama, telah dianggap berhasil (saifudin, 2002) Program KB nasional yang selama ini berupa kelembagaan dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), berkembang menjadi Keluarga Berkualitas 2015. Kemudian visi tersebut dijabarkan kedalam 6 misi program, yaitu : (1) Pemberdayaan dan pergerakan masyrakat untuk membangun keluarga berkualitas. (2) Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, ketahanan keluarga serta meningkatkan kualitas pelayanan. (3) Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesejahteraan reproduksi. (4) Meningkatkan upaya-upaya promosi, perlindungan, dan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi. (5) Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan gender dalam pelaksanaan program KB nasional. (6) Mempersiapkan pengembangan sumber daya manusia potensial sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut (BKKBN, 2011).

3 Upaya dalam rangka mensukseskan visi dan misi diatas salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya partisipasi pria/suami dalam pelaksanaan program KB baik mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator atau promoter, merencanakan jumlah anak pemeliharaan kesehatan ibu dan anak termasuk pencegahan kematian maternal hingga saat ini belum memuaskan. Hal ini masih tercermin dari rendahnya kesertaan KB pada pria. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesertaan KB pria antara lain: (1) Kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan. (2) Pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga dalam ber KB rendah. (3) keterbatasan peneriamaan dan keterjangkuan pelayanan. (4) adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi dan pemikiran yang salah yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan (BKKBN, 2011). Rendahnya keikutsertaan suami dalam praktek penggunaan kontrasepsi tersebut pada dasarnya tidak terlepas dari persepsi atau anggapan yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan hal ini terbukti dengan adanya prevelensi KB menurut alat atau cara ber-kb berdasarkan pengambilan data peserta aktif pada bulan januari tahun 2010 menunjukan bahwa prevelensi KB di Indonesia adalah 75.8 %. Diantaranya akseptor wanita sebanyak (75.4%) dan akseptor pria sebanyak (1.6%)(BKKBN, 2011).

4 Upaya meningkatkan persepsi melalui promosi KB pria dengan berbagai media dan bentuk diharapkan akan menumbuhkan persepsi yang benar pada masyarakat terutama pria, sehingga mereka sadar dan dengan ikhlas ikutserta menjadi peserta KB. Promosi tentang KB pria yang berkelanjutan memang harus dilakukan, mengingat persepsi dan pemikiran yang salah tentang KB (BKKBN, 2011). Kontrasepsi pria yang berhasil dibina menjadi peserta KB aktif sebanyak 153,914 akseptor diantaranya memilih kondom 94.318 akseptor, memilih medis operatif pria (MOP) 59.596 akseptor. Dari data di atas dapat dilihat bahwa alat kontrasepsi MOP yang paling rendah diminati oleh pria. Dari angka keikutsertaan KB pria tersebut maka perlu ditinjau ulang metode KB pria agar lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi pria dalam ber-kb (BKKBN, 2011). Sedangkan untuk tingkat Kabupaten Demak 2010, partisipasi pria dalam ber-kb masih rendah dari (71.2%) akseptor diantaranya kondom sebanyak (65.2%). MOP sebanyak (6.3%) akseptor bila dibandingkan dengan Kabupaten Jepara dan Pati Kabupaten Demak yang paling rendah (DKK Demak, 2010). Untuk Kecamatan Karanganyar partisipasi pria yang ber-kb sejumlah 472 akseptor diantaranya kondom sebanyak 354 akseptor dan kontrasepsi MOP 118 akseptor. Setelah dilakukan survey di desa Wonorejo diperoleh data jumlah sebanyak 305 Pasangan Usia Subur (PUS) dan jumlah akseptor KB pria/suami sampai dengan tahun 2010 yaitu kondom 19 akseptor, MOP 7 akseptor. Dari banyak metode KB pria kontrasepsi MOP yang paling rendah. Dengan begitu

5 tingkat partisipasi pria/suami ber-kb di Desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Demak sangat kurang. Selama ini sudah dilakukan upaya yang ditempuh oleh Bidan, Tokoh Masyarakat (TOMA) dan keder-kader untuk meningkatkan partisipasi pria dalam berkb dengan penyuluhan, pelatihan petugas untuk melakukan Metode Operasi Pria (MOP), tersedia tenaga penyuluh lapangan keluarga berencana ditiap-tiap RT namun partisipasi pria masih tetap rendah. Rendahnya partisipasi pria dalam mengikuti perkumpulan disebabkan oleh Tokoh Masyarakat (TOMA) dan kaderkadernya yang kurang efektif dalam penyuluhan baik karena kendala waktu yang tidak terjadwal dan juga materi yang diberikan pada saat penyuluhan lebih bersifat umum sehingga para suami PUS enggan untuk mengikuti kegiatan tersebut. Berdasarkan data di atas penulis ingin meneliti Study Deskriptif tentang persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi MOP di Desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Study Deskriptif tentang persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi Metode Operasi Pria (MOP) di Kelurahan Desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

6 Untuk mengetahui persepsi dari suami PUS tentang kontrasepsi MOP di Kelurahan Desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi MOP. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadikan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian secara baik dan benar. 2. Bagi Akseptor ( Responden ) Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi bagi keluarga khususnya suami untuk meningkatkan partisipasi pria dalam ber-kb di Kelurahan Desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. 3. Bagi Institusi PRODI DIII UNIMUS Untuk dijadikan acuan (referensi) bagi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi MOP.

7 E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang terkait tentang pria dalam KB yang pernah diteliti sebelumnya. Untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya sebagai berikut : Tabel 1.1 Nama Peneliti dan Judul Penelitian Sasaran Penelitian Variable Penelitian Rancangan Penelitian Hasil 1. Purwanti (2004) Pengambilan keputusan penggunaan alat di indonesia 2. Saptono (2008) Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB di kecamatan Jetis Pria, Pasangan Usia subur Pria pasangan usia subur (PUS) Tingkat pendidikan, agama, tempat tinggal, aspek wilayah, pengambilan keputusan bersama dalam penggunaan Umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, persepsi, nilai-nilai social budaya, akses pelayanan, sikap Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan Case control Jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan Cros sectional Pengambilan keputusan bersama antara suami istri dapat meningkatkan penggunaan alat. Tingkat pendidikan, agama, tempat tinggal, aspek wilayah memberiakan pengaruh cukup bermakna pada penggunaan alat dan vasektomi Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, persepsi, sikap istri, praktik istri sikap teman, praktik teman

8 kabupaten Bantul 3. Miftakhul khoiroh (2011) Study deskriptif persepsi suami PUS terhadap kontrasepsi Metode Operasi Pria (MOP) di Kelurahan desa Wonorejo Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Suami Pasangan Usia Subur istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman terhadap partisipasi pria dalam KB Persepsi suami PUS tentang kontrasepsi MOP Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan survey Reasearch Metodh terhadap partisipasi pria dalam KB. Sebagian besar persepsi responden berkaitan dengan MOP dalam kategori tidak setuju yaitu sebanyak 54,4%. Hal ini menunjukan bahwa responden penelitian kurang setuju atau mempunyai persepsi kurang baik terhadap MOP. Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya, terhadap perbedaan antara lain: 1. Tahun dan tempat penelitian 2. Rancangan penelitian Penelitian pertama menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan case control dan penelitian ketiga menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan kualitatif - cross sectional. 3. Variabel penelitian Penelitian pertama menggunakan variable tunggal tingkat pendidikan, agama, tempat tinggal, aspek wilayah, pengambilan keputusan bersama dalam penggunaan. Penelitian ketiga menggunakan variabel tunggal

9 Umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, sikap, persepsi, nilai-nilai social budaya, akses pelayanan, sikap istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman terhadap partisipasi pria dalam KB.