KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG Nora Amelia¹, Putri Dian Afrinda², Wahyudi rahmat³ 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat noraamelia73@gmail.com ABSTRACT Background of the research were that student s politeness in teaching and learning was low where students did not pay attention to the politeness to the teachers and they spoke to the teachers like to speak to their friends. This research was aimed at describing the speech act and and politeness of students to the teacher in the process of teaching and learning of Indonesian Language subject at VII 8 class SMPN 27 Padang. It was a qualitative research by using descriptive method. Source of data were student s utterances taken at VII 8 class SMPN 27 Padang. Data collection technique used tapping technique, participant observation, recording technique and note-taking technique. Data were analyzed by using referential and distributional method. The results show that the type and principle of politeness at VII 8 class SMPN 27 Padang are: first, there are four types of speech acts used such as assertive in the form of stating, suggesting and complaining, directive in the form of requesting and ordering, expressive in the form of congratulating, commissive in the form of promising and offering. The most dominant type of speech acts found is assertive in the form of stating and suggesting during teaching-learning process because more students use stating form than asking because the teachers are more active than students. Second, the most dominant maxim found based on the principle of politeness strategy is the maxim of agreement where there is an agreement between student and teacher to speak politely during teaching and learning of Indonesian Language subject at SMPN 27 Padang. Keywords: Politeness, Speech Act, Teacher PENDAHULUAN Menurut Syahrul (2008:202), tindak tutur merupakan unit dasar komunikasi. Tindak tutur adalah produk dari suatu tuturan dalam konteks tertentu dan merupakan satuan dasar dari komunikasi bahasa. Komunikasi adalah suatu proses dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainya. Komunikasi merupakan
hal yang sangat penting bagi suatu kelompok, karena komunikasi merupakan perantara yang menghubungkan antara kelompok umum maupun kelompok di sekolah, maka dalam proses komunikasi digunakan suatu alat yang disebut bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang atbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa lisan dapat dinilai tingkat kesantunannya melalui tuturan yang dikeluarkan oleh sipenutur sebab kepandaian seorang penutur dalam mengelolah kata sangat mempengaruhi kesantunan berbahasa. Menurut Syahrul (2008:14-15), kesantunan menghubungkan bahasa dengan aspek-aspek kehidupan struktur sosial sekaligus kode-kode perilaku dan etika. Kesantunan berbahasa dapat diartikan sebagai bentuk bahasa atau penggunaan bahasa yang bermaksud untuk berlaku santun kepada mitra tutur dengan tujuan menghormatinya dengan memperhatikan situasi pada saat bertutur. Demikian pentingnya kesantunan berbahasa maka setidaknya antara guru dan murid maupun antara murid dengan murid sapatutnya menggunakan bahasa yang santun agar proses pembelajaran yang kondusif dapat dicapai sehingga akan menghasilkan hasil pembelajaran yang maksimal. Siswa yang berada di SMP Negeri 27 Padang merupakan masyarakat tipologi yang unik. Keunikan terlihat dari hampir sebagian siswa SMP N 27 Padang berasal dari budaya, bahasa, dan latar belakang sosial yang berbeda, sekolah SMP N 27 Padang merupakan sekolah pinggiran kota, pada umumnya siswanya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2) setelah bahasa Minang. Objek dalam penelitian ini siswa kelas VII, di SMP Negeri 27 Padang kelas VII terdiri dari delapan kelas. Dalam penelitian ini hanya memfokuskan satu kelas yaitu kelas VII 8, karena kelas VII 8 merupakan kelas yang paling unggul dan aktif dibandingkan kelas lain. Siswa yang duduk dikelas VII masih dalam fase-
fase pertumbuhan yang memasuki tahap remaja awal atau peralihan dari masa anak-anak akhir kemasa remaja awal dan emosi masih cenderung labil karena masa pubertas. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penelitian ini layak dilakukan untuk mendeskripsikan atau melihat bentuk kesantunan tuturan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 27 Padang. Jadi, penelitian ini membahas tentang Kesantunan Tuturan Siswa Kepada Guru dalam Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII 8 SMP Negeri 27 Padang. Berdasarkan fokus masalah di atas, maka permasalahan ini dapat dirumuskan pertama, Bagaimanakah jenis tindak tutur siswa kepada guru dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP N 27 Padang? kedua, Bagaimanakah prinsip kesantunan tuturan siswa kepada guru dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP N 27 Padang?. Berdasarkan rumus masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan. Pertama, Bagaimanakah jenis tindak tutur siswa kepada guru dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP N 27 Padang?, pertama, Bagaimana prinsip kesantunan tuturan siswa kepada guru dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP N 27 Padang? METODE PENELITIAN Jenis metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan atau angka-angka melainkan menggunakan kata-kata sebagai medianya. Moleong (2010:5), mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu alamiah dan dilakukan pada peneliti yang tertarik secara alamiah. Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2010:11), mengatakan metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan jalan menganalisis data yang sudah dikumpulkan berupa kata-kata ujaran (lisan) langsung dari objek yang diamati.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah tuturan siswa kelas VII 8 dalam proses pembelajaran. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII 8 SMP N 27 Padang. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan peneliti adalah alat perekam seperti : tipe recorder, handpone. Untuk alat catat seperti pena, kertas, atau catatan kecil, dan alat tulis lainnya. Alat ini sebagai membantu jalannya proses penelitian, alat perekam digunakan untuk merekam percakapan yang dilakukan oleh informan oleh informan karena teknik yang digunakan adalah teknik sadap maka alat ini sangat berguna dalam proses penelitian. Sedangkan alat catat nantinya digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang akan dijadikan sumber data. Alat ini dipergunakan nanti setelah data rekaman sudah menjadi bahan mentah dan transkripsi data untuk dijadikan bahan jadi dipenelitian ini. Menurut Sudaryanto (1993), tahap penyedian data dibedakan menjadi dua metode, yaitu metode simak dan metode cakap. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik dasar dan lanjutan, yaitu : 1) Teknik Dasar (teknik sadap), Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sadap, yaitu teknik menyimakan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. 2) Teknik simak bebas libat cakap (SBLC), yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam percakapan, melainkan hanya bertindak sebagai peneliti terhadap calon data yang terbentuk dari peristiwa kebahasaan yang terjadi atau sebagai pihak ketiga yang berperan sebagai pendengar saja. 3) teknik lanjutan kedua teknik rekam, Teknik rekam digunakan dalam penelitian ini digunakan agar data yang diperoleh lebih akurat. 4) Teknik lanjutan ketiga teknik catat, Peneliti mencatat semua peristiwa tutur yang mengalami interferensi serta hal-hal yang belum tercatat dilapangan seperti tanggal penyimakan/perekaman, lokasi, orang yang terlibat dalam peristiwa tuturan dan identitas dari informan.
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan metode agih. Sudaryanto (1993:4) mengatakan metode padan adalah bahasa yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan pada referensial digunakan untuk melihat kenyataan yang ada dalam bahasa itu sendiri. Metode padan pragmatis adalah metode analisis bahasa bahasa dengan alat penentu lawan bicara (Sudaryanto, 1993:14). Mengatakan metode agih adalah alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Teknik yang digunakan baca markah, teknik lesap, dan ganti. Menurut Sudaryanto (1993:145), Metode penyajian analisis data terdiri dari dua macam yaitu metode penyajian formal dan penyajian informal. Metode penyajian formal adalah penyajian berupa perumusan tanda dan lambang-lambang, sedangkan metode informal adalah penyajian berupa perumusan kata-kata biasa. Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jenis tindak tutur siswa kepada guru dalam proses belajar mengajarbahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP Negeri 27 Padang Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan hal-hal berikut sesuai dengan teori Menurut Rahardi (2009:17), menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur kedalam lima macam bentuk tuturan yaitu asertif, direktif, ekpresif, komisif, deklarasi. Dari beberapa jenis tindak tutur yang dikemukakan Rahardi (2009:17) ditemukan empat jenis tindak tutur yaitu : (1) Tindak tutur asertifcontoh,siswa : Tuka baju buk!(ganti Baju buk!).dituturkan oleh siswa didalam ruang kelas dengan suasana yang masih meribut karena siswa sibuk merapikan baju olahraganya, guru yang sedang mengambil kehadiran siswa. Siswa yang dipanggil tidak ada didalam kelas, siswa yang lain menyatakan bahwa temannya sedang ganti baju karena sebelumnya pelajaran
olahraga. (2) Tindak tutur direktif contoh, Siswa: Pakai salam buk?,dituturkan siswa kepada guru didalam ruangan kelas, siswa yang dipanggil nama pertama masih raguragu untuk tampil. Sebelum tampil siswa bertanya apakah sebelum tampil menceritakan teks deskripsi di depan kelas, siswa mengucapkan salam terlebih dahulu. (3) tindak tutur ekpresif Siswa : Assalamualaikum, Wr Wb, Dituturkan siswa kepada guru didalam ruang kelas dengan suasana yang tenang, siswa mengucapkan salam sebelum tampil menceritakan isi teks pantai Senggigi didepan kelas. (4) Tindak tutur komisif contoh, Siswa : Insaallah buk, dituturkan oleh siswa didalam ruang kelas dengan suasana yang sudah tenang, ketika guru bertanya apakah siswa sudah siap menceritakan tentang isi teks pantai Senggigi yang sudah dihafal dirumah karena tugas mengahfal sudah diperintahkan minggu lalu. Sebelum guru bertanya, guru menjelaskan jadwal pelajaran yang sudah berubah, guru menjelaskan agar siswa bertanya lagi mengapa jadwal pelajaran berubah. 2. Prinsip kesantunan menurut Leech tuturan siswa kepada guru dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia siswa kelas VII 8 SMP Negeri 27 Padang Menurut Leech (1993:206), kesantunan berbahasa pada hakikatknya harus memperhatikan prinsip kesantunan dengan keenam maksimnya, yaitu (1) maksim kearifan (tact maxim) contoh, Siswa : Pakai salam buk? tuturan tersebut dikatakan santun karena penutur berusaha memaksimalkan keuntungan mitra tutur dengan bertanya apakah sebelum memulai tampil mengucapkan salam terlebih dahulu. Penutur bisa secara langsung mengucapkan salam tanpa bertanya terlebih dahulu, penutur menghormati mitra tutur sebagai guru yang mengajar. Sehingga antara penutur dan mitra tutur sudah sudah merealisasikan maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan (generosity maxsim) contoh (3) maksim kemurahan (approbation maxim) contoh, Siswa : Buku Indak
ado do buk! (Buku saya tidak ada buk), Tuturan antara siswa dan guru terlihat bahwa siswa menanggapi tuturan guru dengan baik, ketika guru bertanya kenapa siswa melamun, siswa menjawab bukunya tidak ada. Dengan kata lain, orang yang menanggapi lawan bicara dengan baik sudah merealisasikan kesantunan kemurahan. Selain itu, terdapat penanda kesantunan pada kata sapaan buk sehingga tuturan menyatakan tersebut dipandang santun. Siswa : Insaallah buk, Tuturan yang dituturkan siswa termasuk dalam maksim kedermawanan terlihat siswa bersikap dengan baik, ketika guru bertanya bagaimana dengan tugas yang diberikan apakah sudah siap ditampilkan didepan kelas, siswa menjawab dengan mengatakan insaallah buk. Selain itu, terdapat penanda kesantunan pada kata sapaan buk sehingga tuturan berjanji tersebut dipandang santun (4) maksim kerendahan hati contoh, Siswa : Buk dari belakang lah namonyo (namanya) buk!, Tuturan yang dituturkan siswa termasuk dalam maksim kerendahan hati terlihat siswa bersikap dengan baik, ketika guru meminta siswa mempersiapkan hafalan sebelum tampil, siswa merespon tuturan siswa dengan baik dengan mengatakan tampil dimulai dari nama yang dibawah, karena siswa yang nama paling atas belum siap tampil karena kurang mengusai hafalannya supaya bisa menghafal lebih lama jika penampilan dimulai dari urutan nama paling bawah. Selain itu, terdapat penanda kesantunan pada kata sapaan buk sehingga tuturan menyatakan tersebut dipandang santun. (5) maksim kesepakatan (agreement maxim) contoh, Siswa : Tuka baju buk!(ganti Baju buk!), Tuturan ini termasuk dalam maksim kesepakatan dapat dilihat dari tuturan mitra tutur (guru) diam dan melanjutkan mengambil kehadiran siswa. Tuturan yang dituturkan penutur (siswa) menunjukkan bahwa penutur berusaha untuk mengurangi ketidaksuaian antara diri sendiri dengan mitra tutur (guru) dan meningkatkan kesepakatan antara diri sendiri dengan mitra tutur. Jadi antara
penutur dan mitra tutur terjalin kesepakatan dalam kegiatan bertutur, dan (6) maksim kesimpatian (sympathy) contoh, Siswa : Carito (cerita) lah vero, Tuturan yang dituturkan siswa terlihat siswa simpati kepada temanya tampil, siswa meminta temanya mulai cerita di depan kelas dengan mengatakan carito lah Vero kerena teman terlalu lama berdiri di depan kelas tanpa menceritakan sepatah katapun. Tuturan tersebut dapat dikatakan santun, karena siswa berusaha memberi semangat kepada temanya yang tampil. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa Pertama, Terdapat empat jenis tindak tutur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (a) tindak tutur asertif dalam bentuk menyatakan, menyarankan, dan mengeluh, (b) tindak tutur direktif dalam bentuk memesan dan memerintah, (c) tindak tutur ekpresif dalam bentuk memberi selamat, (d) tindak tutur komisif dalam bentuk berjanji dan menawarkan. Jenis tindak tutur yang paling dominan ditemukan adalah asertif dalam bentuk menyatakan dan menyarankan, dalam proses belajar mengajar siswa lebih banyak menyatakan dibandingkan bertanya karena guru yang lebih aktif dibandingkan siswa. Kedua, maksim yang paling dominan ditemukan berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa adalah maksim kesepakatan, melalui kesantunan berbahasa siswa kepada guru terjalin kesepakatan antara penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 27 Padang. Sesuai dengan penelitian, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan berikut ini. DAFTAR PUSTAKA Moleong.2010.Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip- Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia. Sudaryanto. 1993. Meode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa pengantar penelitian wahana kebudayaan secara
linguistis.yogyakarta : Universiti Press. Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa. Padang : UNP Press Padang.