BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan yang mencakup: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan berharga dan harga diri, aktualisasi diri (Potter &perry, 2006). Kebutuhan keselamatan dan keamanan tidak akan terpenuhi apabila pasien mengalami kecemasan, oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan profesional yang dalam tugas pokoknya adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, harus mampu memahami respon dan bersikap secara profesional dalam menangani masalah kecemasan yang terjadi pada pasien. Karena perawat merupakan tenaga profesional terbesar dalam struktur ketenagaan rumah sakit. Sebagian besar pelayanan kesehatan di rumah sakit berupa tindakan keperawatan, tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi dan distraksi (Potter & Perry, 2006). Cemas merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Cemas merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi
secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/ sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu. Kecemasan juga diartikan sebagai kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sebagai contoh kekhawatiran terhadap operas/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi/pembiusan (misalnya takut tidak bangun lagi, takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal) dan lain-lain (Suliswati, 2005). Pembedahan elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa komplek yang menegangkan, sehingga selain mengalami gangguan fisik akan memunculkan pula masalah psikologis. Prosedur pembedahan tersebut akan selalu didahului dengan reaksi emosional dari pasien, diantaranya adalah kecemasan. Kecemasan adalah keadaan dimana pasien mengalami perasaan gelisah terhadap ancaman yang tidak jelas dan dimanifestasikan dengan gejala fisiologis, emosional dan kognitif ( Carpenito, 2001 ). Masalah kecemasan sebelum operasi adalah reaksi emosional pasien yang sering muncul. Hal ini merupakan respon antisipasi terhadap suatu pengalaman yang dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap peran dalam ke hidupan, integritas tubuh dan bahkan kehidupannya (Brunner & Suddarth, 2002). Kecemasan ini perlu mendapat perhatian dan intervensi keperawatan karena keadaan emosional pasien akan berpengaruh kepada fungsi tubuh menjelang operasi. Efek dari kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh yang
ditandai dengan adanya peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan frekuensi napas, diaforesis, gemetar, ketakutan, mual/muntah, gelisah, pusing, rasa panas dan dingin. Dengan adanya tanda-tanda tersebut maka biasanya operasi akan ditunda oleh dokter. Dalam studi pendahuluan di RSUD Kraton Pekalongan pada bulan Juli- Agustus 2010 didapatkan data jumlah pasien yang di operasi sejumlah 512 pasien; dengan kasus bedah umum yang tergolong operasi besar sebanyak 77pasien dimana 39 pasien operasi pada bulan Juni dan 38 pasien operasi pada bulan Agustus. Hasil dari wawancara yang dilakukan peneliti pada 10 orang pasien yang akan menjalani operasi besar, ternyata 80 % pasien mengalami kecemasan dari tingkat sangat berat sampai dengan ringan, dengan rincian kriteria 20% pasien cemas ringan, 30% pasien cemas sedang, 10% pasien cemas berat dan 20% pasien mengalami penundaan operasi karena kecemasan sangat berat. Kebijakan dari RSUD Kraton Pekalongan khususnya bagian kerohanian adalah memberikan bimbingan rohani kepada setiap pasien baru rawat inap, pasien yang akan dilakukan operasi, pasien dengan sakit berat dan pasien dalam keadaan sakaratul maut. Dari kebijakan tersebut ternyata belum semuanya pasien pre operasi mendapat bimbingan spiritual (do a) dari petugas rohaniawan, sehingga pasien masih merasa kurang diperhatikan masalah psikologis kecemasan, karena orang/petugas yang paling dekat dengan pasien adalah perawat, dimana perawat kurang memberikan pemenuhan kebutuhan mental spiritual khususnya doa menjelang operasi, sedangkan yang sering diperhatikan hanya masalah fisik. Aktifitas spiritual ini mempunyai dampak yang positif, dari penelitian
membuktikan bahwa aktifitas spiritual dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi disaat seseorang sakit (Young,1993 dalam Potter Perry, 1997 ). Pemberian dukungan spiritual yang dapat dilakukan adalah dengan membacakan doa sesuai dengan agama dan keyakinan pasien. Tindakan ini merupakan medikasi terapeutik karena keyakinan merupakan kekuatan yang sangat besar dalam menghilangkan kecemasan. Berdoa merupakan sumber yang efektif untuk mengatasi kecemasan, relaksasi otot dan menumbuhkan suasana hati yang penuh kedamaian dan ketenangan ( Potter & Perry,1997). Penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, J. dengan judul Pengaruh Bimbingan Doa dan Dzikir Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi. Penelitian dilakukan di lakukan di RSUD Swadana Pare Kediri. Subyek penelitian adalah pasien pre operasi di RSUD Swadana Pare Kediri, yang masing-masing diambil sebanyak 20 orang untuk kelompok eksperimen dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive random sampling dengan metode quasi eksperimen dengan rancangan randomized control group only design. Analisa data menggunakan t-test. Hasil penelitian membuktikan ada perbedaan yang signifikan pada kecemasan pasien pre operasi antara pasien yang diberi bimbingan doa dan dzikir dengan yang tidak (t=-3,344dan p=0,002), dengan kesimpulan bahwa pemberian doa dan dzikir efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi (Sutrisno, J., 2006). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pendekatan spiritual terhadap pasien yang akan dioperasi. Adapun
fokus dari penelitian ini adalah pengaruh pembacaan doa oleh perawat terhadap kecemasan pasien yang akan menjalani operasi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka sesuai dengan permasalahan yang ada yaitu adanya penundaan operasi yang disebabkan karena pasien mengalami kecemasan sangat berat, sehingga peneliti ingin mencoba mengatasi kecemasan tersebut dengan mengadakan penelitian ini. Adapun penelitian yang akan kami angkat adalah adakah pengaruh pembacaan doa yang dipimpin perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Kraton Pekalongan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui pengaruh pembacaan doa yang dipimpin perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Kraton Pekalongan. 2. Tujuan khusus a. Memberikan gambaran tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi di Ruang Rawat Inap RSUD Kraton Pekalongan. b. Untuk mengidentifikasi gambaran tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah dilakukan tindakan pembacaan doa oleh perawat. c. Menganalisa pengaruh pembacaan doa oleh perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi. D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian tentang pengaruh pembacaan doa oleh perawat terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Kraton Pekalongan ini diharapkan dapat memberi manfaat: 1. Bagi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Dapat meningkatan pelayanan keperawatan yang komprehensif terhadap pasien yang akan menjalani operasi dengan tindakan spiritual berupa doa. 2. Bagi Profesi Keperawatan Dapat meningkatkan eksistensi dan profesionalisme perawat dalam upaya meningkatkan proses penyembuhan pasien yang dirawat di rumah sakit. 3. Bagi Peneliti Dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dibidang keperawatan khususnya dalam penanganan/intervensi kecemasan pada pasien pre operasi dan memberikan informasi sebagai bahan masukan untuk peneliti yang akan datang.