Program Pendampingan Wirausaha dalam Rangka Peningkatan Daya Saing UMKM di Buleleng

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Saat ini peningkatan kinerja Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Abstrak. Kata kunci: modal, tenaga kerja, lama usaha, jam kerja, dan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. alam dan budayanya, serta memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses pembangunan yang. dilaksanakan oleh suatu daerah atau negara dalam rangka memakmurkan warga

BAB I PENDAHULUAN. pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

Kata Kunci : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penghasil devisa dari perdagangan ekspor. kinerja Industri Kecil dan Menengah (IKM) dilaporkan oleh Orpha Jane dan Arie

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian saat ini Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

Abstrak. Kata kunci : Tenaga Kerja, Bahan baku, Modal, Poduksi dan Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia menjadi

STRATEGI PENGEMBANGAN PENGUSAHA KECIL MELALUI CAPACITY BUILDING DI DAERAH TUJUAN WISATA

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Usaha Kecil 50 Juta 500 Juta Maksimal 300 Juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

PENGUATAN KARAKTER WIRAUSAHA UNTUK KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS HILIR SKALA RUMAHTANGGA. Oleh: Triwara Buddhi Satyarini 1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

Judul : Peran E-commerce Terhadap Penjualan Usaha pada Industri Pakain Jadi di Provinsi Bali Nama : I Gusti Ngurah Adi Setyawan Nim :

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor

Transkripsi:

Program Pendampingan Wirausaha dalam Rangka Peningkatan Daya Saing UMKM di Buleleng Gede Adi Yuniarta a, Naswan Suharsono b, I Putu Gede Parma c, Gede Putu Agus Jana Susila d abcd Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja, Indonesia * (gdadi_ak@yahoo.co.id) ABSTRAK Daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaanperusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional dalam kasus negaranegara. Sampai dengan akhir tahun 2015 total UMKM yang terdaftar di Kabupaten Buleleng melalui Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 9.905 UMKM. Penurunan jumlah UMKM dari tahun 2013 ke tahun 2015 sebesar 309 UMKM mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi mikro akan mengurangi daya beli ratarata konsumen. Turunnya UMKM di Buleleng ini juga menyebabkan menurunnya kontribusi PDRB dari 7,15 di tahun 2013 menjadi 6,05 di tahun 2015. Kondisi saat ini daya saing UMKM di Buleleng masih sangat rendah apa bila dibandingkan dengan UMKM di wilayah Bali lainnya. Hal ini sangat nyata terbukti dari kontribusi PDRB senilai 6,05 yang termasuk rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk terbesar di Bali. Rendahnya daya saing UMKM di Buleleng juga ditunjukkan dengan kalahnya pemasaran produk keluar daerah, bahkan produk luar daerah yang banyak beredar di Buleleng. Untuk dapat meningkatkan daya saing UMKM di Buleleng maka metode yang dilakukan adalah berupa kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM. Pendampingan ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan berupa : Manajemen, kewirausahaan, Pemasaran, Daya saing Produk, kemampuan peningkatan jejaring, Sistem pencatatan keuangan dan pengelolaan tenaga kerja. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa peningkatan daya saing UMKM di Buleleng sehingga akan dapat berdampak luas baik terhadap kesejahteraan masyarakat, berkurangnya pengganguran, meningkatnya kontribusi PDRB. Dampak dari segi ekonomi terutama bagi UMKM itu sendiri adalah bahwa dengan semakin meningkatnya kemampuan pengelola UMKM maka kinerja akan meningkat sehingga kemampuan menghasilkan dan menjual produk menjadi meningkat yang berdampak pada peningkatan keuntungan UMKM. Kata Kunci : Daya Saing, UMKM, Pendampingan, kewirausahaan 46

Yuniarta,Suharsono,Parma,Susila-Program Pendampingan Wirausaha Dalam Rangka... PENDAHULUAN Peran penting UMKM sebagai pelaku bisnis ditunjukkan melalui salah satu indikatornya yaitu jumlahnya yang banyak dan bergerak pada berbagai sektor usaha serta menyentuh kepentingan masyarakat. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga perannya sangat penting dalam membantu upaya pemerintah mengurangi pengangguran. Dilihat dari aspek yuridis, keberadaan UMKM telah diatur secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Perangkat kebijakan pemerintah pusat tersebut dapat dijadikan sebagai landasan berpijak bagi proses fasilitasi yang berkesinambungan. Menurut Gray (2002) dalam Lestari (2014), UMKM dalam eksistensinya sebagai kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia telah terbukti menjadi pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Bahkan, UMKM memiliki peran penting dalam pembentukan strategi perkembangan dan pemulihan ekonomi di banyak negara. Selama kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2013, jumlah UMKM mengalami peningkatan sejumlah 6.486.109 unit atau 11,20%. Periode tahun 2012-2013 jumlah UMKM meningkat sebanyak 1.361.130 unit atau 2,41%. Selama kurun waktu 2008-2013, jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM meningkat sebanyak 20.119.804 orang atau 17,62%. Pada tahun 2012-2013 jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM meningkat sebanyak 6.488.518 orang atau 6,03%. Selama kurun waktu 2008-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp4.328.355,2 miliar atau 50,62%. Pada tahun 2012-2013 jumlah PDB UMKM meningkat sebanyak Rp844.978,7 miliar atau 17,35% (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Laporan Tahun 2015). Pada era reformasi, pembinaan maupun pengembangan UMKM mendapat perhatian yang besar dari pemerintah mengingat perannya dalam pengembangan perekonomian 47

berbasis kerakyatan melalui proses produksi padat karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan. Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki kebijakan yaitu: pertama dari sisi permintaan (demand side), dimana kebijakan ini merupakan kebijakan yang diarahkan untuk mendorong UMKM agar mampu meningkatkan eligibilitas serta kapabilitasnya sehingga mampu dijangkau oleh sektor perbankan. Kedua, dari sisi penawaran ( supply side), dimana kebijakan ini merupakan kebijakan yang difokuskan pada berbagai kebijakan dan program untuk membantu bank dalam menyalurkan kredit kepada UMKM yang meliputi pengaturan kepada perbankan, penguatan kelembagaan, dan penyediaan dana secara tidak langsung melalui penerbitan SUP No. 005 dan dana relending (Antara et al., 2011; Bank Indonesia, 2011). Sejalan dengan pertumbuhan PDB pada 32 Provinsi lainnya di Indonesia, laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan di Provinsi Bali pada tahun 2013 mencapai 6,05 persen atau sebesar Rp 34.787,96 Milyar. Seiring pula dengan berkembangnya sektor pariwisata, dominasi pendapatan ekonomi pada tiap Kabupeten/Kota dengan didukung oleh infrastruktur dan lokasi pariwisata seperti wilayah Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Keempat wilayah tersebut mendominasi pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dengan share sebesar 69 persen masing-masing sebesar 18 persen, 27 persen, 13 persen, dan 11 persen. Share terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bangli sebesar 3 persen. Meskipun demikian, kabupaten yang berada di Bali Utara kecuali Buleleng, yaitu Karangasem, Bangli, dan Klungkung mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015. Kabupaten Karangasem bahkan mencatat angka pertumbuhan tertinggi sebesar 6,22 persen, sementara Kabupaten Tabanan memiliki angka pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sebesar 6,03 persen pada tahun 2015 (Tabel 1) 48

Yuniarta,Suharsono,Parma,Susila-Program Pendampingan Wirausaha Dalam Rangka... Tabel 1 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%, yoy) Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015 Tabanan 6.11 6.12 6.41 6.54 6.03 Badung 7.07 7.64 6.82 6.97 6.20 Gianyar 7.15 7.08 6.84 6.80 6.06 Klungkung 6.11 6.25 6.05 5.98 6.13 Bangli 6.14 6.20 5.94 5.82 6.09 Karangasem 5.43 5.93 6.16 6.01 6.22 Buleleng 6.44 6.78 7.15 6.96 6.05 Denpasar 7.16 7.51 6.96 7.00 6.15 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2016. Dinas Koperasi dan UMKM (2011) mencatat jumlah UMKM yang tersebar di 1 kota dan 8 kabupaten di Bali pada tahun 2010 sebanyak 239.357 unit usaha. UMKM di wilayah Bali sebagian besar bergerak di sektor usaha perdagangan, yaitu sebanyak 105.342 unit usaha atau sebesar 44,01% dari keseluruhan jumlah UMKM di Bali (Insani, 2013: 4). Seiring dengan pertumbuhan sektor UMKM di Provinsi Bali, maka Kabupaten Buleleng yang merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di belahan utara Pulau Bali juga memiliki jumlah UMKM yang banyak dan bervariatif. Hal ini didukung oleh kondisi geogarfis Kabupaten Buleleng yaitu terletak pada posisi 6 o 03 40-8 o 23 00 LS dan 114 o 25 55-115 o 27 28 BT yang dikenal sebagai Nyegara Gunung, posisi yang cukup strategis menurut konsep Hindu yang menganut sistem hulu ( ulun) dan hilir (teben). Dengan luas wilayah yang cukup luas yaitu 1.365,88 Km 2 atau 24,25 persen dari luas Provinsi Bali menyebabkan Kabupaten Buleleng memiliki potensi untuk pembangunan. Secara administratif, wilayah Kabupaten Buleleng mencakup 9 kecamatan, 129 desa, 19 kelurahan, dan 166 Desa Pakraman. Perkembangan keragaan UKM di Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 sejumlah 10.253 UKM yang terdiri dari bidang perdagangan sejumlah 6.421, industri pertanian sejumlah 1.725, industri non pertanian sejumlah 1.342, dan bidang aneka jasa sejumlah 765. Untuk UKM aktif jumlahnya mencapai 10.214 sedangkan yang tidak aktif (beku) sejumlah 39 UKM (ILPPD Pemkab Buleleng, 2013). Sampai dengan akhir tahun 2015 total UMKM yang terdaftar di 49

Kabupaten Buleleng melalui Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 9.905 UMKM dengan sebaran sebagai berikut (tabel 2): Tabel 2. Data Umkm Di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Tahun 2015 No. Jenis UMKM Jumlah 1 Usaha Mikro 5.286 2 Usaha Kecil 4.208 3 Usaha Menengah 411 Total 9.905 Sumber : Diskopdagperin Buleleng, 2016. Penurunan jumlah UKM dari tahun 2013 ke tahun 2015 sebesar 309 UKM mengakibatkan meningkatnya pengangguran. Tingkat pengangguran yang tinggi dan lambatnya pertumbuhan ekonomi mikro akan mengurangi daya beli rata-rata konsumen, terutama di Kabupaten Buleleng. Kenaikan upah karyawan belum diimbangi dengan pelatihan SDM yang memadai, akibatnya efisiensi produksi dan mutu berada di bawah standar yang diterima. Daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional dalam kasus negaranegara. Dengan semakin mengglobalnya perekonomian dunia dan persaingan bebas, daya saing telah menjadi satu dari konsepkonsep kunci bagi perusahaanperusahaan, negara-negara, dan wilayah-wilayah untuk bisa berhasil dalam partisipasinya di dalam globalisasi dan perdagangan bebas. Kondisi saat ini daya saing UMKM di Buleleng masih sangat rendah apa bila dibandingkan dengan UMKM di wilayah Bali lainnya. hal ini sangat nyata terbukti dari kontribusi PDRB pada tabel 1.1 senilai 6,05 yang termasuk rendah bila dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduk terbesar di Bali. Rendahnya daya saing UMKM di Buleleng juga ditunjukkan dengan kalahnya pemasaran produk keluar daerah, bahkan produk luar daerah yang banyak beredar di Buleleng. 50

Yuniarta,Suharsono,Parma,Susila-Program Pendampingan Wirausaha Dalam Rangka... METODE Untuk dapat mencapai tujuan kegiatan maka metode yang dilakukan adalah berupa kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM di Kabupaten Buleleng. Pendampingan ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan berupa : Manajemen, kewirausahaan, Pemasaran, Daya saing Produk, kemampuan peningkatan jejaring, Sistem pencatatan keuangan dan pengelolaan tenaga kerja. Yang menjadi khayalak sasaran kegiatan adalah UMKM yang ada di Kabupaten Buleleng. Dasar pertimbangannya adalah karena dengan luas pemasarannya maka diperlukan berbagai kemampuan manajerial sehingga dapat memenangkan persaingan. Untuk memaksimalkan kegiatan maka target UMKM yang dijadikan sasaran adalah sebanyak 40 UMKM. Kegiatan program P2M ini terkait dengan pihak Dinas Perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Buleleng. Untuk itu maka kegiatan ini akan berkoordinasi dengan pihak Dinas Perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Buleleng sehingga muncul kerjasama yang baik antara Undiksha, UMKM di Kabupaten Buleleng dan Dinas Perindustrian, perdagangan dan koperasi Kabupaten Buleleng.Untuk mengetahui kebermanfaatan kegiatan pengabdian kepada masyarakat maka dilakukan evaluasi kebermanfaatan program melalui kuisioner, pengamatan langsung (observasi) dan produktivitas UMKM. HASIL DAN PEMBAHASAN Daya saing memiliki tiga karakteristik yakni, potensi, proses, dan kinerja. Selain hal tersebut daya saing juga dicirikan oleh orientasi jangka panjang, kontrolabilitas, relativitas, dan dinamika. Disamping itu ada tiga aspek penting yang memengaruhi daya saing UMKM, yakni : faktor-faktor internal perusahaan, lingkungan eksternal, dan pengaruh dari pengusaha/pemilik usaha. Daya saing sebuah perusahaan tercerminkan dari daya saing dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Daya saing dari perusahaan ditentukan oleh tujuh faktor yang sangat penting diantaranya keahlian atau tingkat pendidikan pekerja, keahlian pengusaha, ketersediaan modal, 51

sistem organisasi dan manajemen yang baik (sesuai kebutuhan bisnis), ketersediaan teknologi, ketersediaan informasi, dan ketersediaan inputinput lainnya, seperti energi, dan bahan baku (Tambunan, 2009). UMKM yang berdaya saing tinggi dicirikan oleh: (1) kecenderungan yang meningkat dari laju pertumbuhan volume produksi, (2) pangsa pasar domestik dan atau pasar ekspor yang selalu meningkat, (3) untuk pasar domestik, tidak hanya melayani pasar lokal saja tetapi juga nasional, dan (4) untuk pasar ekspor, tidak hanya melayani di satu negara tetapi juga banyak negara. Keunggulan bersaing merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk menang konsisten dalam jangka panjang pada situasi persaingan. Untuk mampu bersaing dipasar, maka usaha yang harus dilakukan adalah memberdayakan para pelaku UMKM itu sendiri agar memiliki tanggung jawab serta bisa meningkatkan kerja sama dengan pemerintah disamping harus mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai. Orientasi kewirausahaan diketahui memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja usaha. Orientasi kewirausahaan meliputi aspek inovatif, proaktif, dan keberanian mengambil resiko. Inovatif merupakan sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif dalam proses percobaan gagasan baru untuk menghasilkan metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar sekarang maupun pasar baru. Proaktif merupakan kesediaan wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan proaktif seperti mengenalkan produk baru. Keberanian mengambil resiko merupakan sikap wirausahawan yang melibatkan kesediannya untuk mengikat sumber daya dan berani menghadapi tantangan dalam stategi bisnis yang hasilnya penuh dengan ketidakpastian. Untuk dapat mencapai tujuan kegiatan maka metode yang dilakukan adalah berupa kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada UMKM di Kabupaten Buleleng. Pendampingan ini dilakukan dengan cara memberikan pelatihan berupa : Manajemen, kewirausahaan, Pemasaran, Daya saing Produk, kemampuan peningkatan jejaring, Sistem pencatatan keuangan dan 52

Yuniarta,Suharsono,Parma,Susila-Program Pendampingan Wirausaha Dalam Rangka... pengelolaan tenaga kerja. Peserta kegiatan adalah pengelola UMKM yang ada di Kabupaten Buleleng sebanyak 40 UMKM yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan meliputi sektor usaha jasa, dagang dan produksi. Kegiatan pelatihan diselenggarakan selama 4 hari melibatkan 6 praktisi sebagai narasumber. Di hari pertama materi difokuskan pada peningkatan kemampuan manajerial dan kewirausahaan. Pelatihan di hari kedua materi difokuskan pada kemampuan pengelola UMKM dalam bidang pemasaran dan peningkatan jejaring pemasaran termasuk memanfaatkan perkembangan teknologi dalam pemasaran termasuk media sosial (onli ne). Pelatihan di hari ketiga Difokuskan pada peningkatkan daya saing UMKM, sektor produksi, produk unggulan serta pengemasan produk. Sedangkan pelatihan di hari keempat difokuskan pada peningkatan kemampuan pengelola UMKM dalam bidang sistem pencatatan keuangannya (akuntansi). Kegiatan pendampingan dilakukan dengan terjun langsung ke UMKM dalam bentuk implementasi dari kegiatan pembekalan untuk memberikan pembinaan lebih lanjut. Kegiatan lebih diarahkan pada konsultasi dan diskusi bagi UMKM yang memerlukan. Kegiatan berupa datang langsung ke UMKM ataupun melalui media komunikasi telepon dan email. Kegiatan monitoring dilakukan dengan observasi langsung saat kegiatan pelatihan dan pendampingan. Hasil pengmatan langsung menunjukkan pihak UMKM antusias mengikuti kegiatan yang ditunjukkan dengan keseriusan, keaktifan dalam peelatihan dan pendampingan serta semangat dalam implementasi dalam usahanya. Hasil evaluasi dalam bentuk kuisioner disebarkan baru pada saat pelatihan sedangkan saat ini proses pendampingan masih berlangsung. Evaluasi pelaksanaan program dalam bentuk kuisioner, pengamatan langsung (observasi) dan produktivitas UMKM masih akan dilakukan setelah proses pendampingan selesai dilakukan. Lebih detailnya pola pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilihat pada gambar 1. 53

PENUTUP Program pendampingan wirausaha dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM dilakukan dalam bentuk kegiatan pelatihan dan pendampingan. kegiatan melibatkan 40 UMKM di Kabupaten Buleleng yang bergerak dalam sektor jasa, dagang dan produksi. Kegiatan pelatihan diselenggarakan selama 4 hari melibatkan 6 praktisi sebagai narasumber. pelatihan berupa : Manajemen, kewirausahaan, Pemasaran, Daya saing Produk, kemampuan peningkatan jejaring, Sistem pencatatan keuangan dan pengelolaan tenaga kerja. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan terjun langsung ke UMKM dalam bentuk implementasi dari kegiatan pelatihan untuk memberikan pembinaan lebih lanjut. Kegiatan lebih diarahkan pada konsultasi dan diskusi bagi UMKM yang memerlukan. Kegiatan monitoring dilakukan dengan observasi langsung saat kegiatan pelatihan dan pendampingan. Hasil pengamatan langsung menunjukkan pihak UMKM antusias mengikuti kegiatan yang ditunjukkan dengan keseriusan, keaktifan dalam pelatihan dan pendampingan serta semangat dalam implementasi dalam mengelola usaha mereka. Hasil evaluasi dalam bentuk kuisioner disebarkan baru pada saat pelatihan sedangkan saat ini proses pendampingan masih berlangsung. Evaluasi pelaksanaan program dalam bentuk kuisioner, pengamatan langsung (observasi) dan produktivitas UMKM masih akan dilakukan setelah proses pendampingan selesai dilakukan. REFERENSI Afiah, Nunuy Nur. 2009, Peran Kewirausahaan dalam Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi Krisis Finansial Global, Department of Accounting, padjadjaran University. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2014. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto. https://www.bps.go.id/linkt abelstatis/view/id/1322. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kabupaten Buleleng Tahun 2013. Jaka Sriyana, 2010, Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Simposium Nasional, Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. 54

Yuniarta,Suharsono,Parma,Susila-Program Pendampingan Wirausaha Dalam Rangka... Jamaluddin M, 2005, Strategi Pengembangan UKM dalam Meningkatkan Daya Saing Produk Lokal, UIN Alauddin, Gowa. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2015. Laporan Tahunan. Membangun Koperasi dan UMKM Sebagai Ketahanan Ekonomi Nasional. Lestari, Etty Puji. 2002, Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM di Kabupaten Nabire, Papua, Joint Research Pengembangan UMKM dengan BAPPEDA Kabupaten Nabire. Lestari, Ni Putu Nina Eka. 2014. Strategi Pemberdayaan Industri Kecil Kerajinan Ukiran Kayu di Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Disertasi. Program Studi Ilmu Ekonomi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Perkampungan Industri Kecil (PIK) Jakarta Timur), EconoSains-Volume VIII, Nomor 2, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Tambunan, Mangara, 2008, Reposisi UMKM Melalui Mobilisasi Sumber Daya dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi, Libralisasi, dan Desentralisasi. Makalah, Lokakarya Background Study RPJMN 2010-2014 Bidang Koperasi dan UMKM, 28 Oktober, Bappenas, Jakarta. Tambunan Tulus T.H. 2009, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah. Rahayu, Endang Sri. 2010, Kemitraan Usaha Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Saing UKM (Usaha Kecil Menengah) (Studi di 55