BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melahirkan merupakan perjalanan hidup yang akan dilakukan oleh seorang perempuan, akan tetapi persalinan sering membuat takut para ibu yang akan mengalami proses persalinan. Salah satu hal yang paling banyak ditakuti pada ibu hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah ringan berupa irisan di daerah perineum antara lubang kemaluan dan lubang anus. Episiotomi dilakukan untuk memperlebar perineum agar bayi mudah keluar dari lubang vagina (Indiarti, 2009). Episiotomi dapat menyebabkan perlukaan perineum yang umumnya terjadi di unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga hal tersebut menyebabkan robekan tidak terlihat dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi prolapsus genetalis (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Robekan perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan dan terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum disebabkan oleh faktor ibu (paritas, jarak kelahiran dan berat badan bayi), pimpinan persalinan yang salah, riwayat persalinan, ekstraksi vakum, trauma alat dan episiotomi(wiknjosastro, 2005). Dampak dari robekan perineum antara lain meningkatkan pendarahan, menambah dalamnya laserasi perineal, menambah resiko kerusakan spincher ani, 1
2 menambah rasa sakit pada hari-hari pertama masa post partum, dan meningkatkan resiko infeksi. Robekan jalan lahir juga di akibatkan oleh robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, versi ekstraksi dan episiotomi Yanti (2010). Ciri yang khas dari robekan perineum yaitu kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil, pendarahan terjadi langsung setelah anak lahir ( Depkes, 2012). Data dari Depkes RI (2012) dari rentang tahun 2009-2010 tercatat 106.461 ibu yang melahirkan dan 26.383 ibu mengalami kasus episiotomi. Hasil dari study pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Maret 2014 di RS Permata Bunda kota Malang setelah di lakukan wawancara kepada ibu-ibu hamil yang mengikuti senam hamil mereka kurang bahkan tidak mengetahui tentang manfaat dan cara melakukan pijat perineum. Tingkat pengetahuan ibu hamil pada pijat perineum menurut Zubaidah (2012) masih sangat rendah. Zubaidah menegaskan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan ibu pada saat hamil dikarenakan masih banyak ibu yang beranggapan kehamilan tidak memerlukan pijatan pada area perineum, sehingga tidak jarang ditemukan kasus ibu hamil yang pada saat melahirkan dilakukan episiotomi. Tingkat pengetahuan ibu tentang pijat perineum belum sepenuhnya dimengerti oleh ibu hamil. Banyak ibu hamil yang masih belum memahami maksud dan tujuan dari pijat perineum tersebut. Pengetahuan yang rendah dan ketidaktahuan ibu tentang pijat perineum dan kurangnya paparan pengetahuan mengenai pijat perineum membuat ibu minim informasi. Dalam hal ini upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu pada pijat perineum yakni dengan mencari informasi seperti mengikuti seminar, pelatihan khusus dan meningkatkan pendidikan mengenai pijat perineum yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu pada saat hamil.
3 Pencegah perlukaan perineum bisa di cegah dengan di lakukannya pijat perineum. Pijat perineum adalah teknik memijat perineum di saat hamil atau beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang melembutkan jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebih elastis dan lebih mudah meregang. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama beberapa minggu terakhir kehamilan di daerah perineum (area antara vagina dan anus (Aprilia, 2010). Manfaat dari pijat perineum yaitu mencegah terjadinya robekan perineum maupun episiotomi. Pijat perineum juga dapat meningkatkan aliran darah, melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu dan membuat elastis semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan termasuk kulit vagina. Saat semua otot-otot itu menjadi elastis, ibu tidak perlu mengejan terlalu keras cukup pelan-pelan saja bahkan bila prosesnya lancar robekan pada perineum tidak terjadi dan vagina tidak perlu dijahit (Indivara, 2009). Penelitian oleh Beckmann dan Garett 2006, (dalam Burns, 2011) menunjukkan bahwa pijat perineum di usia 35 minggu kehamilan, dapat mengurangi kemungkinan trauma perineal yang membutuhkan jahitan. Umumnya wanita mengeluh kesakitan pada perineal di tiga bulan pasca kelahiran. Ibu-ibu yang rajin melakukan pijat perineum sejak 3 bulan sebelum hari-h persalinan, terbukti hampir tidak ada yang mengalami robekan perineum, kalaupun terjadi perobekan perineum secara alami, maka luka pulih dengan cepat. Wanita yang melakukan pijat perineum juga mengalami penurunan resiko dari trauma yang cukup berat dari episiotomi (Elsevier, 2006). Ibu hamil dapat memperoleh informasi mengenai pijat perineum melalui pendidikan maupun promosi kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, puskesmas, maupun tenpat pelayanan kesehatan lainnya.
4 Pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perilakunya. Tujuan diberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil trimester III yaitu meningkatkan wawasan serta pengetahuan ibu tentang pijat perineum yang salah satu manfaatnya untuk mencegah robekan perineum atau episiotomi (Depkes RI, 2008). Peran perawat maternitas dalam penelitian ini adalah sebagai edukator dimana perawat dapat memberikan pengetahuan tentang pijat perineum kepada ibu hamil usia 35 minggu, mengajarkan ibu cara Pijat perineum dan memotivasi ibu untuk melakukan pijat perineum. Sebagai konselor dalam perannya disini perawat dapat membantu klien untuk sharing mengenai pijat perineum selama kehamilan untuk menghindari terjadinya robekan perineum. Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Pengaruh pendidikan kesehatan pada perubahan pengetahuan tentang pijat perineum pada ibu hamil trimester III di RS Permata Bunda. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat perineum terhadap perubahan pengetahuan ibu hamil trimester III di RS Permata Bunda Malang
5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan pengetahuan pada ibu hamil trimester III tentang pijat perineum. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu sebelum di berikan pendidikan kesehatan tentang pijat perineum 2. Mengidentifikasi pengetahuan ibu sesudah di berikan pendidikan kesehatan tentang pijat perineum 3. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan ibu tentang pijat perineum 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meberikan dan menambah wawasan bagi peneliti untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III pada pijat perineum 1.4.2 Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi data dasar dan pengembangan ilmu keperawatan dalam lingkup keperawatan maternitas, serta sebagai dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan untuk dijadikan referensi penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Tempat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil khususnya mengenai pijat perineum untuk mencegah episiotomi.
6 1.4.4 Bagi Profesi Keperawatan Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan maternitas dan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan mengenai pijat perineum selama kehamilan sehingga dapat memanimalisir angka kejadian episiotomi. 1.4.5 Bagi Masyarakat Manfaat penelitian ini terhadap masyarakat umumnya dan ibu hamil dapat memberikan informasi tentang pijat perineum sehingga ibu hamil dapat menerapkannya selama kehamilan dengan harapan angka kejadian robekan perineum pada ibu hamil kala 2 persalinan menurun 1.5 Keaslian Penelitian Dari hasil kajian pustaka, ada beberapa penelitian yang telah di lakukan berkaitan dengan penelitian tentang pengaruh perineum massage terhadap kejadian episiotomi pada ibu kala 2 persalinan, yang memiliki kemiripan pernah di lakukan seperti tercantum sebagai berikut : 1. Penelitian Ruliati (2010) dengan judul pengaruh pijat perineum pada kehamilan terhadap kejadian ruptur perineum pada persalinan di Bidan Praktek Swasta BPS Siswati dan BPS Siti Zulaikah Jombang, mengatakan pada kelompok yang diberikan intevensi pijat perineum : primigravida tidak mengalami ruptur sebanyak 44,4%, ruptur derajat I 55,6%, sedangkan pada multigravida tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 55,6%, ruptur derajat I sebanyak 44,4%. Pada kelompok kontrol : primigravida yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 22,2%, ruptur perineum derajat I sebanyak 22,2%, dan ruptur perineum derajat II sebanyak 55,6%. Sedangkan untuk multigravida yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 11,1%, 33,3% mengalami ruptur perineum derajat I, dan 55,6% dengan ruptur perineum derajat II.
7 Perbedaan antara penelitian ruliati dengan penelitian yang saya lakukan adalah pada variabel dependen. Variabel dependen pada penelitin ini adalah kejadian robekan perineum, sementara pada penelitian yang saya lakukan adalah episiotomi kala 2 persalinan. 2. Ingelia (2010), dengan judul Pengaruh Pijat Perineum Antenatal Terhadap Kejadian Robekan Perineum pada Primipara di klinik bersalin Karya Bhakti Pekanbaru. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa kelompok intervensi yaitu 66,7% tidak terjadi ruptur dan 33,3% terjadi ruptur. Sedangkan dari kelompok kontrol 20% tidak terjadi ruptur dan 80% terjadi ruptur. Perbedaan antara penelitian Ingelia dengan penelitian yang saya lakukan adalah pada variabel dependen. Variabel dependen pada penelitin ini adalah kejadian robekan perineum, sementara pada penelitian yang saya lakukan adalah pengetahuan ibu hamil trimester 3 terhadap pijat perineum.