BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain untuk individu pembelajaran itu sendiri maupun untuk masyarakat luas. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan suatu perubahan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dan perubahan yang lain akibat belajar (Sujanto, 2001: 67). Belajar adalah suatu kegiatan yang meliputi intelektual baik fisik maupun pisikhis untuk memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman pada diri seseorang (Dimiyati dan Mujiono, 2006: 65) Pendapat yang lain mengemukakah bahwa, belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu interaksi antara guru sebagai sumber belajar dangan murid (Hamalik, 2001: 76). Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses diperolehnya pengetahuan, keterampilan, pemahaman,
12 prilaku dan sikap serta perubahan prilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam upaya mencapai suatu tujuan. 2.2. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar siswa, karena pada dasarnya belajar adalah berbuat. Setiap yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal. Menurut Djamarah (2001: 72) mengemukakah bahwa, aktivitas belajar adalah suatu tindakan yang melibatkan fisik maupun psikis pada diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan belajar. Menurut Sudjana (2005:105) aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasin, dan pola respon peserta didik. Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa, aktivitas belajar adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bersifat fisik dan psikologis yang dilakukan seseorang (peserta didik) dalam upaya memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah.
13 2.3. Keterampilan Berbicara Menurut Idra, dkk (2002: 5) kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain kita kenal dengan sebutan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. Komunikasi secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis. Hubungan keempat aktivitas keterampilan berbahasa tersebut (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) sangat erat. Walaupun demikian, masingmasing keterampilan tetap mempunyai wilayah dan kemandirian. Hal itu dapat terlihat dari gerakan-gerakan otak yang sedang bekerja (Solchan T.W dkk, 2011: 118). Berdasarkan pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa, berbicara adalah suatu ungkapan perasaan isi hati seseorang untuk menyampaikan sebuah pesan kepada orang lain melalui ungkapan kata secara lisan sehinga terjadi komunikasi antar keduanya. 2.3.1 Komponen berbicara Menurut Tarigan (1998: 157) butir-butir atau komponen yang selalu terlihat dan mempengaruhi pembicaraan adalah: 1. Pembicara 2. Pembicaraan 3. Penyimak 4. Media 5. Sarana penunjang 6. Interaksi
14 Menurut Harold D. Lasswell dalam Idra (2002: 7) menawarkan model dalam proses komunikasi, kemudian dikenal dengan model Lasswell, menurutnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (communicator, source, sender) kepada komunikan (communicant, resever, recipient) melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Ada lima komponen yang dipaparkan yaitu: 1. Komunikator 2. Pesan/topik pembicaraan 3. Komunikacan 4. Media 5. Efek. 2.3.2 Hakikat Berbicara Berbicara sangat penting dalam berkomunikasi, berbicara dilakukan setiap hari dalam kehidupan baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kamus besar bahasa Indonesia Poerwadarminta (1996: 144) tertulis bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan dan sebagainya) atau berunding. Menurut Tarigan, (1998: 159) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampun mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau sebagai wujudnya berbicara
15 disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Selanjutkan dikatakan bahwa berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikhis, neurologis, sematik dan linguistic secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial (Solchan T.W dkk, 2011: 119) Berdasarkan pengertian berbicara tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa, berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. 2.3.3 Jenis-Jenis Berbicara Mengenai jenis-jenis berbicara ada lima landasan tumpu yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara (Solchan T.W dkk, 2011: 11.10) yaitu: 2.3.3.1 Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman bertelepon, dan memberi petunjuk. Sedangkan berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, dan bercerita dalam situasi formal. Tarigan (1998: 210).
16 2.3.3.2 Jenis berbicara berdasarkan tujuan pembicara Tujuan berbicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu: 1. Berbicara untuk menghibur 2. Berbicara untuk menginformasikan 3. Berbicara untuk menstimuli 4. Berbicara untuk meyakinkan 5. Berbicara untuk menggerakkan 2.3.3.3 Jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar Berdasarkan jumlah pendengar jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat tergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan. 1. Jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatari pembicaraan. Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi enam macam yaitu: 1. Pidato presentasi 2. Penyambutan 3. Perpisahan 4. Jamuan 5. Perkenalan 6. Nominasi
17 2. Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara. Berdasarkan metode penyampaian ada empat macam jenis berbicara yaitu; 1. Metode mendadak 2. Metode tanpa persiapan 3. Metode membaca naskah 4. Metode menghafal 4. Teknik berbicara Berbiacara di depan umum memerlukan teknik-teknik tertentu. Penguasaan teknik yang digunakan untuk menyajikan pikiran dan gagasan secara oral merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pembicara. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: 1. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat 2. Memiliki pengetahuan yang luas 3. Memahami proses komunikasi massa 4. Menguasai bahasa yang baik dan lancar 5. Pelatihan yang memadai Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara adalah: 1. Menentukan maksud pembicaraan 2. Menganalisis pendengar dan situasi 3. Memilih dan menyempitkan topic 4. Mengumpulkan bahan
18 5. Membuat kerangka uraian 6. Menguraikan secara mendetail 7. Berlatih dengan suara nyaring Solchan T.W dkk (2011: 114) 5. Fungsi Berbicara Konsekuensinya dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara siswa dibina dan diarahkan agar memahami dan mendalami teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara. Logisnya, pengetahuan siswa perihal teori, konsep, dan generalisasi berbicara serta metodologi pengajaran berbicara meningkat sejalan dengan tahap pembelajarannya. Pengalaman berbicara dan pengalaman mengajarkan keterampilan berbicara merupakan fungsi aspek kognitif. Secara praktis pragmatis keterampilan berbicara memiliki empat fungsi utama dalam kognitif, aspek afektif, aspek keterampilan berbicara, dan aspek keterampilan mengelola pembelajaran berbicara (Syarif 2011: 13) Di sisi lain kemampuan keterampilan berbicara juga berpengaruh terhadap sikap siswa. Mungkin saja selama ini sikap mereka terhadap keterampilan berbicara belum bersifat positif, namun melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara sikap itu diubah menjadi sikap positif. Siswa menjadi lebih memahami, menghayati, menyenangi, dan mencintai keterampilan berbicara, serta lebih gemar melaksanakan kegiatan dan pengajaran berbicara.
19 6. Relevansi Berbicara Keterampilan berbicara merupakan suatu keterampilan menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secar praktis langusng bisa kita simak: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) ekspresi; dan (d) penampilan. Segi pelafalan amat erat kaitannya dengan kemampuan fonologi, segi intonasi bersinggungan dengan sisi sintaksis, segi pilihan kata berkaitan dengan sisi semantik bahasa, sisi struktur kata berhubungan dengan linguistik dan sintaksis. Berdasarkan segi sistematika dan isi pembicaraan berkaitan dengan kompetensi wacana. Keterampilan berbicara juga berkaitan dengan keterampilan analisis. Kesalahan hal tersebut sering membuat kita melakukan kesalahan pelafalan, intonasi, pilihan kata, struktur kata, dan kalimat. 7. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Membaca Keterampilan berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Kegiatan berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi, sedangkan kegiatan membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
20 Kita mengetahui bila mayoritas bahan pembicaraan sebagian besar diperoleh melalui kegiatan membaca. Semakin banyak membaca semakin banyak informasi yang diperoleh seseorang hingga akhirnya bisa menjadi bekal utama bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara. 8. Korelasi Keterampilan Berbicara dengan Menulis Sebagaimana kita ketahui, informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Syarif (2011: 64), mengemukakan bahwa kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat aktif produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi, pikiran-gagasan, maupun konsep/ ide. Keduanya hanya berbeda dalam media yang digunakan. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Dalam praktiknya, kedua keterampilan tersebut tetap mengindahkan kaidah berbahasa. Kesalahan atau keteledoran dalam menerapkan kaidah berbahasa kadang bisa berakibat fatal. Wakil putri Indonesia dalam pemilihan Miss Universe gagal ke babak berikutnya karena kesalahannya dalam penggunaan bahasa lisannya. Banyak contoh lain yang dapat kita lihat dalam konteks masyarakat kita, baik melalui media maupun tatap muka.
21 9. Efektivitas Berbicara Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan suatu pembicaraan efektif. Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pada diri pendengarnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah sebagai berikut: 1. Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar. 2. Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak. 3. Adanya sikap positif artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima. 4. Sebagai suatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya. 5. Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak. 6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-baiknya (ada unsur empaty) dari mitra bicara. Muhammad syarief (2011: 64). Oleh karena itu pembicara yang baik seyogyanya selalu menjaga dan meningkatkan kemampuannya. Faktor fisik, psikhis dan pengalaman seorang pembicara akan sangat berpengaruh terhadap efektivitas suatu pembicaraan. Ciri-ciri pembicara yang baik antara lain: 1. Pandai menemukan topik yang tepat dan up to date (terkini). 2. Menguasai materi. 3. Memahami pendengar.
22 4. Memahami situasi. 5. Merumuskan tujuan dengan jelas (Solchan T.W dkk, 2011:11.17). 10. Kerangka Berfikir Penelitian tindakan kelas ini penulis menyajikan kerangka pikir sebagai berikut: Metode bermain peran Keterampilan Berbicara Gambar 2.1. Kerangka Pikir 2.4 Metode Bermain Peran (Role playing) Teknik bermain peran atau sosiodrama adalah siswa dapat mendramatisasikan atau memerankan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Teknik role playing dapat berperan atau memainkan peranan dalam mendramatisasi masalah sosial atau psikologi itu. Kedua teknik itu hampir sama, maka dapat dipergunakan secara bergantian. 2.4.1 Pengertian metode bermain peran (Role Playing) Modifikasi dari Muntofingah (2012: 21) bermain peran suatu teknik yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dalam hubungannya antar manusia. Bermain peran dapat pula diartikan teknik yang bertalian dengan studi kasus yang melibatkan individu dan tingkah laku atau interaksi antar individu. Teknik ini menekankan kenyataan dimana para siswa diikut
23 sertakan dalam permainan peran untuk mendemonstrasikan masalahmasalah sosial. 2.4.2 Penggunaan Metode bermain Peran (Role Playing) Teknik bermain peran digunakan apabila kita ingin melatih siswa agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat sosial psikologis. Memilih siswa dapat bergaul dan memberi pemahaman terhadap orang lain serta masalahnya. Teknik ini dipergunakan apabila kita ingin menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak. 2.4.3 Langkah-langkah Metode Bermain Peran (Role Playing) Pelaksanaan metode bermain peran, akan berhasil dengan efektif apabila mempertimbangkan langkah-langkahnya. Modifikasi dari Muntofingah (2012: 22), langkah-langkah metode bermain peran (Role Playing) yaitu: 1. Guru memilih beberapa siswa yang akan berperan, masing-masing akan mencari penyelesaian masalah sesuai dengan peranannya. Siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. 2. Guru mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha menyelesaikan masalah tersebut. 3. Guru harus bisa mengatur adegan yang harus diperankan. 4. Bila ada kerelaan dari siswa untuk bermain peran, harap ditanggapi, tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk memerankan peran tersebut. Bila tidak tepat, tunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang diperankan itu. 5. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diperankan oleh siswa, menguasai masalahnya dan pandai berdialog. 6. Guru membantu siswa dalam bermain peran, apabila siswa tidak memahami jalan penyelesaian dan perlu diadakan tanya jawab atau diskusi.
24 2.3.4 Kelebihan dan kelemahan Metode Bermain Peran (Role Playing) Setiap teknik pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan teknik bermain peran. Modifikasi dari Muntofingah (2012: 23), kelebihan Metode Bermain Peran (Role Playing) yaitu: a. Kelebihan Metode Bermain Peran 1) Siswa lebih tertarik perhatiannya pada materi pembelajaran 2) Siswa mudah memahami materi pelajaran 3) Siswa pandai menempatkan diri sebagai watak orang lain 4) Menumbuhkan sikap perhatian 5) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh 6) Siswa berlatih berinisiatif dan kreatif 7) Bakat siswa dapat dipupuk dan dikembangkan b. Kelemahan Metode Bermain Peran 1) Bila guru tidak menguasai tujuan pembelajaran hasilnya sulit tercapai 2) Bila kurang memperhatikan norma-norma sosial, adat, kebiasaan, dan keyakinan, maka akan menyinggung perasaan orang lain. 3) Siswa yang tidak memerankan peran tertentu menjadi kurang kreatif 4) Banyak memakan waktu 5) Memerlukan tempat yang cukup luas 6) Kelas lain sering terganggu oleh suara para siswa yang memerankan peran tertentu. 2.5 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri yang membedakan dari kebudayaan daerah. (M. Faisal, 2009). Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan juga memperluas wawasan. Siswa tidak hanya diharapkan
25 mampu memahami informasi yang disampaikan secara luas atau langsung, tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara terselubung atau tidak langsung. 2.6 Hipotesis Tindakan Jika pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan metode bermain peran, dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 1 Tanjung Senang Bandar Lampung.