Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang. Berdasarkan angka tersebut, diperkirakan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Harlap & Shiono (1980) melaporkan bahwa 80% kejadian abortus spontan terjadi pada usia kehamilan 12 minggu pertama.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan seksual merupakan kebutuhan manusia sejalan dengan tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh: ANIK ENIKMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi (fertilisasi) sampai lahirnya janin.

BAB I PENDAHULUAN. akan tetapi, kehamilan merupakan sesuatu yang berharga karena wanita tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses alamiah oleh setiap wanita. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. adalah saat yang paling menggembirakan dan ditunggu-tunggu setiap. perubahan tersebut mungkin relatif pada tiap-tiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya hasil konsepsi dari dalam rahim. Kehamilan membawa perubahan

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. harapan yang diperoleh tiba-tiba sirna karena kejadian yang tak terduga

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa nifas (Sulistyawati, 2009). Periode masa nifas meliputi masa

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN

population Council mengemukakan jumlah kasus aborsi di Indonesia pada berarti terjadi sekitar 18 aborsi per 100 kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya manusia dari sejak awal terbentuknya, yakni sejak terjadinya

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. hamil, pencegahan, pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Program ini

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh hampir setiap

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada awal kehamilan (trimester pertama), seperti berakhirnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RESILIENSI PADA WANITA YANG MENGALAMI ABORTUS SPONTANEA

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan persalinan adalah suatu peristiwa yang

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Dalam pernikahan ada beberapa hal yang menjadi sebuah harapan ketika pasangan suami dan istri menjalani rumah tangga, harapan yang menjadi salah satu kebahagiaannya adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah mendapatkan keturunan. Berbagai macam cara yang dilakukan oleh pasangan suami dan istri hingga akhirnya memiliki keturunan pun terwujud. Kehamilan bukanlah hal yang mudah. Selama proses kehamilan, terdapat banyak resiko bagi wanita hamil dan janinnya sejak awal kehamilan hingga akhir kehamilan. Salah satu resiko kehamilan adalah keguguran atau abortus. Ada wanita yang menantikan kehamilan selama bertahun-tahun namun ketika dinyatakan hamil, kehamilannya hanya bertahan beberapa minggu dengan kata lain mengalami keguguran. Ada pula wanita yang mendapatkan anak setelah berkali-kali mengalami keguguran. Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontanea di Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600.000-900.000 (Anshor, 2006, dalam Mahdiyah, Rahmawati dan Lestari, 2013). Menurut ensiklopedi kesehatan, keguguran (abortus) adalah pengeluaran hasil konsepsi (pembuahan sel telur oleh sel sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Akmal, Indahaan, Widhawati & Sari, 2010, dalam Aziz dan Margareth, 2017). Abortus spontanea adalah keluarnya hasil konsepsi atau janin tanpa intervensi medis maupun mekanis sebelum janin mencapai usia kehamilan 22 minggu (Saifuddin, 2002:M-11, dalam Ayu, 2012

2 ). Terjadinya pun semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah (Mahdiyah, Rahmawati & Lestari, 2013). Di Inggris, Abortus Spontanea didefiniskan sebagai pengeluaran janin tanpa adanya tanda-tanda sebelum 28 minggu kehamilan. World Health Organization (WHO) juga mendefiniskan yang mencakup kriteria bobot (kurang atau sama dengan 500 gr) dan batas usia kehamilannya kurang dari 22 minggu (FIGO News 1976, dalam Stabile, Gradzinskas, Chard, 1992). Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya abortus, di antaranya ialah kelainan hasil konsepsi (bertemunya sel telur dan sel sperma), kelainan pada plasenta, penyakit yang dimiliki oleh ibu dan juga karena faktor eksternal seperti lingkungan sekitar, gaya hidup, pola makan dan sebagainya. Adapun faktor predisposisi terjadinya abortus yaitu jumlah dari kehamilan, umur ibu, penyakit ibu yang melemahkan dan trauma fisik dan emosional (Mardiyanti, 2015). Penelitian sebelumnya terkait fenomena abortus dilakukan oleh Aziz dan Margaretha (2013). Pada penelitian tersebut, terdapat tiga subjek yang tengah menjalani kehamilan kedua namun memiliki riwayat keguguran sebelumnya. Ketiga subjek mengungkapkan perasaan sedih yang teramat dalam. Kesedihan, penyesalan bahkan tidak mampu menerima keadaan pun dirasakan oleh ketiga subjek setelah mengalami keguguran di tengah kebahagiaannya. Ketiga subjek tersebut mengalami kecemasan akan terulangnya keguguran. Maka strategi coping yang dilakukan ketiganya yaitu untuk mengatasi kecemasan yang mungkin muncul di tengah kehamilan barunya. Sehingga strategi coping yang dilakukan ketiganya sangat menyesuaikan situasi dan kondisi, baik itu secara problem focus atau emotion focus. Kesedihan, penyesalan dan rasa sulit untuk menerima keadaan saat mengalami keguguran,merupakan reaksi sebagai responnya. Menurut Ogden (2007) wanita memiliki berbagai reaksi sebagai respon dari keguguran yang dialaminya seperti grief (berduka),

3 depresi dan cemas dan juga coping (mengatasi pencegahan keguguran di kehamilan yang akan datang. Reaksi-reaksi yang muncul dari seorang wanita yang mengalami keguguran tentu tidak jauh dari bagaimana kemampuan dan ketangguhan dari seorang wanita itu sendiri. Dari hal tersebut akan menentukan juga bagaimana seorang wanita memandang dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Maka kemampuan seseorang dalam menerima dan mengatasi permasalahannya lalu tangguh dalam menghadapinya itu dinamakan dengan resiliensi (resilience). Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan, dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya. Reivich dan Shatte pun menyatakan bahwa orang yang memiliki resiliensi adalah orang-orang yang memiliki tujuh aspek diantaranya regulasi emosi, kontrol terhadap sikap-sikap impulsive, optimisme, empati, kemampuan analisa masalah, efikasi diri dan pencapaian (2002, dalam Ayu, 2012). Dalam Islam, Allah telah mengatur dan memberi manusia berbagai cara untuk mengatasi masalah dalam hidup sehingga manusia menjadi makhluk yang kuat dan mampu bertahan hidup. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 286 yang artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Hal ini sudah dipastikan Allah tidak akan membebani seseorang di luar kemampuannya. Maka ketika Allah memberikan musibah atau ujian, seseorang harus sudah yakin bahwa orang tersebut sebetulnya mampu menghadapinya termasuk pada persoalan wanita yang mengalami keguguran sampai akhirnya wanita tersebut mampu bangkit dari kemalangan yang menimpanya.

4 Ayu (2012) melakukan penelitian terkait resiliensi dari wanita yang mengalami Abortus Spontanea. Penelitian tersebut pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan 44 responden dan membuat pertanyaan-pertanyaan terbuka. Responden mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan. Rasa duka yang mendalam pasti ada pada dalam diri responden. Tapi ketika responden tahu bahwa responden mengalami abortus spontanea, dan merespon kejadian tersebut dengan sedih dan kecewa, respon menjadi mampu mengidentifikasi permasalahan abortus spontanea sehingga responden bersikap sebagaimana mestinya.cara responden mengatasinya pun dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan menaruh keyakinan sebesar 90%-100% agar bisa hamil kembali. Responden pun menjadi tahu apa yang dirasakan orang lain lalu kemudian mengambil hikmah dari yang sudah responden alami. Kondisi seperti ini pun peneliti temukan pada tiga subjek yang pernah mengalami abortus spontanea. Namun yang dialami ketiga subjek ini terjadi sebanyak dua kali keguguran. Subjek pertama (RL) yaitu wanita yang berusia 23 tahun. RL sudah mengalami kehamilan sebanyak tiga kali tetapi dua kehamilan sebelumnya RL mengalami keguguran. Pada keguguran pertama RL dalam keadaan hamil berusia 6 minggu dan keguguran kedua RL dalam keadaan hamil berusia 7 minggu. Hal yang menjadi penyebab terjadinya keguguran saat pertama maupun kedua yaitu karena kondisi kandungannya lemah dan kelelahan. Pada kehamilan pertama, kondisi RL masih dalam keadaan sibuk melakukan aktivitas yang berat karena pada saat ini RL masih dalam kondisi bekerja sehingga kelelahan dan munculnya pendarahan kemudian dinyatakan keguguran. Kemudian pada kehamilan kedua RL sudah tidak dalam keadaan bekerja, akan tetapi RL melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh karena tidak kunjung haid dan pada saat hari Lebaran RL baru mengetahui bahwa RL tengah hamil. Tidak lama setelah RL mengetahui akan kehamilannya, RL harus mengalami keguguran lagi karena selama melaksanakan ibadah puasa asupan nutrisi RL dan bayi

5 menjadi terbatas.terlebih RL memiliki kelainan murmur jantung, di mana terdapat katup jantung yang tidak tertutup sempurna sehingga proses pemompaan darahnya pun tidak sempurna. Maka dalam keadaan tidak beraktivitas berat pun RL sudah merasa kelelahan apalagi dalam kondisi hamil dan juga bekerja. Subjek kedua (SH) berusia 24 tahun merupakan subjek yang sudah mengalami keguguran dua kali. Pada saat kehamilan pertama, SH mengalami keguguran pada saat usia kehamilannya dua bulan. Penyebabnya dikarenakan kelelahan dan kandungannya lemah. Kehamilan kedua, SH mengalami keguguran pada saat usia kehamilannya tiga bulan, penyebabnya pun sama dikarenakan kelelahan dan kandungannya lemah. Sebab SH ini mengalami kelelahan adalah karena SH sibuk bekerja di sebuah toko yang tuntannya harus selalu berdiri dan kesana-kemari untuk melayani pelanggan. Tidak lama setelah keguguran yang kedua kalinya, SH hamil kembali. Pada kehamilan yang ketiga, SH sudah melahirkan ketika kehamilannya berusia 8 bulan. Akan tetapi, bayi yang lahir hanya seberat satu kilogram dan hidupnya hanya bertahan selama empat hari. Subjek ketiga (CS) merupakan wanita berusia 26 tahun yang memiliki pengalaman 3 hamil namun dua kehamilan sebelumnya mengalami keguguran. Penyebab CS mengalami keguguran adalah karena lemah kandungan dan kelelahan. Pada kehamilan pertama usia kehamilannya sudah dua bulan, kemudian CS harus mengalami keguguran namun hanya sebagian janin yang keluar. Sehingga harus dibersihkan dengan proses kuretase pada kehamilan pertamanya ini. Pada kehamilan kedua, CS mengalami keguguran pada saat usia kehamilannya baru dua minggu dan tidak melakukan proses kuretase. Dari fenomena ketiga subjek yang mengalami abortus spontanea ini, ketiganya mampu bertahan atau survive, tentu saja ini adalah hal yang menjadi ketertarikan peneliti. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti Gambaran Resilience Pada Wanita Yang Mengalami Abortus Spontanea (Studi Fenomenologi Pada Wanita Yang Mengalami Keguguran

6 Sebanyak Dua Kali) yang menjadikan para subjek mampu bertahan atau survive, menerima dan mengatasi dalam hal menghadapi keguguran. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan dari masalah dari penelitian ini adalah Bagaimanakah Gambaran Resilience Pada Wanita Yang Mengalami Abortus Spontanea (Studi Fenomenologi Pada Wanita Yang Mengalami Keguguran Sebanyak Dua Kali)? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan Gambaran Resilience Pada Wanita Yang Mengalami Abortus Spontanea (Studi Fenomenologi Pada Wanita Yang Mengalami Keguguran Sebanyak Dua Kali. Kegunaan Penelitian Kegunaan dalam penelitian ini adalah: Secara teoritis. Manfaat secara teoritis adalah dapat menambah khasanah dalam segala bidang psikologi mengenai Resilience khususnya mengenai masalah kesehatan dikaitkan dengan psikologi kesehatan dan juga psikologi positif. Secara praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi saran dan pemahaman lebih mendalam mengenai Resilience bagi seluruh pembaca khususnya pada wanita yang mengalami keguguran dan juga yang memiliki masalah kesehatan yang sekiranya dapat menghambat proses kehamilan.