KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK RUANG KOTA PADA RUANG TERBUKA PUBLIK KOTA (Studi Kasus : Alun-Alun Karanganyar) ABSTRAK ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

HIRARKI ANTARA PERENCANAAN WILAYAH KAB/KOTA DENGAN PERANCANGAN KOTA

6.3 Hasil Perubahan Elemen Kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

PERANCANGAN KOTA. BAB II Ruang Kota (Urban Space) TINJAUAN PUSTAKA Batasan Pengertian Perancangan Kota Ruang Terbuka (Open Space)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

Kajian Transformasi Bentuk dan Fungsi Alun-alun Bandung Sebagai Ruang Terbuka Publik

Kajian Hubungan Antar Fungsi Pada Kawasan Cihampelas Walk Bandung

Jl. Tamansari No.1 Bandung

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

Arahan Penataan Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Pangandaran The Direction of The Central Government Setup the Regency of Pangandaran

Keberadaan Fungsi Bangunan Sekitar dalam Membentuk Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan di Pusat Kota Pasuruan

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SENTRA BATIK & TENUN DI PEKALONGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN SUSTAINABLE SETTLEMENT

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

Urban Space, Mall, dan City Walk Ruang Hijau Kota (Ruhiko) atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Perancangan kota d3 ars undip 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Citra Tata Ruang Kawasan Talang Semut Palembang

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

Pola Aktivitas Pada Ruang Publik Taman Trunojoyo Malang

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

PENGATURAN PERUBAHAN FUNGSI PADA KAWASAN PERUMAHAN KONSERVASI: STUDI KASUS KAWASAN KONSERVASI CISANGKUY, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

BAB VI HASIL PERANCANGAN

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

PENGEMBANGAN WISATA GOA GONG Di PACITAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Eksistensi Penelitian

Teori Urban Desain. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Figure ground

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DATA DAN ANALISA

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TELENG RIA DI PACITAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengumpulan data, metode analisis data serta metode penyajian hasil analisis data.

BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STASIUN LRT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. keberadaan elemen-elemen fisik atau yang disebut juga setting fisik seiring

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

International Fash on Institute di Jakarta

KAJIAN WATERFRONT DI SEMARANG (Studi Kasus : Sungai Banjir Kanal Barat)

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

KARAKTERISTIK KAWASAN KOTA LAMA MANADO DENGAN PENDEKATAN TEORI HAMID SHIRVANI

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Konservasi merupakan upaya pengelolaan suatu tempat agar makna kultural di

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN D3 DESAIN ARSITEKTUR TUGAS PERANCANGAN KOTA

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Strategi Revitalisasi Taman Sari Kota Sungailiat Kabupaten Bangka The Revitalisation Strategy of Taman Sari Kota Sungailiat Kabupaten Bangka

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

KAJIAN PERSEPTUAL TERHADAP FENOMENA DAN KARAKTERISTIK JALUR PEDESTRIAN SEBAGAI BAGIAN DAR1 RUANG ARSITEKTUR KOTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

Transkripsi:

KAJIAN ELEMEN PEMBENTUK RUANG KOTA PADA RUANG TERBUKA PUBLIK KOTA (Studi Kasus : Alun-Alun Karanganyar) Desti Rahmiati Program Studi Arsitektur Universitas Indo Global Mandiri Jl. Jend. Sudirman No. 629 KM.4 Palembang Kode Pos 30129 E-mail : destirahmiati@gmail.com ABSTRAK Alun-alun merupakan salah satu ruang terbuka publik kota yang berfungsi sebagai wadah aktivitas sosial bagi masyarakat. Selain fungsi sosial, alun-alun juga memiliki fungsi lainnya yaitu fungsi ekologis yang bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan dan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di kota tersebut. Mengingat pentingnya peranan keberadaan alun-alun di dalam suatu kawasan perkotaan, maka sebuah ruang terbuka publik harus dirancang dengan mempertimbangkan elemen pembentuk ruang kota agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Begitu juga dengan alunalun di Kabupaten Karanganyar yang menjadi pusat kabupaten dan pusat aktivitas sosial bagi masyarakat di dalamnya. Akan tetapi pada kenyataannya, aktivitas sosial yang terjadi di alun-alun tersebut masih terbilang sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji elemen pembentuk ruang kota pada alun-alun Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil pembahasan menggambarkan bahwa sedikitnya aktivitas sosial masyarakat yang terjadi di alunalun Karanganyar disebabkan oleh elemen pembentuk ruang kota yang ada di alun-alun tersebut belum cukup baik dan masih harus diperbaiki. Kata kunci : alun-alun, elemen pembentuk ruang kota, ruang terbuka publik ABSTRACT Square is one example of public open space in city that functionate as community social activities space. Beside social function, square also have other functions, that is ecology function that aims to keep environment quality and economic function that aims to increase economy in the city. Considering the important role of square in a city, then a public open space must designed by considering urban design elements in order to function properly. So is square in Karanganyar that become district center and center of community social activities. But in fact, social activities in the square still have low of number. This research aims to describe urban design elements in square of Karanganyar using descriptive analysis method. The result describe that low of number of community social activities in square of Karanganyar caused by urban design elements in the square has not been designed well enough and has to be fixed. Keywords : public open space, square, urban design elements 1. PENDAHULUAN Ruang terbuka publik adalah ruang terbuka di luar bangunan yang dapat digunakan oleh setiap orang dan memberikan kesempatan bagi timbulnya bermacam-macam kegiatan (Hakim, 2003). Ruang terbuka publik di dalam sebuah kota sangat erat kaitannya dengan aktivitas/interaksi sosial masyarakat yang ada di dalamnya. Ruang terbuka publik bukan hanya memberikan citra pada kota, namun juga harus dapat menghargai masyarakatnya, yaitu dengan keterbukaan ruang publik itu sendiri. Ruang terbuka publik seharusnya dapat dinikmati semua orang tanpa batasan sebagai tempat berinteraksi bagi komunitas perkotaan. Kehadiran sebuah ruang publik di suatu kota akan memberikan dampak terhadap masyarakat di sekitarnya. Pemanfaatan suatu ruang publik dapat dinilai keberhasilannya dengan menggunakan berbagai parameter baik dari segi fungsi maupun perannya di dalam kota. Untuk mencapai keberhasilannya, ruang publik harus memenuhi persyaratan karakteristiknya sebagai sebuah ruang publik terbuka atau tertutup. Seperti yang dikutip dari William H. Whyte What attracts people most it would appear, is other people., salah satu indikasi keberhasilan ruang publik adalah banyak dikunjungi masyarakat. Untuk itu, sebuah ruang terbuka publik harus dirancang IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 1

dengan mempertimbangkan elemen pembentuk ruang kota agar dapat menarik banyak pengunjung. Menurut Shirvani (1985), ruang terbuka publik kota adalah semua kenampakkan lansekap, hardscape (jalan, trotoar dan sebagainya), taman dan ruang rekreasi di kota. Sistem ruang terbuka kota dibentuk oleh pengaturan elemen-elemen ruang terbuka kota dalam suatu urutan pengaturan yang saling berkaitan sehingga menciptakan bentuk ruang terbuka yang fungsional. Contoh ruang terbuka publik kota adalah alun-alun, taman, lapangan olahraga, plaza, jalur pedestrian, pemakaman dan jalan. Alun-alun Karanganyar merupakan salah satu contoh ruang terbuka yang belum banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kabupaten Karanganyar merupakan bagian dari provinsi Jawa Tengah, dimana seharusnya alun-alun menjadi pusat kabupaten dan pusat aktivitas sosial bagi masyarakat di dalamnya. Alun-alun adalah salah satu ruang terbuka publik di dalam kota yang berfungsi sebagai wadah berbagai aktivitas sosial seperti upacara pada hari besar, acara perlombaan, konser musik, pasar rakyat, kegiatan agama, olahraga, sosial serta dapat menjadi tempat berkumpul dan berekreasi. Akan tetapi pada kenyataannya, aktivitas sosial yang terjadi di alunalun tersebut masih sedikit. Berdasarkan hasil observasi singkat, alun-alun ini hanya digunakan oleh sebagian kecil masyarakat Karanganyar. Penelitian ini mengkaji elemen pembentuk ruang kota pada alun-alun Karanganyar. terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Dalam suatu kawasan perkotaan, ruang terbuka memiliki fungsi utama untuk : (1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air; (2) menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat; (3) meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih. Selain fungsi utama tersebut, ruang terbuka publik juga memiliki fungsi lainnya yaitu fungsi sosial dan budaya serta fungsi ekonomi. Elemen perkotaan yang dikelompokkan menjadi ruang terbuka publik antara lain taman-taman publik (public parks), lapangan dan plaza (square and plaza), taman peringatan (memorial parks), pasar (markets), jalan (streets), lapangan bermain (playground), ruang terbuka untuk masyarakat (community open space), jalan hijau dan jalan taman (greenways and parkways), jalur pedestrian (pedestrian ways) dan tepi laut (waterfronts). Keberagaman bentuk ruang terbuka publik biasanya terjadi secara alami dari tatanan bangunan di sekelilingnya. Spiro Kostof dalam Ching (1979) membagi bentuk ruang terbuka publik menjadi bentuk persegi, bulat, bentuk L, trapezoid, segitiga dan bentuk irregular (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1). 2. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan untuk menjelaskan penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengkaji elemen pembentuk ruang kota pada ruang terbuka publik kota. Penelitian deskriptif merupakan kegiatan mendekripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Dalam penelitian ini terdapat tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu survey dan pengumpulan data, kompilasi data, menganalisis data dan kemudian menyusun kesimpulan dan rekomendasi sebagai acuan dalam menindaklanjuti hasil penelitian. 3. LANDASAN TEORI a. Ruang Terbuka Publik Menurut Carr (1992), ruang terbuka adalah wadah kegiatan fungsional maupun aktivitas ritual yang melibatkan sekelompok masyarakat, dalam rutinitas normal kehidupan sehari-hari maupun kegiatan periodik. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/PRT/M/2008, ruang terbuka terbagi menjadi dua jenis yaitu ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) terbagi lagi menjadi ruang Gambar 1. Bentuk Ruang Terbuka Publik Menurut Spiro Kostof b. Ruang Kota Menurut Rob Krier (1997), ruang kota dapat didefinisikan sebagai semua ruang yang berada di antara atau luar bangunan dan berfungsi sebagai tempat terjadinya kegiatan masyarakat kota sehingga dapat pula menjadi ruang publik. Spreiregen (1965) mengklasifikasikan ruang kota menjadi dua yaitu, formal space dan informal space. Formal space didefinisikan sebagai ruang yang umumnya dibatasi oleh fasade bangunan dan tanah kota sebagai landasannya, adapun informal space didefinisikan sebagai ruang-ruang yang dibatasi atau didominasi oleh unsur-unsur alam seperti air dan pepohonan. Ruang terbuka publik merupakan salah satu bagian dari perkotaan, sehingga dalam setiap perancangan ruang terbuka publik harus memperhatikan elemen 2 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017

pembentuk ruang kota agar dapat memberikan karakteristik yang baik bagi kota tersebut. Adapun elemen pembentuk ruang kota menurut Shirvani (1985) antara lain : (1) Tata Guna lahan (Land Use) Tata guna lahan dapat diartikan sebagai pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi. (2) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari massa bangunannya. Dalam bentuk dan massa bangunan seharusnya diperhatikan berbagai aspek meliputi ketinggian bangunan, kepejalan gedung, koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan, garis sempadan bangunan, langgam, skala, material, tekstur dan warna. (3) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Penataan sirkulasi dan parkir perlu diperhatikan karena menjadi salah satu pembentuk struktur lingkungan perkotaan yang dapat mengontrol aktivitas kawasan. (4) Ruang Terbuka (Open Space) Ruang terbuka merupakan elemen yang sangat esensial dalam perancangan kota demi tercapainya kenyamanan bagi pengguna ruang. Desain ruang terbuka harus dipertimbangkan secara terintegral terhadap bagian dari perancangan kota. (5) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways) Jalur pedestrian merupakan elemen penting dalam perancnagan kota, karena tidak lagi hanya berorientasi pada keindahan semata, akan tetapi juga masalah kenyamanan dengan didukung oleh kegiatan pedagang kaki lima yang dapat memperkuat kehidupan ruang kota tersebut. Strategi dalam perancangan jalur pedestrian adalah menjaga keseimbangan antara penggunaan jalur pedestrian dan fasilitas untuk kendaraan bermotor. Hal ini untuk mendukung suasana kota menjadi hidup dengan ruang publik yang atraktif, juga dapat terjalin hubungan yang harmonis antara kegiatan di jalur pedestrian dengan kegiatan pelayanan umum dan fasilitas yang dimiliki oleh masyarakat secara individual. (6) Penanda (Signages) Penanda dapat berupa suatu tulisan, gambar, lambang ataupun bendera yang memiliki fungsi sebagai penunjuk, pemberi keterangan, pengenal dan pengaturan (Chiara & Koppelman, 1997). (7) Kegiatan Pendukung (Activity Support) Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan yang mendukung ruang publik di suatu kawasan kota. (8) Konservasi (Conservation) Konservasi merupakan strategi untuk menangani secara preventif terhadap kehancuran bangunan kuno, memperbaikinya agar dapat bertahan lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang sudah rusak dengan elemen baru seperti aslinya. c. Alun-alun Sebagai Elemen Ruang Kota Alun-alun merupakan ruang terbuka yang umumnya berada di jantung kota tradisional sebagai tempat pertemuan komunitas atau masyarakat. Keberadaan alun-alun menjadi penting dalam perancangan perkotaan karena berfungsi untuk mempertunjukkan bangunan-bangunan tersebut untuk meraih keuntungan yang lebih. Alun-alun merupakan salah satu interpretasi dari konsep mengenai pemusatan (concept of the centre) dalam perancangan perkotaan yang melibatkan pemahaman tentang pentingnya persepsi manusia terhadap lingkungannya agar tidak mengakibatkan kerusakan bagi kota itu sendiri. d. Alun-alun di Indonesia Alun-alun merupakan suatu lapangan terbuka yang luas dan berumput serta dikelilingi oleh jalan dan dapat digunakan untuk kegiatan masyarakat yang beragam. Perkembangan alun-alun bergantung pada evolusi kebudayaan masyarakat yang meliputi tata nilai, pemerintahan, kepercayaan, perkonomian dan sebagainya. Pada zaman Hindu-Budha alun-alun disebut juga dengan tanah sakral yang berfungsi sebagai tempat upacara peribadatan, setelah peradaban Islam masuk ke Indonesia, banyak bangunan masjid yang dibangun di sekitar alunalun sehingga alun-alun juga digunakan sebagai tempat kegiatan -kegiatan hari besar Islam termasuk Shalat Idul Fitri, contohnya seperti alun-alun kota Bandung. Selanjutnya pada masa penjajahan Belanda, banyak bangunan -bangunan untuk kepentingan Belanda di sekitar alun-alun, hal ini mengakibatkan berkurangnya fungsi simbolis dari alun-alun itu sendiri. Fenomena ini berlanjut ke masa kemerdekaan, terdapat banyak alun-alun yang bertransformasi atau berubah bentuk. Perubahan tersebut diakibatkan oleh kebijakan pemerintah, aktivitas masyarakat, perdagangan maupun pencapaian. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Alun-Alun Karanganyar Alun-alun Kabupaten Karanganyar terletak di kawasan pusat kota yang dikembangkan dengan fungsi perdagangan dan perkantoran. Alun-alun bagi kabupaten karanganyar dapat dikatakan sebagai jantung kota/kabupaten tersebut dimana terdapat kawasan pusat pemerintahan di sekitarnya. Alun-alun tersebut merupakan satu-satunya ruang terbuka yang paling dominan digunakan untuk berbagai macam aktivitas masyarakatnya. Kawasan alun-alun kabupaten Karanganyar merupakan ruang terbuka IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 3

yang dikelilingi oleh beragam fasilitas publik seperti bangunan ibadah, pertokoan dan bangunan pemerintahan guna mendukung fungsinya sebagai pusat kabupaten (Gambar 2). Secara keseluruhan, bentuk dan massa bangunan di sekitar alun-alun Karanganyar dapat dikatakan homogen, hal ini dikarenakan bangunan di sekitar alun-alun Karanganyar didominasi oleh bangunan perkantoran pemerintah. Dilihat dari sisi arsitektural, bangunan di sekitar alun-alun yang memiliki ketinggian 1-2 lantai ini menggunakan gaya arsitektur tradisional Jawa, terlihat dari penggunaan atap joglo dan limas. Tampak bangunan di sekitar alun-alun dapat dilihat pada Gambar 3. Batas utara Batas Timur Batas Barat Gambar 2. Siteplan Kawasan Alun-Alun Kabupaten Karanganyar Selain itu, alun-alun karanganyar juga berfungsi sebagai wadah aktivitas sosial masyarakat seperti olahraga, rekreasi, aktivitas pedagang kaki lima dan sebagainya. Perkembangan kawasan alun-alun dari masa ke masa menyebabkan keberagaman fungsi alun-alun itu sendiri, keberagaman fungsi yang dimaksud antara lain : Upacara kenegaraan, orasi maupun kampanye politik karena memiliki daya tampung yang besar. Menjadi perluasan tempat ibadah Masjid Agung Karanganyar dikarenakan letaknya yang berada tepat di depan masjid. Sarana olahraga bagi masyarakat seperti sepakbola. Sebagai wadah aktivitas sosial masyarakat yang beragam. Keberagaman aktivitas sosial tersebut tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pedagang kaki lima (PKL) untuk berdagang di alun-alun Karanganyar. b. Elemen Pembentuk Ruang Kota Pada Alun- Alun Karanganyar Berikut pembahasan mengenai elemen pembentuk ruang kota pada alun-alun Karanganyar: (1) Tata Guna lahan (Land Use) Alun-alun Karanganyar berada di kawasan pusat kota yang dikembangkan dengan fungsi perdagangan dan perkantoran. Dilihat dari gambar 2 bahwa bangunan di sekeliling alun-alun yang dominan adalah bangunan perkantoran / pemerintahan, hal ini mengakibatkan sedikitnya aktivitas sosial masyarakat. (2) Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing) Batas Selatan Gambar 3. Tampak Bangunan di Sekitar Kawasan Alun-Alun Kabupaten Karanganyar (3) Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking) Sirkulasi merupakan elemen penting bagi pembentukkan struktur lingkungan kota karena sirkulasi dapat membagi, mengarahkan dan mengontrol pola aktifitas. Kawasan alun-alun memiliki sistem sirkulasi yang baik dengan kondisi jalan yang cukup lebar serta sistem perkerasan jalan yang baik pula (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4). Gambar 4. Kondisi Jalan Sirkulasi di Sekitar Kawasan Alun-Alun Kabupaten Karanganyar Untuk arah sirkulasi yang ada di kawasan ini sudah terarah dengan bantuan rambu dan peraturan yang ada (dapat dilihat pada Gambar 5). Kapasitas serta besaran sirkulasi sudah mencukupi. 4 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017

area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan). Gambar 5. Arah Sirkulasi di Sekitar Kawasan Alun- Alun Kabupaten Karanganyar Sirkulasi sangat erat kaitannya dengan sistem parkir. Dari segi penataan parkir, belum tersedianya area parkir yang diperuntukkan khusus bagi pengunjung, sehingga kendaraan pengunjung diparkirkan di bahu jalan di sekitar alun-alun dan ada juga yang parkir di dalam alun-alun (Gambar 6). Hal ini dapat mengganggu sirkulasi di kawasan alun-alun dan dapat mengganggu aktivitas yang ada di dalam alunalun. Gambar 7. Ruang Terbuka di Sekitar Kawasan Alun-Alun Kabupaten Karanganyar Gambar 6. Kendaraan Pengunjung Diparkir di Bahu Jalan Sekitar Kawasan Alun-Alun Kabupaten Karanganyar (4) Ruang Terbuka (Open Space) Ruang terbuka di sekitar Alun-alun antara lain adalah alun-alun itu sendiri, taman kota, lapangan basket, hutan kota, tanah kosong dan juga jalan raya (Gambar 7). Ruang-ruang terbuka ini sudah memenuhi fungsi-fungsinya sebagai penyedia cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan; penyedia area rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus misal pada taman kota, alun-alun, lapangan basket, dan hutan kota; pelindung fungsi ekologi kawasan, misal pada tanah kosong, taman kota dan hutan kota; pemberi bentuk solid-void pada kawasan; dan sebagai (5) Jalur Pedestrian (Pedestrian Ways) Jalur pedestrian di sekitar alun-alun Karanganyar sudah cukup baik namun masih terdapat beberapa hal yang harus dibenahi untuk mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan pengguna. Beberapa contoh permasalahan pedestrian ways di kawasan Alun-alun Karanganyar dapat dilihat pada Gambar 8. Terdapat beberapa jalur pedestrian yang terputus akibat digunakan sebagai area parkir. Belum tersedianya street furniture seperti kursi taman juga menyebabkan banyak pengunjung yang duduk dan berkumpul di jalur pedestrian, ditambah dengan keberadaan PKL yang memenuhi jalur pedestrian, sehingga mengganggu kenyamanan pejalan kaki. IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 5

Gambar 8. Kondisi Jalur Pedestrian di Alun-Alun Kabupaten Karanganyar (6) Penanda (Signages) Penanda yang terdapat di kawasan alun-alun Karanganyar sangat beragam meliputi spanduk, papan nama, papan penanda, akan tetapi penataannya belum cukup baik. Permasalahan terkait penanda di alun-alun tersebut yaitu ukuran penanda yang belum cukup memadai untuk dijangkau oleh pandangan mata dari kejauhan, perletakannya yang tidak rapi dan beberapa ada yang ditempatkan di jalur pedestrian sehinggadapat mengganggu fungsi dari jalur itu sendiri (Gambar 9). Hal tersebut tentu memberi dampak negatif terhadap kualitas visual lingkungan sekitar yang menjadikan lingkungan di kawasan alunalun Karanganyar terlihat tidak rapi. Gambar 9. Kondisi Penanda (Signages) di Sekitar Alun-Alun Kabupaten Karanganyar (7) Kegiatan Pendukung (Activity Support) Keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di alun-alun karanganyar disebabkan oleh adanya aktivitas sosial masyarakat di alun-alun tersebut, kemudian PKL ini menjadi salah satu faktor yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi alun-alun Karanganyar. Akan tetapi, keberadaan PKL di kawasan alun-alun Karanganyar yang belum tertata dengan rapi menyebabkan PKL menempati beberapa area di jalur pedestrian (ditunjukkan pada Gambar 10). Hal ini dapat mengganggu kenyamanan dan keamanan bagi pejalan kaki dalam menggunakan jalur pedestrian. 6 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017

Gambar 10. Kondisi PKL di Sekitar Alun-Alun Kabupaten Karanganyar (8) Konservasi (Conservation) Pada kawasan alun-alun kota Karanganyar terdapat bangunan Candi dan monumen prasasti yang merupakan obyek preservasi (Gambar 11). Kondisi bangunan ini tidak cukup terawat. Gambar 12. Bangunan Konservasi di Sekitar Alun- Alun Kabupaten Karanganyar Selain itu, gaya arsitektur bangunan-bangunan tersebut sudah cukup mencerminkan ciri khas Karanganyar. Pemeliharaan yang sesuai juga dapat meningkatkan nilai budaya serta perekonomian daerah sehingga Karanganyar bisa memiliki kebanggaan dan ciri khas tersendiri. 5. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapatkan dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut: a. Alun-alun Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan sudah cukup memenuhi fungsinya sebagai ruang terbuka kota, yaitu fungsi ekologis untuk menjaga kualitas lingkungan dan juga fungsi sosial-ekonomi masyarakat. b. Aktivitas sosial masyarakat yang terjadi di alunalun Karanganyar masih terhitung sedikit dikarenakan elemen pembentuk ruang kota (fasilitas) pada alun-alun tersebut belum cukup baik. c. Elemen pembentuk ruang kota pada alun-alun Karanganyar yang belum cukup baik dan perlu diperbaiki meliputi kondisi jalur pedestrian, penataan pedagang kaki lima (PKL), kelengkapan street furniture (seperti kursi dan lampu taman), ketersediaan area parkir bagi pengujung alunalun. DAFTAR PUSTAKA Gambar 11. Obyek Preservasi di Sekitar Alun-Alun Kabupaten Karanganyar Sedangkan untuk bangunan konservasi di sekitar kawasan alun-alun Karanganyar, sejauh ini cukup terpelihara dengan baik sehingga keberadaannya mampu menjadi daya tarik lain bagi para pengunjung yang datang ke kawasan tersebut (dapat dilihat pada Gambar 12). Carr, S., Francis, M., Rivlin, L.G. & Stone, A.M. (1992). Public Space. United State of America: Cambridge University Press. Chiara, J.D. & Koppelman, L.E. (1997). Standar Perancangan Tapak. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ching, F.D.K. (1979). Arsitektur: Bentuk-Ruang dan Susunannya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hakim, R. & Utomo, H. (2003). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip- IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017 7

Unsur dan Aplikasi Desain, Jakarta: Bumi Aksara. Krier, R. (1997). Urban Space. New York: Rizzoli International Publications. Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold. Spreiregen, P.D. (1965). Urban Design - The Architecture of City and Town. New York: McGraw Hill. Sudjana, N. & Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. 8 IKRAITH-TEKNOLOGI, VOL. 1, NO. 2, NOVEMBER 2017