BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

BAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai wujud gagasan seseorang yang pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan kegiatan yang mengungkapkan pikiran imajinatif

BAB I PENDAHULUAN. ini makin sering terlihat, baik yang terjadi dikalangan publik maupun di dalam rumah

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya sebagai objek dan bahasa sebagai mediumnya (Semi,1984:2). Karya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra memiliki definisi yang cukup luas. Sastra merupakan sebuah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu manusia dan kehidupannya, dengan bahasa sebagai medianya. Karya sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia, sebagai individual, pada dasarnya dilahirkan dalam proses sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan adalah sebuah negara republik yang terletak di Semenanjung Korea. Sejak kemerdekaannya pada tanggal 15 Agustus 1945, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara maju di Asia. Saat ini, masyarakat modern Korea Selatan tidak terlepas dari berbagai masalah sosial, seperti tingginya tingkat pengangguran, rendahnya angka kelahiran, serta bullying. Penelitian ini mengambil salah satu masalah sosial yang berkembang diantara generasi muda di Korea Selatan, yaitu bullying. Bullying tidak hanya terjadi di Korea Selatan, tetapi juga di berbagai penjuru dunia. Bullying di Korea Selatan antara lain disebabkan oleh tingkat persaingan yang tinggi antarsiswa, persesuaian (conformity), jam sekolah yang panjang, serta lemahnya pengawasan dari orang dewasa. Pengertian Bullying adalah perilaku agresif yang tidak diinginkan yang terjadi pada anak usia sekolah yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban (https://www.stopbullying.gov). Jenis bullying yang paling sering terjadi di Korea Selatan adalah bullying relasional (pengucilan) atau yang umum dikenal dengan istilah wangtta (hangeul : 왕따 ). Di Korea Selatan, tidak jarang kasus bullying yang berakhir dengan tindakan bunuh diri oleh korban. Bunuh diri adalah penyebab kematian tertinggi diantara 1

2 individu usia 15-24 tahun. Peneliti yakin bahwa tingginya kasus bunuh diri di Korea Selatan berkaitan dengan persaingan ketat di bidang akademis serta dampak dari tindakan bullying yang berkembang di Korea Selatan (http://chicagopolicyreview.org/). Salah satu film yang menggambarkan tindakan bullying adalah film Uahan Geojitmal. Film Uahan Geojitmal menceritakan gadis berusia 14 tahun, Cheon-ji yang memilih bunuh diri sebagai jalan keluar dari tindakan bullying yang dialaminya. Film Uahan Geojitmal adalah film asal Korea Selatan yang dirilis tahun 2014. Film ini ditulis oleh Lee Sook-yeon dan Lee Han, serta disutradarai oleh Lee Han. Film Uahan Geojitmal adalah film kelima yang disutradarai oleh Lee Han. Sebelumnya, sutradara Lee Han mendapat penghargaan sebagai sutradara terbaik untuk film Punch pada tahun 2011. Sama seperti film karya sutradara Lee Han terdahulu Punch, film Uahan Geojitmal menjadi salah satu film box office pada tahun 2014 dengan penjualan lebih dari satu juta tiket. Alasan pemilihan film Uahan Geojitmal sebagai objek penelitian ini adalah adanya tindakan bullying yang berujung pada kematian korban yang tergambar dalam film. Bullying adalah salah satu masalah sosial yang berkembang diantara generasi muda Korea Selatan dewasa ini. Bullying yang berujung pada bunuh diri korban mendapat perhatian dari pemerintah Korea Selatan, dimana dalam pidatonya pada tahun 2012, mantan presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyoroti tindakan bullying di sekolah dengan mengatakan bahwa bullying telah menjadi masalah sosial yang serius, serta bullying tidak hanya memengaruhi

3 korban tetapi juga memberi pengaruh kepada remaja dan masyarakat sebagai keseluruhan. Film menurut Boggs dalam Sani (1992:23) adalah media yang unik, dengan kelengkapan dan kekhususan yang membedakannya dengan bentuk-bentuk kesenian lain seperti seni lukis, seni pahat, fiksi, dan drama. Film juga dalam bentuknya yang paling populer dan paling kuat merupakan sebuah media untuk bercerita yang memiliki unsur-unsur sama dengan cerita pendek dan novel. Film sebagai karya sastra tentu tidak muncul begitu saja, melainkan ada hubungan antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang memasalahkan hubungan timbal balik antara ketiga unsur tersebut, seperti Apakah latar belakang sosial pengarang menentukan isi karangannya? atau Seberapa jauhkah karya sastra mencerminkan keadaan zamannya? dapat dijawab melalui pendekatan sosiologi sastra. Sastra adalah institusi sosial yang menggunakan media bahasa (Wellek dan Warren, 1990:109). Damono (2003:1) mengatakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat, antarmasyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Jdanov dalam Escarpit (2005:8) berpendapat bahwa sastra harus dipandang dalam hubungan yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat, latar belakang unsur sejarah serta unsur sosial yang memengaruhi pengarang. Dengan kata lain, suatu karya sastra tidak lahir dari kekosongan sosial dan karya sastra

4 adalah tempat pengarang untuk menjawab berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya termasuk fenomena sosial. Van Luxemburg (1984:23-24) juga memiliki pendapat serupa, yaitu bahwa sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial dan sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat suatu zaman. Hubungan antara aspek-aspek teks sastra dan susunan masyarakat dapat diteliti untuk mengetahui sistem masyarakat serta perubahannya yang tercermin dalam sastra. Pandangan bahwa sastra mencerminkan kehidupan juga dikemukakan oleh kelompok New Critics yang menuduh ilmu dan teknologi menghilangkan nilai perikemanusiaan dari masyarakat dan menjadikannya berat sebelah. Menurut mereka, ilmu (sains) tidak memadai dalam mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan sastra terutama puisi dapat mengungkapkan situasi kehidupan manusia dengan lebih sempurna (Van Luxemburg, 1984:52). Swingewood dalam Wiyatmi (2013:6) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga, dan proses-proses sosial. Pendapat lainnya tentang sosiologi adalah menurut Damono dalam Wahyuningtyas dan Santoso (2011:20) yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya, bukan suatu segi khusus masyarakat terutama yang berhubungan dengan aspek-aspek masyarakat yang menyangkut interaksi dan interelasi (hubungan satu sama lain) antarmanusia, syarat-syaratnya dan akibat-akibatnya. Sosiologi sastra didefinisikan sebagai salah satu pendekatan dalam kajian

5 sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan memandang segi-segi kemasyarakatan (Damono, 1979:2). Sosiologi sastra berasal dari teori mimesis Plato yang menganggap sastra sebagai tiruan dari kenyataan. Dikutip dari Watt (dalam Damono, 1979:4) sosiologi karya sastra mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat, yang dimaksud dengan sastra sebagai cermin masyarakat adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dianggap mencerminkan atau menggambarkan kembali realitas yang terdapat dalam masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam sebuah karya ilmiah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan dalam sebuah penelitian (Dewojati, 2012:57). Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Bagaimanakah bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal? b. Bagaimanakah representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh penulis (Dewojati, 2012:57). Tujuan penelitian berisi upaya pokok yang akan dikerjakan dan garis besar hasil yang hendak dicapai (Indrastuti dan Wahyuningsih, 2012:43). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

6 a. Mengetahui bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal. b. Mengetahui bentuk representasi dan kritik terhadapa tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya pustaka referensi penelitian sastra. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi penjelasan dan jawaban dari pertanyaan mengenai bullying serta representasi dan kritik tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa maupun umum dalam sosiologi sastra. 1.5 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan bagian penting dari sebuah penelitian. Fungsi tinjauan pustaka adalah mengetahui penelitian atau tulisan terdahulu yang berhubungan dengan topik yang akan ditulis. Selain itu, tinjauan pustaka juga berfungsi untuk mengetahui posisi penelitian yang akan ditulis. Yang dimaksud dengan hal ini adalah letak perbedaan dan kebaruan (orisinalitas) karya ilmiah yang akan ditulis (Indrastuti dan Wahyuningsih, 2012:43-44). Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, penulis menemukan penelitian terdahulu yang membahas objek penelitian menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

7 Pertama, penelitian oleh Anis Farida Pratamasari (2015) berjudul Masalahmasalah Sosial dalam Novel MAJUTSU WA SASAYAKU Karya Miyabe Miyuki : Analisis Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasikan realitas sosial historis yang tergambar dalam novel, serta menjelaskan respon pengarang dalam menyikapi masalah sosial. Persamaan penelitian Pratamasari dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sastra sebagai cermin masyarakat dan tujuan yang dituju yaitu untuk menelaah kehidupan masyarakat pada zaman tertentu, sedangkan perbedaannya terletak pada objek karya sastra. Kedua, penelitian oleh Herlinda Yuniastuti (2015) berjudul Diskriminasi dan Eksploitasi terhadap Difabel dalam Novel DUGEUN-DUGEUN NAE INSAENG Karya Kim Aeran : Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan difabel, diskriminasi, dan eksploitasi yang tercermin dalam novel, khususnya di Korea Selatan. Persamaan penelitian Yuniastuti dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sastra sebagai cermin masyarakat dan tujuan yang dituju yaitu untuk menelaah kehidupan masyarakat pada zaman tertentu, sedangkan perbedaannya terletak pada objek karya sastra. Ketiga, penelitian oleh Nurrochmah Septin K (2014) berjudul Representasi dan Dampak Hallyu Pada Kehidupan Masyarakat Korea dalam Drama Reply 1997 ( 응답하라 1997) : Kajian Sosiologi Sastra. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengemukakan bentuk dan dampak dari fenomena hallyu dalam drama Reply 1997. Persamaan penelitian Septin dengan penulis terletak pada teori yang digunakan yaitu teori sosiologi sastra sebagai cermin masyarakat, sedangkan

8 perbedaannya terletak pada rumusan masalah dan objek penelitian. 1.6 Landasan Teori Teori merupakan aturan (tuntunan kerja) untuk melakukan sesuatu (Moeliono dalam Sangidu, 2004:13). Pemilihan teori diarahkan oleh masalah yang akan dijawab dan tujuan yang akan dicapai melalui penelitian. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah (kajian) tentang lembaga dan proses sosial. Seperti halnya sosiologi, sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Perbedaan antara keduanya adalah sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan sastra menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya (Damono, 2002:8-10). Herder dalam Damono (1979:19) berpendapat bahwa setiap karya sastra berakar pada suatu lingkungan sosial dan geografis tertentu. Faktor lingkungan sosial dan geografis yang berhubungan dengan karya sastra, menurut Herder adalah iklim, lanskap, ras, adat istiadat, dan kondisi politik. Hubungan antara karya sastra dengan iklim, geografi, lingkungan sosial, bahkan sifat-sifat suatu bangsa seperti yang dikemukakan oleh Herder menunjukkan bahwa keberadaan, ciri-ciri, dan perkembangan sastra tidak dapat dilepaskan dari subjek pencipta dan masyarakat pembaca yang menikmatinya yang dibentuk oleh kondisi alam dan lingkungan sosial-budayanya. Grebstein dalam Damono (1979:4) mengatakan bahwa karya sastra tidak

9 dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkan. Pendapat ahli lain yang memperkuat pendapat bahwa sastra dapat dinilai melalui pendekatan sosiologi adalah menurut Roolvink dalam Damono (2002:21-22) yang mengatakan bahwa sastra pada umumnya janganlah hanya dihargai dari sudut beletri (sastra indah), tetapi dapat juga diamati sebagai pengukur barang apa yang hidup dalam jiwa suatu bangsa dan pengukur watak masyarakatnya. Dengan kata lain, Roovlink menekankan pentingnya pendekatan yang dicakup oleh sosiologi sastra dan menganggap bahwa karya sastra sebagai dokumen sosial. Roovlink berpendapat bahwa tidak selamanya suatu karya sastra hanya dilihat dari sisi keindahannya namun juga dapat dianalisis berdasarkan hubungannya dengan masyarakat. Swingewood dalam Faruk (2012:47) mencoba membangun pertalian antara karya sastra dengan dunia sosial jauh ke belakang, hingga ke teori mimesis Plato. Menurut Plato, dunia dalam karya sastra merupakan tiruan terhadap dunia kenyataan yang sebenarnya juga merupakan tiruan terhadap dunia ide. Dengan demikian, apabila dunia dalam karya sastra membentuk diri sebagai sebuah dunia sosial, dunia tersebut merupakan tiruan terhadap dunia sosial yang ada dalam kenyataan seperti yang dipelajari dalam sosiologi. Sosiologi sastra merupakan pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Jakob Seomardjo dalam Wahyuningtyas dan Santoso (2011:25) mengatakan sifat dan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya-karya sastranya. Begitu pula harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, aspirasi-aspirasi

10 masyarakat menjadi bagian pribadi pengarang-pengarangnya. Ian Watt melalui esainya Litetarure an Society dalam Damono (1979:3) membedakan pendekatan sosiologi sastra menjadi tiga, yaitu sosiologi sastra yang mengkaji konteks sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra. Wellek dan Warren (1990:111) juga mengungkapkan hal senada tentang penggolongan pendekatan hubungan antara sastra dengan masyarakat (sosiologi sastra), yaitu : a. Sosiologi pengarang, profesi pengarang dan institusi sastra. Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. b. Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial. c. Permasalahan pembaca dan dampak sosial karya sastra. Dikarenakan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea melalui film Uahan Geojitmal, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiologi sastra dengan pendekatan kedua, yaitu sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri atau sastra sebagai cermin masyarakat. Bullying (bahasa Indonesia : penindasan) adalah sebuah hasrat untuk

11 menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan dalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang (Rigby dalam Astuti, 2008:3). Bullying sering kali terlihat sebagai perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik ataupun psikologis terhadap orang atau kelompok yang dianggap lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang yang menganggap dirinya lebih kuat. Perbuatan pemaksaan atau menyakiti ini terjadi dalam sebuah kelompok, seperti kelompok teman sebaya di lingkungan sekolah. Perbuatan bullying dapat berbentuk tindakan memukul, mendorong, mengejek, mengancam, memaksa, memalak (meminta secara paksa) uang, melecehkan, menjuluki, meneror, memfitnah, menyebarkan desas-desus, mendiskriminasi, dan sebagainya. Persentase terbesar kejadian bullying berada pada lingkungan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Gunawan dalam Saripah, 2010). Karakteristik bullying menurut Rigby dalam Astuti (2008:8) adalah : a. Ada perilaku agresi (penyerangan) yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korbannya, b. Tindakan itu dilakukan secara tidak seimbang sehingga menimbulkan perasaan tertekan pada korban, c. Perilaku tersebut dilakukan secara berulang.

12 Saat ini, bullying tidak hanya dapat dilakukan dengan bertatap muka secara langsung, tetapi bisa melalui fasilitas internet seperti surat elektronik, media sosial, ruang obrolan, dan lain-lain. Barbara Coloroso (2006:47-50) mengkategorikan bullying menjadi empat jenis, yaitu : Bullying verbal; perilaku ini dapat berupa pemberian julukan yang bersifat merendahkan, mencela, memfitnah, menghina, memberi pernyataanpernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gosip (pergunjjingan), dan sebagainya. Bullying verbal adalah jenis bullying yang paling mudah dilakukan serta dapat menjadi langkah awal dari perilaku bullying lainnya, Bullying fisik; yang termasuk dalam jenis bullying ini adalah tindakan memukul, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, merusak dan menghancurkan barang-barang milik korban, serta tindakan lain yang menyakiti fisik korban. Meskipun jenis bullying ini adalah yang paling menonjol dan mudah untuk diidentifikasi, namun tindakan bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan bullying dalam bentuk fisik kerap merupakan remaja bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakantindakan kriminal lebih lanjut, Bullying relasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan agresif, lirikan

13 mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying relasional merupakan jenis perilaku bullying yang paling sulit dideteksi dari luar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya diawal masa remaja, karena saat itu tejadi perubahan fisik, mental, dan seksual remaja. Bullying elektronik adalah bentuk perilaku bullying yang dilakukan melalui sarana elektronik seperti komputer, telepon genggam, internet, situs web, ruang obrolan, surat elektronik, pesan singkat, dan sebagainya. Bullying elektronik biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Penyebab terjadinya bullying menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (dalam Saripah, 2010) adalah iklim sekolah yang tidak kondusif, kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan anti-bullying yang tidak konsisten. Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak melakukan bullying fisik sementara anak perempuan lebih banyak melakukan bullying secara relasional, namun keduanya sama-sama melakukan bullying verbal. Perbedaan ini berkaitan dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:51). Alasan pemilihan bullying sebagai objek dari penelitian ini bersumber kepada teori sastra sebagai cerminan masyarakat. Tindakan bullying yang

14 digambarkan dalam film dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan. 1.7 Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani methodos yang secara harfiah berarti cara atau jalan. Dengan kata lain, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penelitian guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sangidu, 2004:13). Ratna (2013:34) mengatakan metode berfungsi untuk menyederhanakan permasalahan sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pengumpulan data dan tahap analisis data. 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Tahap pertama metode penelitian adalah pengumpulan data yang akan dianalisis. Adapun data dalam penelitian ini adalah semua dialog dan adegan yang terdapat dalam film Uahan Geojitmal. Berikut adalah langkah-langkah metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini : a. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film berjudul Uahan Geojitmal berdurasi 117 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menonton film tersebut, kemudian menentukan data-data yang diperlukan sesuai dengan rumusan masalah dan teori yang digunakan serta menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia.

15 b. Studi pustaka, yaitu mengumpulkan informasi dari sumber kepustakaan (buku dan hasil penelitian terdahulu) yang berhubungan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. c. Penelusuran internet digunakan untuk menambah informasi dan referensi yang dibutuhkan dalam penelitian. 1.7.2 Metode Analisis Data Tahap selanjutnya adalah metode analisis data. Setelah data-data yang diperlukan terkumpul melalui metode pengumpulan data, penelitian dilanjutkan ke tahap analisis data. Fungsi dari tahap analisis adalah mencari hubungan antardata yang tidak akan pernah dinyatakan sendiri oleh data-data yang bersangkutan (Faruk, 2012:25). Analisis data dilakukan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2013:53). Fokus penelitian ini adalah meneliti bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal serta bentuk representasi dan kritik tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

16 Menentukan objek material penelitian : film Uahan Geojitmal Menonton film Uahan Geojitmal Menganalisis bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal Menerjemahkan dialog ke dalam bahasa Indonesia Mendeskripsikan bentuk bullying serta bentuk representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan melalui film Uahan Geojitmal 1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika Penyajian. Bab II membahas bentuk-bentuk bullying dalam film Uahan Geojitmal. Bab III berisi analisis masalah mengenai bullying dalam film Uahan Geojitmal dan hubungannya sebagai representasi dan kritik terhadap tindakan bullying dalam masyarakat Korea Selatan, dan bab IV merupakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.