DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING
|
|
- Adi Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING PADA SISWA SMA CHRISTIN Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Semakin hari kita semakin dekat dengan peristiwa kekerasan khususnya bullying yang dilakukan terhadap siswa SMA. Tindakan bullying dapat terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya. Para korban adalah para junior yang dapat dikatakan cukup rentan mengalami bullying yang dilakukan oleh kakak kelas atau senior baik bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara mental atau psikologis dan bullying relasional. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana gambaran bullying yang dialami oleh subjek, apa saja yang menyebabkan subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying, apa saja indikasi bullying pada perilaku subjek korban dan apa saja dampak bullying bagi subjek. Peneliti mengggunakan metode kualitatif agar memperoleh pemahaman yang menyeluruh, utuh dan mendalam tentang fenomena yang diteliti. Peneliti menggunakan teknik wawancara. Subjek yang diteliti adalah seseorang yang pernah mengalami bullying ketika SMA sebanyak dua orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua subjek mengalami berbagai macam tindakan bullying baik bullying secara fisik, bullying secara verbal dan bullying secara mental atau psikologis tetapi hanya subjek kedua yang mengalami bullying secara relasional yaitu menolak pertemanan dengan korban. Salah satu penyebab utama subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena tindakan bullying sudah menjadi tradisi di sekolah kedua subjek. Salah satu indikasi bullying pada perilaku subjek korban yaitu tidak mau pergi ke sekolah. Dampak bullying bagi kedua subjek antara lain dampak fisik, dampak emosional dan dampak psikologis. Hanya subjek kedua saja yang sampai berdampak psikologis yaitu merasa trauma setelah mengalami bullying. Dalam penelitian ini diharapkan dapat membangun kepekaan masyarakat mengenai isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dan sekitarnya khususnya pada siswa SMA, seluruh pihak baik keluarga dan sekolah sebaiknya melakukan tindakan penanganan jika anak atau para siswa ada yang mengalami bullying dan melakukan tindakan pencegahan agar bullying tidak terjadi lagi di kemudian hari. Kedua subjek sebaiknya memiliki pemahaman mengenai tindakan penanganan yang dapat dilakukan sendiri ketika mengalami bullying, melakukan tindakan pencegahan agar tidak mengalami bullying lagi di kemudian hari agar dampak psikologis bullying yang dialaminya tidak mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Kata kunci : dampak psikologis, bullying, siswa SMA
2 A. LATAR BELAKANG Peristiwa kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah seperti tidak pernah ada habisnya. Beberapa insiden kekerasan yang telah terjadi di institusi pendidikan. Salah satunya adalah bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Saat ini mulai sering muncul berbagai kabar mengenai aksi bullying yang terjadi di kalangan pelajar khususnya siswa Sekolah Menengah Atas. Bullying adalah perbuatan atau perkataan yang menimbulkan rasa takut, sakit atau tertekan baik secara fisik maupun mental yang dilakukan secara terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap pihak yang dianggap lebih lemah (Coloroso, 2007). Hal ini dilakukan dengan menggunakan alasan yang dibuat-buat untuk merasionalisasikan tindakan kekerasannya misalnya untuk membentuk mental junior yang tahan banting padahal alasan tersebut hanya untuk membenarkan tindakannya agar kekerasan menjadi tradisi (Sejiwa, 2008). Bullying dapat terjadi di sekitar lingkungan sekolah dengan menggunakan kekerasan atau kekuatan yang dimiliki oleh para senior atau kakak kelas yang ditujukan kepada para junior atau adik kelas. Kakak kelas atau para senior memberikan tekanan kepada para junior bahkan ada senior yang tega melakukan penganiayaan kepada adik kelas atau juniornya. Pada beberapa waktu yang lalu, masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai adanya kekerasan kepada para siswa junior yang dilakukan oleh para siswa senior di sekitar lingkungan Sekolah Menengah Atas. Hal ini cukup mendapat perhatian dari berbagai kalangan dan menjadi suatu fenomena baru yang terjadi di masyarakat. Salah satu contohnya adalah bullying yang dialami oleh seorang siswa SMA Negeri 34, Pondok Labu, Jakarta Selatan yang bernama Muhammad Fadhil (16 tahun). Fadhil menjadi korban kekerasan atau praktik bullying yang dilakukan oleh para seniornya yang tergabung dalam suatu komunitas geng sekolah bernama Gazper. Alasan penganiayaan tersebut karena Fadhil menolak ajakan seniornya untuk bergabung menjadi anggota
3 geng tersebut. Para seniornya marah karena menerima penolakan tersebut sehingga mereka melakukan penganiayaan kepada Fadhil. Beberapa kasus bullying bullying yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Atas tidak terlepas dari pengaruh pewarisan ideologi yang dilakukan oleh para senior. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap pewarisan tradisi siapa kawan dan siapa lawan dalam bullying. Media massa memegang peranan penting untuk memberikan edukasi yang antisosial khususnya dalam sejumlah sinetron atau film remaja yang berisi kebencian hanya karena alasan kelompok kaya atau miskin, kelompok cantik atau jelek, kelompok gaul atau cupu. Meskipun hal tersebut hanya bersifat fiksi namun secara tidak langsung akan memberikan model bagi siswa Sekolah Menengah Atas untuk melakukan bullying. Usia yang rentan menjadi korban bullying adalah usia remaja yaitu sekitar 15 tahun sampai 18 tahun dimana dalam periode tersebut dianggap sebagai masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian. Secara umum, periode remaja merupakan klimaks dari periode perkembangan sebelumnya karena apa yang diperbolehkan dalam masa sebelumnya akan diuji dan dibuktikan sehingga dalam periode selanjutnya individu tersebut telah mempunyai kepribadian yang lebih matang (Irwanto, 2002). Bullying memiliki dampak bagi anak-anak yang menjadi korban. Dampak tersebut dapat bersifat fisik maupun psikologis. Beberapa dampak fisik yang dapat ditimbulkan oleh bullying antara lain kondisi fisik yang menurun, merasa sakit pada bagian tubuh tertentu dan mengalami luka secara fisik. Dampak fisik tersebut dapat berakibat fatal bahkan dapat mengakibatkan kematian. Dampak lain yang kurang terlihat namun memiliki efek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Korban bullying akan merasakan emosi yang negatif dalam dirinya seperti perasaan marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman dan terancam serta merasa tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Dalam jangka waktu yang cukup panjang,
4 emosi tersebut akan menimbulkan perasaan rendah diri karena merasa dirinya tidak berharga. Hal yang paling ekstrim mengenai dampak psikologis yang dialami yaitu munculnya gangguan psikologis misalnya rasa cemas yang berlebihan, merasa ketakutan, depresi dan memiliki keinginan untuk bunuh diri serta munculnya gejala gangguan stres pasca trauma (Sejiwa, 2008). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang dampak psikologis bullying pada siswa SMA. B. PERTANYAAN PENELITIAN Peneliti akan mengemukakan beberapa pertanyaan penelitian antara lain: 1. Bagaimana gambaran bullying yang dialami oleh subjek? 2. Apa yang menyebabkan subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying? 3. Apa saja indikasi bullying pada perilaku subjek korban? 4. Apa dampak bullying bagi subjek? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui gambaran bullying yang dialami oleh subjek, mengetahui penyebab subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying, mengetahui indikasi bullying pada perilaku subjek korban dan mengetahui dampak bullying bagi subjek. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya psikologi pendidikan dan psikologi kepribadian mengenai dampak psikologis bullying pada siswa SMA. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
5 2. Manfaat Praktis Manfaat yang dapat diambil adalah untuk menambah wawasan tentang dampak psikologis bullying pada siswa SMA. Membantu para siswa Sekolah Menengah Atas agar terhindar dari bullying yang dapat menyebabkan berbagai dampak yang akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta agar para siswa tersebut mengetahui cara mengantisipasi bullying. Memberikan pemahaman kepada para orang tua agar dapat mengetahui perkembangan kepribadian anak dan berperan aktif dalam penanganan bullying pada anak. Memberikan pedoman kepada institusi pendidikan khususnya para pengajar untuk dapat mencegah dan melakukan penanganan terhadap bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. E. LANDASAN TEORI Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa dan siswi lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut (Riauskina, 2005). Berikut ini merupakan beberapa jenis bullying (Coloroso, 2008) : a. Bullying secara fisik Contoh bullying fisik antara lain memukuli, berkelahi, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, meludahi korban, menekuk anggota tubuh korban hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak dan menghancurkan barang pakaian serta barang-barang milik korban, menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari keliling lapangan, menghukum dengan cara push up, menolak sesuatu, menarik rambut, mencubit dan pemerasan.
6 b. Bullying secara verbal Contoh bullying verbal antara lain memberikan julukan nama tertentu, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan baik yang bersifat pribadi maupun rasial, pernyataan-pernyataan yang bernuansa seksual atau pelecehan seksual, perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan yang tidak benar, kasak kusuk yang keji dan keliru, gosip yang dapat menjadi penindasan, memaki, menjuluki, meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menebar gosip, menolak dan mengejek, mengancam, merendahkan, mengganggu. c. Bullying secara mental atau psikologis Contoh bullying mental atau psikologis antara lain memandang sinis, memandang dengan penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan, mengucilkan, mempermalukan, meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau , memandang yang merendahkan, memelototi, mencibir, mengintimidasi, mengabaikan dan mendiskriminasikan. d. Bullying relasional Bullying relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, bahu yang bergidik, helaan nafas, cibiran, tawa yang mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Beberapa ciri anak yang bisa dijadikan korban bullying (Sejiwa, 2008) antara lain memiliki fisik yang kecil dan lemah, anak yang berpenampilan lain dari biasanya, anak mengalami kesulitan dalam bergaul, anak memiliki kepercayaan diri yang rendah, anak yang canggung (sering melakukan kesalahan ketika sedang berbicara, bertindak dan berpakaian), anak yang
7 memiliki aksen berbeda, anak yang dianggap menyebalkan dan suka menantang, anak yang cantik atau tampan dan anak yang kurang cantik atau kurang tampan, anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu atau anak orang kaya, anak yang kurang pandai, anak yang gagap, anak yang dianggap sering argumentatif. Biasanya para korban memiliki persepsi yang beragam mengenai bullying (Riauskina, 2005) antara lain para korban mempunyai persepsi bahwa para pelaku melakukan bullying karena tradisi dan balas dendam karena mereka pernah diperlakukan seperti itu (menurut korban laki-laki), para pelaku ingin menunjukkan kekuasaan, para pelaku marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan, agar para pelaku mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan), dan adanya perasaan iri hati (menurut korban perempuan). Para korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena memiliki penampilan yang menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi. Beberapa gejala yang dapat dijadikan tanda-tanda bahwa seorang anak telah mengalami bullying (Sejiwa, 2008) antara lain mengurung diri, menangis, minta pindah sekolah, konsentrasi anak berkurang, prestasi belajar menurun, tidak mau bermain atau bersosialisasi, suka mengambil atau membawa barang-barang tertentu (sesuai dengan permintaan para pelaku), anak menjadi penakut, marah-marah atau uring-uringan, merasa gelisah, sering berbohong, melakukan perilaku bullying terhadap orang lain, memar atau lebam-lebam, tidak bersemangat, anak menjadi pendiam, mudah sensitive, anak menjadi rendah diri, menyendiri, anak menjadi kasar dan dendam, mengompol waktu tidur, berkeringat dingin, tidak percaya diri, mudah cemas, mengalami mimpi buruk, anak mudah tersinggung. Salah satu dampak bullying yang dapat secara jelas terlihat adalah kesehatan fisik yang menurun. Beberapa dampak fisik yang dapat ditimbulkan oleh bullying antara lain merasa sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk,
8 bibir pecah-pecah dan sakit pada daerah dada. Dampak fisik tersebut dapat berakibat fatal bahkan dapat mengakibatkan kematian. Para korban bullying yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri merupakan salah satu contoh ekstrim betapa tragisnya akibat yang dapat ditimbulkan dari tindakan bullying. Dampak psikologis yang dapat dialami oleh para korban bullying antara lain merasa tidak aman, takut, trauma, khawatir atau paranoid, kehilangan percaya diri, rendah diri dan merasa tidak berharga, korban dapat mengembangkan mentalitas dengan merasa bahwa dirinya layak untuk tidak dihargai, korban menjadi kurang terampil dalam bersosialisasi, hanya memiliki sedikit dan sering merasa kesepian, akan memiliki kondisi fisik yang lemah, kemungkinan mengalami trauma fisik dan muncul gejala psikosomatis, menjadi sulit berkonsentrasi sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi akademis, korban dapat melampiaskan kemarahan atau perasaan dendam kepada orang lain yang lebih lemah dari dirinya, beresiko lebih besar untuk depresi bahkan dapat melakukan bunuh diri karena menganggap bunuh diri merupakan jalan keluar atas masalah yang dialaminya dan terdapat kecenderungan sebelum anak yang bersangkutan bunuh diri maka akan membunuh orang yang telah menyakitinya terlebih dahulu (Coloroso, 2007). F. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif dapat memahami suatu permasalahan manusia atau permasalahan sosial serta dapat menciptakan suatu gambaran menyeluruh mengenai permasalahan tertentu dan secara kompleks dapat disajikan dengan cara melaporkan suatu pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi. Melalui penelitian kualitatif, peneliti akan mendapatkan pemahaman mengenai suatu permasalahan berdasarkan pengalaman subjek yang mengalami peristiwa tertentu dan dengan melakukan proses pelaporan yang sebenar-benarnya. Selain itu penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami bagaimana para
9 partisipan mengambil makna dari lingkungan sekitar serta bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku orang yang bersangkutan. Dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan penelitian juga dapat lebih fleksibel sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perkembangan baru. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dengan pedoman wawancara dan observasi berupa catatan lapangan. G. SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah siswa SMA yang pernah mengalami bullying. Jumlah subjek penelitian yang digunakan ada dua orang. H. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, bullying yang dialami oleh subjek 1 antara lain bullying secara fisik (memalak, memukul dan berkelahi), bullying secara verbal (mengancam dan menuduh), bullying secara mental atau psikologis (memelototi dan mempermalukan di depan umum). Sedangkan bullying yang dialami oleh subjek 2 antara lain bullying secara fisik (para pelaku bullying melempar sesuatu kepada korban), bullying secara verbal (menuduh, menebarkan gosip dan mengejek), bullying secara mental atau psikologis (mempermalukan di depan umum, memandang sinis dan memandang dengan penuh ancaman), bullying relasional (menolak pertemanan dengan korban). Penyebab subjek 1 menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena karena tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh para pelaku bullying; subjek memiliki keinginan untuk melakukan balas dendam kepada para pelaku bullying karena merasa kesal; subjek termasuk salah satu anak yang cukup pintar di kelasnya dan cukup menonjol dalam prestasi akademik; bullying sudah menjadi tradisi di sekolah subjek dimana para pelaku secara berkelompok melakukan bullying kepada siswa lainnya;
10 adanya komunitas geng sekolah. Sedangkan penyebab subjek 2 menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh para pelaku bullying; subjek memiliki keinginan untuk melakukan balas dendam kepada para pelaku bullying agar mereka juga dapat merasakan hal yang sama seperti yang telah dialami subjek ketika sedang di bullying; subjek termasuk salah satu anak yang berprestasi dimana subjek selalu mendapatkan peringkat kelas dan menjadi juara umum di sekolah; bullying sudah menjadi tradisi di sekolah subjek subjek dimana para pelaku ketika masih junior pernah menjadi korban bullying juga; adanya komunitas geng sekolah yang terdiri dari sepuluh orang siswi senior; perilaku subjek dianggap tidak sopan oleh para pelaku bullying; subjek berasal dari keluarga yang mampu; perilaku subjek cukup menyolok dan tampak sangat berbeda dengan anak yang lain; para pelaku merasa iri hati terhadap subjek. Indikasi bullying pada perilaku subjek 1 korban antara lain mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi ketika sedang belajar di kelas; merasa malas dan tidak mau pergi ke sekolah; subjek berusaha menghindar agar tidak bertemu dengan para pelaku bullying; subjek menjadi anak yang cenderung menyendiri; subjek merasa tidak percaya diri jika menghadapi para pelaku bullying hanya seorang diri. Sedangkan indikasi bullying pada perilaku subjek 2 korban antara lain tidak mau masuk sekolah; subjek pernah kehilangan barang-barang milik pribadinya; subjek menjadi anak yang cenderung pendiam; subjek merasa terisolasi karena tidak mempunyai teman dan tidak ada yang membela dirinya ketika di bullying; subjek menjadi anak yang mudah menangis walaupun hal tersebut tidak ditunjukan secara langsung di hadapan para pelaku bullying. Dampak bullying bagi subjek 1 antara lain prestasi akademik mengalami penurunan, merasa tertekan, merasa takut, merasa tidak tenang, mengalami kesulitan menyesuaikan diri, mengalami kesulitan belajar dan merasa tidak nyaman. Sedangkan dampak bullying bagi subjek 2 antara lain merasa takut, merasa lebih sensitif, meminta untuk pindah sekolah,
11 membolos sekolah, mengalami cedera fisik, sering berbohong dan merasa trauma. I. KESIMPULAN Bullying yang dialami oleh kedua subjek antara lain bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara mental atau psikologis dan bullying secara relasional. Kedua subjek menjadi target sasaran sebagai korban bullying karena tidak berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh para pelaku bullying, subjek memiliki keinginan untuk melakukan balas dendam kepada para pelaku bullying, subjek termasuk salah satu anak yang cerdas dan berbakat di sekolah, adanya tradisi bullying di sekolah dan adanya komunitas geng sekolah. Indikasi bullying pada perilaku subjek korban yaitu tidak mau pergi ke sekolah. Dampak bullying yang dialami oleh kedua subjek yaitu merasa takut. J. SARAN 1. Saran untuk perkembangan ilmu pengetahuan Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat banyak kekurangan. Berikut ini, peneliti memberikan beberapa saran untuk memperbaiki kelemahan tersebut bagi penelitian selanjutnya. Kelemahan tersebut antara lain peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan subjek penelitian yaitu siswa SMA yang mengalami bullying selain itu berhubung subjek penelitian yang digunakan adalah anak yang sudah menjadi alumni tetapi pernah mengalami bullying ketika SMA maka peneliti tidak dapat melakukan catatan lapangan mengenai perilaku subjek ketika mengalami situasi bullying tersebut. 2. Saran Aplikatif Beberapa saran aplikatif ini diperuntukan bagi kedua subjek, orang tua, kalangan pendidik yaitu guru dan pihak sekolah.
12 (a) Bagi Subjek 1 Subjek 1 pernah mengalami bullying ketika sedang duduk di bangku SMA tetapi subjek berusaha untuk menangani masalahnya sendiri dengan baik dan melakukan berbagai pencegahan agar tidak mengalami bullying di kemudian hari. Subjek diharapkan dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Subjek diharapkan dapat lebih mengendalikan diri agar tidak membalas setiap perlakuan yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Subjek juga diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap situasi di lingkungan sekitarnya. (b) Bagi subjek 2 Subjek pernah mengalami bullying ketika duduk di bangku SMA. Subjek dapat menyelesaikan kasus tersebut seorang diri dengan baik. Subjek juga berusaha agar tidak melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain dan subjek berharap tidak akan mengalami bullying di kemudian hari. Sebaiknya subjek dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik. Subjek sebaiknya dapat lebih membuka diri ketika berinteraksi dengan orang lain terutama dengan orang baru sehingga subjek dapat menjalin relasi yang cukup baik. (c) Bagi orang tua Meskipun dalam penelitian ini tidak dikemukakan mengenai peranan kedua orang tua ketika anaknya mengalami bullying tetapi bukan berarti kedua orang tua tidak memiliki kepedulian saat anaknya mengalami bullying. Sebaiknya kedua orang tua senantiasa dapat melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh anaknya, mengamati perkembangan anaknya dengan baik, melakukan penanganan ketika anaknya mengalami tindakan kekerasan dan melakukan pencegahan agar anaknya tidak mengalami bullying di kemudian hari.
13 (d) Bagi pihak sekolah Kalangan pendidik hendaknya dapat memberikan pengarahan kepada anak didik bahwa bullying tidak baik untuk dilakukan sehingga tradisi bullying di sekolah dapat dihapuskan. Pihak sekolah juga hendaknya dapat mengisi waktu luang para siswa di sekolah dengan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan yang positif, dapat menyalurkan minat dan bakat anak serta meningkatkan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan anak yang lain termasuk dengan para pelaku yang telah melakukan bullying kepadanya. Pihak sekolah sebaiknya melakukan pengawasan terhadap kegiatan para siswa dan melakukan pengamatan di lokasi-lokasi tertentu yang dianggap rawan terjadinya bullying di sekitar lingkungan sekolah. Pihak sekolah sebaiknya melakukan penanganan bullying dengan lebih baik yaitu dengan memperketat peraturan sekolah dan memberikan sangsi kepada anak-anak yang terlibat dalam bullying. Sedangkan tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah agar bullying tidak terjadi di kemudian hari adalah sebaiknya menghapus segala bentuk senioritas di sekolah, sebaiknya pihak sekolah memberikan sosialisasi mengenai bullying dan lebih sering mengadakan kegiatan yang melibatkan seluruh siswa sehingga mereka dapat terjalin hubungan yang baik antara junior dengan senior.
PSYCHOLOGICAL IMPACT ON STUDENTS HIGH SCHOOL BULLYING
PSYCHOLOGICAL IMPACT ON STUDENTS HIGH SCHOOL BULLYING Christin, Dona Eka Putri, SPsi., MPsi. Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2009 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Word
Lebih terperinciBAB I RENCANA PENELITIAN. formal, pendidikan dilakukan oleh sebuah lembaga yang dinamakan sekolah,.
BAB I RENCANA PENELITIAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan sepanjang hayat (long life education), karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk memanusiakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap negara. Di Jepang sendiri, ijime adalah sebuah fenomena sosial yang cukup serius. Yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Sosial 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Sosial Menurut Goleman (2006) kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Bullying merupakan salah satu dari manifestasi perilaku agresif, Krahe (dalam Suharto, 2014) menyebutkan bahwa terdapat 3 jenis manifestasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkanperubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Begitu banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kekerasan bukanlah fenomena baru yang mewarnai kehidupan sosial individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan siswa salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB II TINJUAN PUSTAKA
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying. 1. Pengertian bullying. Menurut Priyatna (2010), bullying merupakan tindakan yang disengaja oleh pelaku kepada korban yang terjadi secara berulang-ulang dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pada periode ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik. Banyak yang beranggapan bahwa masa-masa sekolah adalah masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang secara sadar berupaya melakukan perbaikan perilaku, pengalaman dan pengetahuan peserta didik. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orangtua. Fenomena yang sering terjadi di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan guru dalam proses belajar dan mengajarkan siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling mendapat perhatian dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini disebabkan banyak permasalahan yang terjadi dalam masa remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan yang terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterikatan antarmanusia adalah wujud harfiah yang telah ditetapkan sebagai makhluk hidup. Hal demikian ditunjukkan dengan sifat ketergantungan antara satu individu
Lebih terperinciUNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H.
UNTUK PENCEGAHAN KEKERSAN DAN PENYIMPANGAN PERILAKU REMAJA OLEH RR. SUHARTATI, S.H. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahrga Daerah Istimewa Yogyakarta Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian tersebut direfleksikan melalui aktivitas berkelompok dan menonjolkan keegoannya.
Lebih terperinciBULLYING. I. Pendahuluan
BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap
Lebih terperinciSELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)
Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan sekitar. Baik lingkungan keluarga, atau dengan cakupan yang lebih luas yaitu teman sebaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas
Lebih terperinciKEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA
KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA ABSTRAKSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.
12 BAB I Pendahuluan I.A Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak pula golongan dewasa. Remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Anak a. Pengertian Anak adalah aset bagi suatu bangsa, negara dan juga sebagai generasi penerus yang akan memperjuangkan cita-cita bangsa dan menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bullying 2.1.1 Pengertian Bullying Agresifitas menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) menyatakan bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan aksi bullying. Definisi kata kerja to bully dalam Oxford
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan dapat muncul dimana saja, seperti di rumah, di sekolah, maupun masyarakat. Kekerasan yang terjadi di sekolah dikenal dengan sebutan aksi bullying.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. ketidaknyamanan fisik maupun psikologis terhadap orang lain. Olweus
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian perilaku bullying Randall (2002) berpendapat bahwa Bullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja untuk menyebabkan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Ekonomi Politik (Komodifikasi) Istilah ekonomi politik diartikan secara sempit oleh Mosco sebagai studi tentang hubungan-hubungan sosial, khususnya hubungan kekuasaan yang saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari. negatif yang diterima korban (Olweus, 1993).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengertian Bullying Bullying adalah perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini, dunia pendidikan di Indonesia sedang dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menghadang di hadapannya.dari masalah yang ringan seperti mencontek
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Persepsi Manusia sebagai makhluk yang memiliki pemikiran yang beragam, maka pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam melihat suatu masalah.
Lebih terperinciINTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : AMALIA LUSI BUDHIARTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini, remaja menaruh minat dan perhatian yang cukup besar terhadap relasi dengan teman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Bullying. Bullying adalah ketika siswa secara berulang-ulang dan berperilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah ketika siswa secara berulang-ulang dan berperilaku negatif terhadap seorang atau lebih terhadap siswa lain. Tindakan negatif
Lebih terperinciBULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017
BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap pihak yang lebih lemah. Di sekolah bullying lebih dikenal dengan istilahistilah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BULLYING (Kekerasan) 1. Pengertian Bullying (Kekerasan) Bullying adalah tindakan intimidasi yang dilakukan pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah. Di sekolah bullying
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran (http://www.sekolahdasar.net). Sekolah adalah
Lebih terperinciPENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd
PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kebaikan dan perilaku yang terpuji. Akan tetapi, banyak kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang tidak hanya mengajarkan peserta didiknya pengetahuan secara kognitif akan tetapi juga mengajarkan kepada peserta didiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal yang dirancang untuk memberikan pengajaran kepada siswa atau murid di bawah pengawasan guru dan kepala sekolah. Di dalam sebuah institusi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Bullying 1. Pengertian Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Masa remaja merupakan tahap perkembangan individu yang ditandai dengan transisi atau peralihan antara masa anak dan dewasa, meliputi perubahan biologis, kognitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah (6-12 tahun) disebut juga sebagai masa anak-anak pertengahan. Pada masa ini terjadi perubahan yang beragam pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal small-group yang berupaya secara sadar untuk melakukan perbaikan dan perubahan perilaku, pengalaman serta pengetahuan peserta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses penting dalam usaha mengembangkan potensi pada anak. Melalui proses pendidikan, seorang anak diharapkan dapat mengembangkan
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian. pengertian yang baku hingga saat ini. Bullying berasal dari bahasa inggris,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Bullying Pengertian perilaku bullying masih menjadi perdebatan dan belum menemukan suatu definisi yang diakui secara universal,
Lebih terperinciUPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENCEGAH PERILAKU BULLYING SISWA SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Risal Adi Pratama 1 Fadjeri 2 Hera Heru Sri Suryanti 3 Program Studi Bimbingan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bullying merupakan fenomena yang marak terjadi dewasa ini terutama di lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya baik di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil
Lebih terperinciINSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN
INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi
Lebih terperinciPERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR
CAHAYA PENDIDIKAN, 2(1): 84-91 Juni 2016 ISSN : 1460-4747 PERAN GURU BK/KONSELOR DALAM MENGENTASKAN PERILAKU BULLYING PARTICIPANT OF THE TEACHERS BK / COUNSELORS TO ALLEVIATE BULLYING BEHAVIOR Ramdani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Masa anak usia sekolah merupakan masa dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dari keluarga ke teman-teman sebayanya. Pada masa sekolah anak lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciPengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa
Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa 81 PENGARUH ROLE PLAY DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN TINGKAT BULLYING SISWA (Studi Kuasi Terhadap Siswa Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciUPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK
UPAYA MENGURANGI PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK Dina Afriana (afriana.dina@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3 ABSTRACT The aims of this research to
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan) adalah upaya penumbuhkembangan sumber daya manusia melalui proses kecerdasan interpersonal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Bullying Bullying memiliki berbagai definisi yang beragam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Olweus (2003) mendefinisikan bullying sebagai tindakan negatif dalam
Lebih terperinciPengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa
Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa 81 PENGARUH ROLE PLAY DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN TINGKAT BULLYING SISWA (Studi Kuasi Eksperimen Terhadap
Lebih terperinciOrang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain
Schizoid Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benarbenar lebih suka menyendiri dan tidak
Lebih terperinciSOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING)
SOSIALISASI KONSELING ONLINE GEBER SEPTI (GERAKAN BERSAMA SEKOLAH SEMARANG PEDULI DAN TANGGAP BULLYING) RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK KOTA SEMARANG Copyright@2017
Lebih terperinciPengaruh Intensitas Menonton Sinetron terhadap Perilaku Bullying di Kalangan Remaja
KOPI - Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Televisi telah memainkan
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 121 122 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 123 124 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 125 126
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan sebuah tahap perkembangan manusia dimana seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini adalah masa krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa sendiri. Bahkan kekerasan tidak hanya terjadi di jenjang pendidikan tinggi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini fenomena kekerasan sudah menjadi suatu tradisi yang melekat dalam masyarakat Indonesia. Tak seharipun media massa melewatkan pemberitaan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendukung maju tidaknya suatu bangsa, apabila rakyat cerdas maka majulah bangsa tersebut. Hal ini senada dengan pendapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Bullying 2.1.1. Pengertian Bullying Beberapa tokoh mengemukakan bullying dalam berbagai definisi yang beragam. Sullivan (2000) menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berita mengenai kekerasan anak di sekolah belakangan ini semakin meningkat. Media massa seperti televisi, radio, dan koran ramai membicarakan masalah kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga
Lebih terperinciBAB II KEKERASAN YANG DI LAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH. A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan di lingkungan Sekolah
35 BAB II KEKERASAN YANG DI LAKUKAN OLEH GURU TERHADAP ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH A. Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Kekerasan di lingkungan Sekolah Kekerasan di sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja, dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan, di pesantren bertujuan membentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman tentang pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua yang erat dalam proses sejarah kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam. Ia adalah
Lebih terperinciLAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS
LAMPIRAN C SKALA STRES DAN AGRESIFITAS Lampiran 1 Selamat pagi/siang/sore Saya mahasiswa dari fakultas psikologi yang sedang mengadakan penelitian mengenai stres dan agresifitas pada ibu rumah tangga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan belajar dengan aman dan nyaman. Hal tersebut dapat terjadi, karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini kasus kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun di layar televisi. Selain perkelahian antar pelajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti ini sering terjadi dalam berbagai aspek kehidupan di masyarakat, baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak jarang dalam bersosialisasi tersebut banyak menimbulkn perbedaan yang sering kali
Lebih terperinciPENCEGAHAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH. Abstrak
PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH Oleh: Tita Novitasari Mahasiswi Hukum Ekonomi Syariah novitasaritita@gmail.com Abstrak Perilaku bullying pada faktanya banyak terjadi di dunia pendidikan kita. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah remaja merupakan suatu masalah yang sedang hangat dibicarakan, karena akibat negatif yang sangat mengkhawatirkan yang akan membawa kehancuran bagi remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
Lebih terperinciQuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran?
QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran? Dear Nona, masihkah Nona ragu tentang kekerasan dalam pacaran yang mungkin tengah Nona alami? Jika iya, Nona bisa mengisi kolom di bawah ini untuk
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN
BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel. Perilaku Bullying Secara operasional, definisi bullying dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikembangkan oleh Coloroso (006:43-44),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinci