BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Risiko dan Pengembalian (Return) dari sebuah investasi adalah 2 indikator yang paling umum digunakan dalam mengukur kinerja dari sebuah investasi. Sebuah investasi dinilai baik apabila memiliki tingkat pengembalian yang baik pada tingkat risiko yang sudah sepantasnya. Kondisi yang paling yang diidam-idam kan oleh para Investor adalah menemukan sebuah instrumen investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang setinggi-tingginya dengan tingkat resiko yang serendahrendahnya. Kondisi tersebut berbenturan dengan hukum investasi yang sudah sering didengar high risk high return, sebuah investasi dengan risiko yang tinggi sepantasnya memberikan pengembalian yang besar, dan jangan berharap mendapatkan pengembalian yang besar dari sebuah investasi dengan risiko kecil. Risiko secara sederhana adalah suatu prospek dari hasil yang tidak disukai yang artinya jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan kerugian. Sementara tingkat pengembalian (Return) adalah banyaknya nilai pendapatan atau kerugian yang diperoleh dari sebuah investasi. Sebelum memutuskan untuk menginvestasikan dananya, seorang investor harus memilih diantara sekian banyak jenis investasi. Memilih investasi hanya berdasarkan tingkat pengembalian saja bisa membuat bias keputusan yang dipilih. Karena itu diperlukan suatu alat pengukuran yang dinamakan rasio untuk mengetahui 1
2 kinerja dari investasi tersebut. Dengan demikian investor dapat membandingkan portfolio investasi mana yang kinerjanya lebih baik dibanding portfolio investasi lainnya.. Sampai langkah ini, rasio masih dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih investasi mana yang mampu memberikan tingkat pengembalian tertinggi. Namun rasio ini tidak melibatkan faktor resiko kedalamnya, sehingga nilai-nilai yang diberikan sama sekali tidak mencerminkan besarnya risiko yang mungkin didapatkan dari sebuah investasi yang memberikan tingkat pengembalian sangat tinggi. Satu tingkat lebih lanjut dalam memutuskan pilihan investasi adalah dengan mengkomposisikan risiko ke dalam tingkat pengembalian yang didapatkan dari investasi tersebut. Dengan mengkomposisikan risiko bersama dengan tingkat pengembalian atas suatu investasi, akan didapatkan suatu nilai yang disebut kinerja (performance) dari investasi tersebut. Beberapa instrumen investasi berikut ini akan dibandingkan kinerjanya dengan tidak hanya memperhatikan faktor tingkat pengembaliannya saja, tapi juga mempertimbangkan faktor risiko yang dikandung dalam berinvestasi di instrumen tersebut : a. Opsi Opsi adalah kontrak resmi yang memberikan hak (tanpa adanya kewajiban) kepada pemegang kontrak itu untuk membeli (call options) atau menjual (put options) suatu aset tertentu sesuai dengan harga perjanjian (strike price / exercise price) dalam jangka waktu tertentu.
3 Opsi dikenal sebagai salah satu instrumen investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang tinggi, yang dengan begitu juga berarti memiliki risiko yang tinggi juga. Namun dengan mengkomposisikan opsi-opsi kedalam strategi yang tepat, risiko bisa ditekan sampai tingkatan tertentu sehingga memperbaiki tingkat kinerja dari opsi tersebut. b. Aset dasar (underlying assets) Aset dasar (underlying assets) merupakan aset yang mendasari apa yang diperjualbelikan dalam transaksi opsi. Aset dasar ini dapat berupa saham, obligasi komoditi, dan lain-lain. c. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG pertama kali dikenalkan pertama kali pada tahun 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di BEJ. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Perhitungan indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Perhitungan ini dilakukan setiap hari, setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam pasar yang cenderung naik, investasi di dalam indeks merupakan cara yang aman dalam mendapatkan tingkat pengembalian yang pasti. Namun pada kenyataannya indeks tidak terus menerus naik, adakalanya indeks terkoreksi berdasarkan sebab-sebab tertentu.
4 d. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) SBI adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto / bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. SBI akan dipergunakan dalam tesis ini sebagai pembanding dari kinerja instrumen-instrumen lainnya. Hal ini dikarenakan SBI yang dikeluarkan oleh lembaga negara (Bank Indonesia) memiliki tingkat risiko sebesar 0 (nol) atau tidak memiliki risiko, artinya berapapun tingkat pengembaliannya pasti akan dilunasi oleh Bank Indonesia. Instrumen yang memiliki kinerja yang lebih baik daripada SBI dapat dikatakan merupakan instrumen yang patut untuk diinvestasikan lebih lanjut lagi.
5 1.2 Rumusan Permasalahan Permasalahan yang hendak diteliti melalui tesis ini antara lain : a. Kinerja instrumen investasi manakah yang lebih baik, apakah opsi, aset dasar dari opsi tersebut, atau indeks selaku instrumen investasi dalam tempo waktu tertentu. b. Menghitung nilai premi dari masing-masing opsi yang tersedia di pasar Indonesia dimulai dari Oktober 2003 hingga Maret 2007 c. Menghitung kinerja terbaik untuk opsi dengan kategori berdasarkan jenis opsi, berdasarkan strategi yang digunakan dan berdasarkan periode-periode investasi. d. Menghitung kinerja terbaik untuk aset dasar dari opsi (saham) berdasarkan jenis aset dasar dan periode investasi. e. Menghitung kinerja terbaik untuk indeks berdasarkan periode investasi. f. Mengimplementasikan formula sharpe dalam menghitung kinerja dari setiap instrumen investasi yang dipilih. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : a. Menentukan instrument investasi mana yang lebih baik diantara ketiga instrument (opsi, aset dasarnya, dan indeks) b. Mengimplementasikan opsi kedalam strategi-strategi demi memperkecil tingkat resiko yang ada sesuai dengan kecenderungan pasar yang terjadi pada saat tersebut. c. Mengaplikasikan rumus Sharpe sebagai dasar pemilihan jenis investasi berdasarkan kinerja yang melibatkan risiko dan tingkat pengembalian investasi.
6 Manfaat dari penelitian ini adalah untuk : a. Investor mendapatkan pemahaman lebih lanjut akan pentingnya melibatkan faktor risiko dalam memilih keputusan sebelum berinvestasi. b. Investor mendapatkan pemahaman lebih lanjut bahwa dengan mengkomposisikan opsi ke dalam strategi dapat memperkecil tingkat risiko yang didapatkan. c. Investor mendapatkan data mengenai jenis-jenis investasi yang memiliki kinerja baik, sehingga dapat menjadi acuan bagi rencana-rencana investasi di masa yang akan datang. 1.4 Ruang Lingkup Batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hanya membandingkan 3 macam instrumen investasi : Opsi yang dikomposisikan ke dalam tujuh buah strategi (Straddle, Strangle, Strip & Strap, Bull, Bear, Butterfly), aset dasar dan indeks saham gabungan. b. Diasumsikan pada setiap awal periode, diasumkan selalu terjadi proses investasi, dimana Investor melakukan pembelian atau penjualan opsi atau melakuakn pembelian saham. c. Opsi yang dikomposisikan ke dalam tujuh strategi tersebut diasumsikan transaksinya dilakukan pada setiap awal bulan hingga akhir bulan (expiration date) d. Hanya menggunakan rumus Sharpe sebagai sarana pembanding, dimana rumus Sharpe sudah melibatkan faktor risiko dan tingkat pengembalian ke dalamnya.
7 e. Data-data yang digunakan dalam penelitian dimulai dari bulan Oktober 2004 hingga bulan Maret 2007. f. Data indeks yang digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ).