Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku

dokumen-dokumen yang mirip
Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

1. Angka. 2. Angka Kering. beras atau. meningkat. meningkat dari 1,4. diperkirakan akan. Produksi ubi kayu 2010.

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2015)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BERITA RESMI STATISTIK

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI LAHAN KERING DI WILAYAH KEPULAUAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

PROSPEK TANAMAN PANGAN

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI, UBI KAYU DAN UBI JALAR (TAHUN 2014: ANGKA TETAP, 2015 : ARAM I)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA RAMALAN II TAHUN 2013)

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA TETAP TAHUN 2015)

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA SUMATERA UTARA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLA KONSUMSI PANGAN POKOK DI BEBERAPA PROPINSI DI INDONESIA

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (ANGKA RAMALAN III 2010)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA ( ANGKA SEMENTARA TAHUN 2013)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

Pangan Nasional Tahun

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN DEMAK

Transkripsi:

Analisis Penghitungan Pencapaian Swasembada Pangan Pokok di Provinsi Maluku Ismatul Hidayah dan Demas Wamaer Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jl. Chr Splanit Rumah Tiga Ambon E-mail: ismatul_h@yahoo.co.id Abstrak Analisis penghitungan kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan pokok di provinsi Maluku telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah menghitung kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan di provinsi Maluku Berdasarkan hasil estimasi perhitungan ketersediaan kalori tahun 2013 2026, diketahui bahwa pada tahun 2018 Maluku sudah mampu memenuhi kebutuhan kalori dari produksi lokal yaitu dengan total kebutuhan ketersediaan kalori berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr yaitu sebesar 1.060.223.121.318,82 kalori, sedangkan ketersediaan kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen yaitu sebesar 1.098.438.824.739,14 kalori, sehingga jika skenario tersebut dilaksanakan maka pada tahun 2018 Provinsi Maluku sudah surplus kalori sebesar 38.215.703.420,32 Kalori, namun bila dilihat dari ketersediaan kalori berdasarkan jenis komoditas pangan, maka swasembada pangan pokok Maluku tercapai pada tahun 2020, karena pada tahun 2020 tingkat produksi dengan skenario untuk semua komoditas pangan sudah melebihi produksi yang dibutuhkan (sesuai AKE 1600 kal/kpt/hr). Berdasarkan hasil analisis maka pencapaian swasembada pangan pokok dapat dicapai pada tahun 2018 atau 2020. Pencapaian swasembada tahun 2018 dengan skenario 1) Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun, 2) Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kacang tanah 5,1%, kacang hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = 137.945,76 ha, Potensi lahan = 831.197,70 ha), 3) Mengubah persentase komposisi pangan penduduk menjadi padi padian (58%), Umbi umbian (39%) dan kacang2ngan (3%), 4) Menurunkan Tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun. Pencapaian swasembada tahun 2020 dengan skenario 1) Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun, 2) Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = 137.945,76 ha, Potensi lahan = 831.197,70 ha). Kata kunci : ketersediaan energi, pangan pokok, provinsi Maluku, swasembada. Pendahuluan Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar yang pemenuhannya merupakan syarat pokok untuk pembangunan manusia seutuhnya. Komitmen Pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan ini dituangkan dalam bentuk Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang mengamanatkan agar Pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Ketahanan pangan yang dimaksud adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersediaanya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Thahir, 2004). Dalam memenuhi penyediaan pangan nasional khususnya padi dengan sasaran produksi 74 juta GKG pada tahun 2012 dan surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, maka salah satu sasaran utama pembangunan pertanian 2010-2014 dari pencapaian empat sukses kementerian pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pemanfaatan sumber karbohidrat non beras seperti jagung dan pangan lokal lainnya dapat dioptimalkan penggunaannya untuk memenuhi sebagian kebutuhan beras (Sinta, 2011). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 91

Konsep dan upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan ini menurut Nainggolan (2004), dalam perjalanannya masih banyak mendapatkan tantangan dan masalah yang sangat komplek. Salah satunya adalah ketergantungan kita terhadap salah satu komoditas pangan (beras), telah menimbulkan kurang berkembangnya usaha diverisifikasi pangan dan beban yang tinggi untuk impor beras karena produksi beras dalam negeri tidak mencukupi untuk keperluan konsumsi. Berbagai jenis tanaman pangan dapat digunakan sebagai bahan pangan potensial, khususnya dalam usaha penganekaragaman pangan. Sumber bahan pangan tersebut menjanjikan banyak harapan disamping sebagai bahan pangan dan sumber karbohidrat yang baik kedudukannya, juga dapat disejajarkan dengan tepung beras dan terigu, sehingga dapat digunakan dalam diversifikasi pangan sumber kalori, dan bahan baku berbagai macam industri (Simanjuntak, 2006), kimia dan farmasi (BPTP Jawa Tengah, 2006). Ketersediaan pangan lokal di Maluku cukup melimpah, namun belum termanfaatkan sebagai pangan pokok karena telah terjadi pergeseran pola pangan pokok yang cenderung beralih ke beras (Budi dalam Rauf dan Lestari, 2009). Produksi beras lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan daerah sehingga kebutuhan beras masih didatangkan dari luar Maluku. Potensi lahan untuk pengembangan pangan masih cukup tersedia, namun infra-struktur penunjang masih belum memadai, oleh karena itu perlu dilakukan penghitungan kebutuhan pangan dan kemungkinan pencapaian swasembada pangan di provinsi Maluku yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Metodologi Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014, di Provinsi Maluku meliputi data 11 kabupaten/kota. Data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder bersumber dari BPS ( Kabupaten dalam Angka) data dimaksud meliputi data jumlah penduduk ditiap kabupaten, luas panen, produksi dan produktitifitas tanaman pangan, Angka kecukupan konsumsi kalori dan protein berdasarkan hasil WKPG ke VI tahun 1998, Standar angka ketersediaan pangan secara nasional untuk energi yaitu 2.500 kalori/kapita/hari (berdasarkan PPH menurut sistem Deptan tahun 2001). Analisis data sesuai data yang terkumpul meliputi: (1) data kecukupan pangan, (2) ketersediaan pangan, (3) neraca pangan dan (4) target swasembada pangan. Data dianalisis secara deskriptif. Metode Analisis Perhitungan Kecukupan Energi dari Pangan Lokal Berdasarkan hasil Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional ke VI tahun 1998 ditetapkan patokan kecukupan konsumsi kalori dan protein/kapita/hari adalah 2.200 kalori dan 48 gr protein. Standar angka ketersediaan pangan secara nasional untuk energi yaitu 2.500 kalori/kapita/hari (berdasarkan PPH menurut sistem Deptan tahun 2001). Pola pangan harapan (PPH) merupakan suatu gambaran tentang jenis dan jumlah kelompok pangan utama yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi. Pada dasarnya pola pangan harapan merupakan suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan pangan bagi penduduk/manusia. 92 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Hasil dan Pembahasan Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Maluku Perkembangan jumlah penduduk provinsi Maluku berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 yaitu 1.200.067 Jiwa, tahun 2012 sebesar 1.654.307 jiwa sedangkan tahun 2013 di proyeksikan meningkat menjadi 1.684.002 jiwa. Jika dilihat dari laju pertumbuhan penduduk selama dua dekade telah terjadi peningkatan, pada kurun waktu 1990 2000 laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,37 % pertahun, sedangkan pada kurun waktu 2000 2010 sebesar 2,48 % pertahun dan pada tahun 2010 2015 diproyeksikan sebesar 1,85% pertahun. Laju pertumbuhan penduduk Maluku meningkat pada periode 2000 2010 dibanding periode 1990-2000. Hal ini karena kondisi keamanan di daerah ini sudah mulai kondusif mengakibatkan arus masuk penduduk menjadi bertambah (BPS Maluku, 2012). Proyeksi jumlah penduduk berdasarkan laju pertumbuhan penduduk selama 25 tahun terakhir dari tahun 1990 sampai tahun 2015 yaitu sebesar 1,795 % pertahun dengan asumsi bahwa sejumlah perubahan perperiode waktunya dianggap konstan, maka pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk provinsi Maluku sebanyak 1.907.338 jiwa dan tahun 2025 sebanyak 2.084.778 jiwa Ketersediaan dan Produksi Pangan Lokal Provinsi Maluku Berdasarkan data BPS Maluku tahun 2013 total produksi pangan pokok Maluku sebesar 401.962,12 ton yang terdiri dari padi gogo 7.213,50 ton, jagung 22.351,64 ton (dengan asumsi 50 persen untuk pakan ternak), ubi kayu 227.744,66 ton (dengan asumsi 50 persen sebagai bahan baku industri enbal untuk diperdagangkan), ubu jalar 17.953,80, kacang hijau 987,42, kacang tanah 3.436,65, kedelai 236,21, kacang kacangan lain 912,70 dan ubi ubian lain 7.773,90 ton. Dari total produksi pangan pokok tersebut bila dikonversikan kepangan pokok beras yaitu sebesar 200.619,18 ton, sedangkan kebutuhan pangan pokok penduduk Maluku tahun 2013 dengan jumlah penduduk 1.684.002 jiwa yaitu sebesar 271.704 ton (161 kg beras/kapita/tahun), dari data tersebut menunjukkan bahwa 73,84 persen kebutuhan pangan pokok penduduk Provinsi Maluku dipenuhi dari produksi lokal, sedangkan 26,16 persen di datangkan dari wilayah lain (berupa beras) hal ini disebabkan oleh adanya pergeseran pola pangan pokok yang cenderung beralih ke beras. Untuk mencukupi kebutuhan pangan pokoknya Provinsi Maluku harus menyediakan 71.085,31 ton beras pada tahun 2013. Bila dilihat dari luas areal panen dan produksi yang tersedia untuk padi ladang dan komoditas pangan lainnya maka pencapaian swasembada pangan pokok penduduk provinsi Maluku (terutama beras) tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, oleh karena itu usaha pemenuhan pangan pokok harus dilakukan secara bertahap berdasarkan potensi lahan, sumberdaya manusia dan teknologi. Perkembangan produksi pangan pokok Provinsi Maluku dapat dilihat pada gambar 1. perkembangan produksi pangan Maluku dari tahun 2002-2013 menunjukkan trend yang meningkat yaitu sebesar 0,91 persen pertahun, kondisi ini menggambarkan bahwa tingkat ketergantungan pangan Maluku terhadap komoditas pangan pokok dari luar semakin menurun, sehingga terdapat peluang cukup besar untuk berswasembada pangan pokok. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 93

Perkembangan Produksi Pangan Maluku Produksi (ton) 600.000 400.000 200.000-2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Maluku 117.08 136.38 165.29 193.17 193.38 212.62 215.10 243.14 299.37 358.55 415.69 401.96 Gambar 1. Perkembangan Produksi Pangan Maluku Tahun 2002-2013 Perkembangan Luas Panen dan Produktivitas Pangan Lokal Provinsi Maluku Luas panen komoditas pangan Maluku tahun 2013 seluas 61.861 ha yang terdiri dari komoditas padi sawah, padi ladang, Ubi kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Jagung, Kedelai, Kacang hijau, Kacang kacangan lain dan umbi umbian. Perkembangan total luas areal panen untuk tanaman pangan dari tahun 2002 2013 disajikan pada gambar 2 Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan Maluku Luas Panen (ha) 80.000 60.000 40.000 20.000-2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Maluku 34.057 40.311 38.462 43.478 42.734 43.106 44.332 51.225 53.749 56.925 60.002 61.861 Gambar 2. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan Maluku Tahun 2002-2013 Gambar 2 menunjukkan adanya peningkatan luas panen dari tahun 2002 2013 yang ditunjukkan dengan nilai trend yang positif. Rata - rata areal panen tanaman pangan Maluku tahun 2002-2013 seluas 47.520 ha dengan laju pertumbuhan 0,51% pertahun. Tingkat produksi atau produktivitas komoditas pangan Maluku disajikan pada Tabel 1, menunjukkan bahwa produktivitas komoditas pangan Maluku masih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas pangan secara nasional ataupun potensi hasil masing-masing komoditas pangan tersebut, sehingga masih terbuka peluang peningkatan produksi pangan melalui intensifikasi atau peningkatan produktivitas tanaman. 94 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 1. Produktivitas Komoditas Pangan Maluku Tahun 2013 Produktivitas (t/ha) Kabupaten Padi Padi Sawah Ladang Jagung Ubi Ubi Kacang Kacang Kacang Ubi kedelai kayu jalar tanah hijau lain ubian MTB - 2,08 2,80 11,85 5,90 1,61 0,90-0,78 7,12 MBD - 0,80 1,46 8,40 5,00 1,20 1,10-1,02 6,94 Malra - 2,10 2,86 12,00 5,00 2,00 2,00-2,00 4,99 Malteng 4,70 2,40 3,20,31 7,16 1,39 1,20 1,46 - - B u r u 4,62 0,99 2,37 12,97 8,02 1,67 1,38 1,30 - - Bursel - 2,00 2,30 14,67 12,5 6 1,20 1,60 - - - Kep Aru - 1,17 0,91 9,55 2,39 0,74 0,30 - - - SBB 6,84 2,00 3,75 17,57 SBT 4,25 2,14 3,99 11,96 A m b o n - - 3,43 20,55 11,2 2 10,8 5 10,3 8 1,27 0,90 1,50 - - 1,20 1,10 0,54 - - 1,31 - - - - T u a l - 1,50 2,53 9,10 3,82 1,65 1,69-1,24 8,51 Maluku 5,10 1,72 2,69 12,45 7,48 1,39 1,22 1,20 1,26 6,89 Sumber : BPS Maluku, 2014 Potensi Dan Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Penentuan potensi lahan untuk pengembangan pertanian di Provinsi Maluku telah dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku. Penilaian kesesuaian lahan menggunakan beberapa karakteristik lahan seperti tanah, bahan induk, fisiografi, bentuk wilayah, iklim, dan ketinggian tempat. Berdasarkan pengelompokan tersebut, teridentifikasi bahwa dari total luas daratan provinsi Maluku seluas 4.625.415,9 ha tersebut yang dibagi kedalam 8 (delapan) bagian penggunaan lahan yaitu kehutanan seluas 2.274.491,8 ha, perkebunan 1.263.575,4 ha, wanatani seluas 129.136,8 ha, tanaman pangan lahan kering seluas 718.416,6 ha, tanaman pangan lahan basah 55.611,7 ha, padang penggembalaan 1.508,6 ha, perikanan tambak 146.419,6 ha, dan hutan pantai 36.205,4 ha. Sebaran dari masing-masing penggunaan lahan dan luasnya pada seluruh kabupaten/kota di Provinsi Maluku ditampilkan pada tabel 2. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 95

Tabel 2. Arahan penggunaan lahan berdasarkan zona agroekologi pada seluruh kabupaten kota beserta luasannya di Provinsi Maluku Sumber : Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman. 2006. Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Dengan membandingkan antara luas potensi lahan yang didasarkan pada peta ZAE dan luas aktual pemanfaatan lahan dari data BPS, maka dapat ditentukan bahwa di Provinsi Maluku masih tersedia areal yang cukup luas untuk ekstensifikasi areal pertanian. Lahan fungsional untuk usahatani tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan berdasarkan data BPS tahun 2013 seluas 95.692,04 ha, sementara potensinya seluas 831.197,70 ha, jadi tersedia areal ekstensifikasi seluas 735.505,66 ha. (Tabel 3). Tabel 3. Potensi Lahan dan Lahan Fungsional Provinsi Maluku Potensi dan lahan fungsional Luas (ha) Proporsi (%) Potensi Lahan Pangan, sayuran dan buah (lahan kering) 775.586,00 100,00 Lahan Fungsional Pangan, sayuran dan buah Tahun 2013 71.683,04 9,24 Potensi pengembangan Pangan, sayuran dan buah 703.902,96 90,76 Potensi lahan basah (padi sawah) 55.611,70 100,00 Lahan fungsional padi sawah Tahun 2013 24.009,00 43,17 Potensi pengembangan sawah irigasi 31.602,70 56,83 Sumber : Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman. 2006. Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku Sebaran Kalori Bahan Pangan Lokal di Maluku Berdasarkan data produksi bahan pangan dari BPS Provinsi Maluku Tahun 2013, maka dapat dihitung total energi pangan lokal yang mampu dihasilkan dalam tahun yang sama. Data total energi tersedia tersebut, setelah dibandingkan dengan kebutuhan energi dari seluruh penduduk di Maluku yang bersumber dari karbohidrat (tanaman pangan) maka dapat diketahui apakah selama ini produksi tersebut telah mencukupi atau belum dalam mendukung kecukupan pangan lokal. Perhitungan lebih lanjut, yaitu dengan membandingkan antara total energi yang dihasilkan dengan jumlah penduduk tahun 2013 menunjukkan bahwa jumlah tersebut belum mencukupi ratarata kebutuhan energi per kapita per tahun seluruh penduduk Maluku. Total energi tersebut hanya mampu memasok 425.302,7 kkal/kapita/tahun atau setara dengan 1.181,4 kkal/kapita/hari. 96 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Kebutuhan ideal energi/kapita/tahun untuk saat ini yang bersumber dari karbohidrat adalah 1.600 kkal, sedangkan untuk total energi yaitu 2.500 kkal/kapita/hari. Jadi masih terdapat selisih energi/kapita/hari sebesar 419 kkal kapita/hari, yang selama ini diduga dipenuhi dari sumber lain yang didatangkan dari luar Maluku (berupa beras). Neraca Penyediaan Pangan Pokok Penduduk Propinsi Maluku Komposisi pangan pokok penduduk Maluku terdiri dari beras, jagung, ubi kayu dan ubi ubian lain. Berdasarkan persentase kontribusi kalori perjenis pangan menunjukkan beras penyumbang terbesar ketersediaan kalori selanjutnya ubi kayu, jagung dan komoditas lainnya. Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Ketersediaan Kalori per Tahun, Ketersediaan Eksisting dan Kekurangan/Kelebihan Kabupaten Jumlah Penduduk Total Kebutuhan Ketersediaan Kalori/tahun (kal) (x1000) Ketersediaan Eksisting Kalori/tahun (kal) (x1000) Kekurangan Kalori/tahun (kal) (x1000) Selisih Setara Beras (Kg) (x1000) MTB 112.320 64.696.081 31.983.167 32.712.914 9.163,3 Maluku Barat Daya 8.817 45.398.485 53.158.287 (7.759.802) (2.173,6) Maluku Tenggara 101.685 58.570.595 34.223.872 24.346.724 6.819,8 Maluku Tengah 382.131 220.107.631 124.251.192 95.856.439 26.850,5 B u r u 117.068 67.431.353 110.749.875 (43.318.522) (12.134,0) Buru Selatan 57.380 33.050.768 56.204.258 (23.153.490) (6.485,6) Kepulauan Aru 88.141 50.769.352 3.303.317 47.466.035 13.295,8 SBB 183.636 105.774.419 249.896.256 (144.121.837) (40.370,3) SBT 106.450 61.315.249 33.169.882 28.145.367 7.883,9 A m b o n 360.827 207.836.138 10.148.375 197.687.763 55.374,7 T u a l 95.547 55.034.970 9.122.001 45.912.969 12.860,8 Total 1.684.002 969.985.043 716.210.482 253.774.561 71.085,3 Sumber: Data BPS diolah Perhitungan tingkat ketersediaan kalori Maluku Tahun 2013 (Tabel 4) berdasarkan komposisi pangan pokok menurut PPH (AKE = 1.340 kkal/kpt/hari) ditambah 20% cadangan atau 1600 kkal/kpt/hari yaitu sebesar 969.985.042.934 kalori/tahun dengan jumlah penduduk 1.684.002 jiwa, sedangkan ketersediaan kalori riil dari produksi pangan lokal yaitu sebesar 716.210.481.904 kalori/tahun sehingga terdapat selisih atau kekurangan sebesar 253.774.561.031 kalori/tahun atau sebesar 253.774.561.031 kalori setara dengan 71.085,3 ton beras/tahun. Kekurangan tersebut selama ini dipenuhi dari beras yang didatangkan dari luar Maluku (impor). Bila dilihat dari tingkat ketersediaan kalori perkabupaten menunjukkan bahwa kabupaten Maluku Barat Daya, Buru, Buru Selatan dan SBB sudah surplus dalam penyediaan kalori. Estimasi kebutuhan ketersediaan pangan pokok diperlukan sebagai dasar penentuan skenario pencapaian swasembada pangan pokok atau kemandirian pangan pokok Maluku. Berdasarkan jumlah kebutuhan ketersediaan pangan pokok (produksi dalam ton) maka dapat dihitung atau diestimasi jumlah kebutuhan luas lahan perkomoditas pangan berdasarkan tingkat produktivitas eksisting. Kebutuhan luas lahan sampai tahun 2026 untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk Maluku secara mandiri diperlukan luas areal panen 90.612 ha tahun 2013 sampai 114.190 ha tahun 2026 dengan dasar tingkat produksi eksisting. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 97

Skenario pencapaian swasembada pangan pokok Beberapa asumsi dalam menyusun perencanaan pencapaian swasembada pangan pokok untuk mewujudkan ketahanan pangan lokal yang disampaikan dalam hasil akhir kegiatan ini didasarkan pada potensi jenis-jenis pangan lokal tersedia di Maluku, sumberdaya lahan pertanian lahan kering yang masih tersedia dalam luasan yang cukup besar, kemampuan sumberdaya manusia dalam mengolah lahan, pola konsumsi pangan masyarakat dan kebijakan Pemerintah Pusat meningkatkan areal panen padi sawah (ekstensifikasi) ke luar pulau Jawa. Skenario yang akan dibahas adalah (1) Peningkatan produktivitas dan luas tanam/panen masing-masing jenis tanaman pangan lokal secara bertahap. Penghitungan dilakukan mulai tahun 2013 sampai tahun 2026, (2 ) Mengubah komposisi pangan pokok atau menurunkan tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun. Dalam skenario ini, produktivitas tanaman ditingkatkan sebesar 5% pertahun dan luas panen sebesar 6% pertahun dimulai dari produktivitas dan luas panen eksisting tahun 2013. hasil Perhitungan peningkatan produktivitas dari tahun 2013 sampai 2026 disajikan pada tabel 10. Peningkatan produktivitas dilakukan melalui peningkatan Mutu Intensifikasi (introduksi benih/bibit unggul, pemupukan berimbang, pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu, pengairan, dan perbaikan teknik budidaya). Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah skenario tersebut bisa dilaksanakan karena teknologi peningkatan produktivitas tanaman pangan sudah cukup tersedia. Perhitungan peningkatan luas panen dari tahun 2013 sampai 2026 yaitu padi sawah 24.009 ha sampai 48.861ha, padi gogo 3.616 ha sampai 32.236 ha; jagung 11.618 ha sampai 13.091 ha; ubikayu 14.997 ha sampai 19.649 ha; ubi jalar 2.400 ha sampai 4.581 ha; umbiumbian lain 1.156 ha sampai 2.207 ha; kacang tanah 2.078 ha sampai 3.968 ha; kacang hijau 870 ha sampai 1.661 ha, kacang-kacangan lainnya 929 ha sampai 1.774 ha. Total luas panen yang dibutuhkan dengan skenario peningkatan 6% pertahun sampai tahun 2026 yaitu sebesar 137.945,76 ha, skenario tersebut sangat rasional untuk dilakukan karena potensi lahan yang tersedia untuk komoditas pangan seluas 831.197,70 ha Hasil produksi komoditas pangan dengan skenario peningkatan produktivitas 5% pertahun dan luas lahan 6% pertahun secara bertahap dari tahun 2013 sampai 2026 menunjukkan bahwa swasembada untuk komoditas padi sawah terpenuhi pada tahun 2020 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar 250.001 ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar 260.882 ton, padi ladang swasembada tahun 2020 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar 27.976 ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar 31.310 ton, ubi kayu tercapai swasembada tahun 2018 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar 253.400 ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar 264.384 ton, ubi jalar tercapai swasembada tahun 2015 yaitu produksi yang dibutuhkan untuk ketersediaan pangan sebesar 18.938 ton sedangkan produksi dengan skenario sebesar 21.860 ton. Sedangkan untuk komoditas jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kacang kacangan lain dan umbi umbian lain dengan skenario tersebut sudah mampu memenuhi ketersediaan bahan pangan tahun 2014. 98 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 5. Ketersediaan Kalori dalam Pencapaian Swasembada Pangan Pokok Tahun Kebutuhan Ketersediaan Kalori Berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr Ketersediaan Kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen 2013 969.985.042.934,40 707.409.440.902,47 2014 987.396.274.455,07 771.113.939.301,36 2015 1.005.120.037.581,54 841.248.595.798,31 2016 1.023.161.942.256,13 918.576.018.247,80 2017 1.041.527.699.119,63 1.003.970.579.395,33 2018 1.060.223.121.318,82 1.098.438.824.739,14 2019 1.079.254.126.346,50 1.203.144.287.296,58 2020 1.098.626.737.914,42 1.319.437.758.953,24 2021 1.118.347.087.859,98 1.448.894.330.511,95 2022 1.138.421.418.087,07 1.593.358.842.073,82 2023 1.158.856.082.541,73 1.755.001.799.286,35 2024 1.179.657.549.223,35 1.936.388.331.081,34 2025 1.200.832.402.231,91 2.140.563.418.246,43 2026 1.222.387.343.851,98 2.371.157.444.095,94 Sumber : Data BPS diolah Total ketersediaan kalori pertahun dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas tanam/panen disajikan pada tabel 18. Berdasarkan hasil perhitungan ketersediaan kalori pada tahun 2018 Maluku sudah mampu memenuhi kebutuhan kalori dari produksi lokal yaitu dengan total kebutuhan ketersediaan Kalori Berdasarkan AKE 1600 kal/kpt/hr sebesar 1.060.223.121.318,82 kalori sedangkan Ketersediaan Kalori dengan skenario peningkatan produktivitas dan luas panen yaitu sebesar 1.098.438.824.739,14, sehingga jika skenario tersebut dilaksanakan maka pada tahun 2018 Maluku sudah surplus kalori sebesar 38.215.703.420,32 Kalori, namun bila dilihat dari ketersediaan kalori berdasarkan jenis komoditas pangan maka swasembada pangan pokok Maluku tercapai pada tahun 2020, karena pada tahun 2020 tingkat produksi dengan skenario untuk semua komoditas pangan sudah melebihi produksi yang dibutuhkan (sesuai AKE 1600 kal/kpt/hr). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 99

Kesimpulan Pencapaian swasembada pangan pokok dapat dicapai pada tahun 2018 atau 2020 dengan skenario sebagai berukut : Pencapaian swasembada tahun 2018 1. Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun 2. Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = 137.945,76 ha, Potensi lahan = 831.197,70 ha) 3. Mengubah persentase komposisi pangan penduduk menjadi padi padian (58%), Umbi umbian (39%) dan kacang2ngan (3%) 4. Menurunkan Tingkat konsumsi beras menjadi 80kg/kpt/tahun Pencapaian swasembada tahun 2020 1. Peningkatan Produktivitas pangan pokok masing2 sebesar 5% pertahun 2. Penambahan luas panen untuk masing2 komoditas yaitu padi sawah 6,1%, padi ladang 20%, jagung 1%, ubi kayu 2,1%, ubi jalar 5,1%, kcng tanah 5,1%, kcng hijau 5,1%, kedelai 5,1%, kacang2ngan lain 5,1% dan ubi ubian 5,1% (lahan fungsional = 137.945,76 ha, Potensi lahan = 831.197,70 ha) Daftar Pustaka Badan Litbang Pertanian. 2011. Panduan Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian. Bogor, 26-28 April 2011 BPS Maluku., 2014. Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPS Maluku., 2009. Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPS Maluku., 2004. Maluku Dalam Angka. BPS Provinsi Maluku, Ambon BPTP Jawa Tengah. 2006. Cara Pengolahan Kerupuk Jagung. Badan Litbang Pertanian. BPTP Jawa Tengah. Nainggolan, K. 2004. Strategi dan Kebijakan Pangan Tradisional dalam Rangka Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Simanjuntak, D.2006. Pemanfaatan Komoditas Non Beras Dalam Diversifikasi Pangan Sumber Kalori. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol. 4 (1), April 2006 : 45 54. Sinar Tani. 2011. Open House Balitsereal: Mengangkat Martabat Jagung. Sinar Tani Edisi 5-11 Oktober 2011 No. 3424 Tahun XLII. Susanto A.N. dan Sahrul Bustaman. 2006. Data Dan Informasi Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis Di Wilayah Kepulauan Provinsi Maluku. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Thahir, R. 2004. Program Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Dalam Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Daya Saing Pangan Tradisional; Penyunting : J. Munarso, Risfaheri, Abubakar, Setyadjit dan S. Prabawati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. 100 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian