Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/ 17 Maret 2017 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : VII Organisme Akuatik Asisten : Niar Suryani GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL) Disusun oleh: Nuralim Paturakhman C14140035 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PENDAHULUAN Latar Belakang Darah merupakan cairan yang terdapat dalam tubuh yang berfungsi sebagai agen pengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, pengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap gangguan luar tubuh, seperti virus atau bakteri. Darah merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk menentukan kondisi kesehatan dari ikan budidaya. Hal ini dikarenakan bahwa darah membawa segala hal yang akan disalurkan ke organ dan membawa kembali beberapa dari sisa metabolisme, seperti CO2 yang merupakan buangan dari sistem respirasi (Alamanda et al. 2007). Penyakit merupakan salah satu faktor penghambat dalam kegiatan budidaya perikanan karena dapat mengurangi hasil produksi yang memang merupakan tujuan utama kegiatan akuakultur. Penyakit pada dasarnya adalah segala sesuatu yang mengganggu aktivitas fisiologis ikan baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga mengakibatkan abnormalitas pada ikan. Penyakit pada ikan hanya akan terjadi apabila terdapat reaksi antara agen patogen, lingkungan yang tidak sesuai, dan inang. Ketidakseimbangan reaksi antar faktor di atas akan memperbesar kemungkinan terjangkitnya penyakit pada ikan sehingga ketiga faktor tersbut harus senantiasa dikelola dengan baik (Purwati et al. 2014). Sel darah dan cairan darah dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan. Hal ini disebabkan karena sel darah dan cairan darah memiliki peran fisiologis yang penting serta dapat menggambarkan kondisi kesehatan ikan. Darah ikan terbagi menjadi sel darah dan plasma darah. Plasma darah terdiri dari air, protein, lipd dan ion. Sedangkan sel darah terdiri dari eritrosit dan leukosit. Leukosit atau sel darah putih merupakan sistem pertahanan tubuh pada ikan. Sistem pertahanan tubuh ini bersifat spesifik. Kerja leukosit dilakukan dengan membentuk antibody atau proses fagositosis. Leukosit membantu membersihkan tubuh dari benda asing. Ikan yang terkena penyakit akan menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesa antibodi. Leukosit terdiri dari granulosit dan agranulosit. Granulosit terdiri dari basofil, netrofil dan ensinofil. Sedangkan agranulosit terdiri dari limfosit, moosit dan trombosit. Jumlah leukosit setiap ikan berbeda. Faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit yaitu jenis atau spesies ikan, umur, aktivitas otot, kesehatan ikan, dan tingkat stres ikan (Hartika et al. 2014). Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui status kesehatan ikan melalui gambaran darah (SDM, Hb, Hematokrit).
METODOLOGI Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada Jumat, 10 Maret 2017 di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departeman Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu syringe, baki, lap, trash bag, hemasitometer, mikroskop, cover glass, sentrifuse, kertas label, pipa kapiler, pipet tetes dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan nila, darah ikan nila, bakteri Staphylococcus sp, akuades, antikoagulan, larutan metanol, giemsa, larutan turks dan critoceal. Prosedur Kerja Pengukuran Diferensial Leukosit Darah ikan diambil menggunakan syringe yang sebelunya sudah dibilas terlebih dahulu dengan koagulan. Slide direndam dalam metanol selama 5 menit dan dikeringkan dengan angin. Darah diencerkan menggunakan koagulan dengan perbandingan 1:1 dan diteteskan pada sisi slide. Tetesan tersebut ditarik menggunakan slide yang lain secara perlahan. Slide yang sudah rata oleh darah difiksasi dengan metanol selama 5-10 menit dan dikeringkan dengan angin. Kemudian direndam dalam cairan giemsa selama 10-15 menit dan dibilas dengan akuades dan dikeringkan dan diamati dengan 10 lapang pandang. Pengukuran Aktifitas Fagositik Bakteri Staphylococcus sp. 50 µl ditambahkan dalam darah sebanyak 50 µl. Kemudian diinkubasi selama 20 menit. Setelah itu slide ditetesi darah tersebut sebanyak satu tetes dan ditarik hingga ujung lalu dikeringkan. Kemudian direndam dalam giemsa 10 menit kemudian dibilas dengan akuades dan dikeringkan. Terakhir amati dibawah mikroskop. Pengukuran Sel Darah Putih Darah dihisap dengan pipa sahli hingga mencapa skala 0,5. Kemudian ditambah larutan turks sampai skala 11. Campuran tersebut diteteskan ke hemasitometer dan diamati di bawah mikroskop. Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Hisap darah dengan pipa sahli sampai skala 0,5. Selanjutnya ditambah dengan larutan Turks hingga skala 11. Langkah berikutnya larutan diteteskan pada hemasitometer dan diamati dengan mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN DL AF (%) Hasil Berikut merupakan hasil pengamatan sel darah putih, limfosit, netrofil, monosit dan AF. Tabel 1 kadar sel darah merah, hemoglobin dan hematokrit ikan lele Kelompok SDP x 10 5 sel/mm 3 Limfosit (%) Netrofil (%) Monosit (%) 1 1,7 31,37 31,37 37,25 67,3 2 4,16 48 35 17 56 3 1,17 24,6 52,2 23,2 55 4 1,68 18 73 4 67 5 2,3 42 26 13,24 28,3 6 1,58 23,6 56,2 20,2 52 7 1,51 39 18 25 41 8 0,82 80 5 14 29 9 1,79 32 7 34 43,3 10 0,68 79,24 3,77 16,98 62,8 11 1,77 34,74 33,55 31,71 57 12 6,42 42 38 20 53 Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil yang berbeda-beda. Nilai SDP tertinggi dari kelompok 12 sebesar 6,42 x 10 5 sel /mm 3 dan terendah dari kelompok 10 sebesar 0,68 x 10 5 sel /mm 3. AF tertinggi dari kelompok 1 sebesar 67,3% dan terendah dari kelompok 5 sebesar 28,3%. Limfosit tertinggi dari kelompok 10 sebesar 79,24% dan terendah dari kelompok 6 sebesar 23,6%. Netrofil tertinggi dari kelompok 4 sebesar 73% dan terendah dari kelompok 8 sebesar 5%. Terakhir monosit tertinggi dari kelompok 1 sebesar 37,25% dan terendah dari kelompok 4 sebesar 4%. Pembahasan Darah merupakan bagian terpenting bagi makhluk hidup karena berperan sebagai sistem sirkulasi tubuh. Oksigen dapat mengambil sari-sari makanan baik berupa vitamin, mineral, maupun kandungan gizi lainnya yang akan diedarkan ke seluruh tubuh. Kesehatan ikan dapat dilihat dari gambaran darah ikan itu sendiri karena darah akan mencerminkan kondisi tubuh pada saat itu. Pada ikan yang sakit pada umumnya darah mengalami berbagai perubahan dan ketidakseimbangan bila dibandingkan dengan darah ikan yang sehat. Hal ini dikarenakan bakteri atau agen penyebab penyakit pada ikan sudah memasuki darah dan kemudian merusak keseimbangan yang berada pada darah ikan. (Alamanda et al. 2007). Darah ikan secara umum memiliki dua komponen utama yaitu sel darah dan plasma darah. Sel darah pada ikan terdiri dari sel darah putih dan sel darah merah. Sel darah merah dalam tubuh berfungsi untuk mengangkut oksigen dan sari-sari makanan dan diedarkan keseluruh tubuh ikan. Sedangkan sel darah putih
pada ikan berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh dan melawan zat asing yang masuk kedalam tubuh ikan sebagai perlindungan akan serangan patogen. Tubuh ikan yang kekurangan sel darah merah atau eritrosit akan mengalami anemia yaitu proses kekurangan sel darah merah yang menyebabkan suplai makanan yang menurun dan terganggunya proses metabolisme pada ikan (Purwanti et al. 2014). Leukosit berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh dan memiliki sifat khusus yaitu fagositosis di mana leukosit dapat memakan antigen asing yang mengancam kekebalan tubuh. Leukosit pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit agranulosit dibagi kembali menjadi limfosit dan monosit. Leukosit granulosit dibagi kembali menjadi neutrofil, basophil, dan asidofil (eosinophil). Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan kekebalan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat yang dianggap asing. Leukosit juga dapat melakukan gerakan amuboid dan melakukan proses diapedesis yang merupakan gerakan meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan menembus ke dalam jaringan penyambung. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh leukosit dengan kisaran 0,82-6,42 x 10 5 sel/mm 3. Menurut Hartika et a.l (2014), jumlah leukosit pada ikan normal 32.000-146.000 sel/mm 3 dan ikan dewasa berkisar 20.000-146.000 sel/mm 3. Sedangkan menurut Royan et al (2014), kadar leukosit ikan nila normal berkisar 20.000 sel/mm 3 150.000 sel/mm 3. Jumlah leukosit yang berlebih pada beberapa ikan diduga karena ikan terserang penyakit, sedangkan jumlah leukosit yang rendah diduga karena ikan stress. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Yanto et al (2015) bahwa jumlah leukosit akan meningkat ketika ikan sedang sakit karena sedang aktif dalam melawan infeksi serta jumlah leukosit yang menurun karena stress. Menurut Bastiawan et al. (2001) dalam Alamanda et al (2007), monosit berfungsi sebagai fagosit terhadap benda asing yang berpotensi menyebabkan penyakit pada ikan. Limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh sehingga mencegah menyebarnya penyakit. Neutrofil berperan dalam respon kekebalan terhadap serangan organisme patogen dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil dalam darah akan meningkat bila terjadi infeksi dan berperan sebagai pertahanan pertama dalam tubuh. Kelimpahan masing-masing komponen leukosit ini diukur dalam diferensial leukosit. Peningkatan nilai limfosit disebabkan adanya stressor di sekitar lingkungannya, seperti perubahan suhu, kepadatan dan ketidaknyamanan. Secara umum, diferensial leukosit yang normal bagi ikan air tawar yaitu 60-80%. Kelimpahan leukosit biasanya merupakan kelimpahan paling banyak dalam diferensial leukosit dibandingkan degan komponen lain seperti neutrofil dan monosit (Arhanari dan Dhanapalan 2016). Kadar neutrofil yang normal yaitu berada pada kisaran 6-8%. Sebagian besar hasil yang didapat berdasarkan hasil praktikum berada di atas kisaran normal sehingga diduga ikan nila yang digunakan dalam praktikum sedang mengalami proses pertahanan tubuh sehingga komponen-komponen sel darah
putih meningkat. Jumlah monosit pada ikan nila normal berada pada kisaran bahwa persentase monosit ikan nila normal sebesar 3,9-5,9%. Semakin kecil jumlah monosit menunjukkan bahwa jumlah antigen di dalam tubuh ikan nila tidak banyak sehingga tidak membutuhkan makrofag untuk menonaktifkan antigen, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil praktikum jumlah sel monosit yang teramati lebih besar dari literatur, hanya pada kelompok 4 saja yang sesuai kisaran monosit normal yaitu 4%. Hal ini dapat disimpulkan hampir semua ikan berada dalam keadaan sakit yang terlihat dari gambaran darah ikan dengan kadar monosit yang tinggi (Maheswaran dan Murugan 2008). Haritka (2014) menyatakan bahwa neutrofil menunjukkan aktivitas fagositik dan sitotoksik, yaitu gerakan bermigrasi ke tempat terjadinya infeksi karena faktor kemotaktik. Neutrofil mempunyai kemampuan untuk menempel di permukaan sel dan dapat bergerak aktif sehingga dalam waktu singkat dapat berkumpul di suatu jaringan yang terinfeksi dalam jumlah banyak. Hal itu mengakibatkan nilai neutrofil merepresentasikan aktivitas fagositik. Berdasarkan hasil praktikum yang telah diamati, kadar neutrofil yang teramati lebih dari kisaran normal, hanya pada kelompok 8 dan 9 saja yang berada pada kisaran normal. Aktifitas fagositik yang tinggi dapat mencerminkan bahwa terdapat serangan patogen yang tinggi sehingga perlu adanya perlindungan terhadap kondisi tubuh. Hal ini diperkuatoleh Robert (1978) dalam Hartika et al (2014), bahwa nilai neutrophil pada ikan jauh lebih rendah dari mamalia yaitu 6-8%, sedangkan pada keadaan yang tinggi tubuh ikan sedang mempertahankan kondisi tubuh terhadap serangan patogen.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kadar sel darah putih, AF, monosit, netrofil dan monosit dari ikan nila masing-masing kelompok berbeda. Kondisi tersebut ada yang melebihi batas normal dan ada yang dibawah batas normal. Hal ini diduga ikan mengalami masalah kesehatan dan stres. Saran Ikan dan bakteri yang digunakan selanjutnya disarankan menggunakan ikan dan bakteri yang berbeda pada setiap kelompoknya agar mahasiswa memahami gambaran darah ikan lebih spefesifik lagi. DAFTAR PUSTAKA Alamanda IE, Handajani NS, dan Budihardjo A. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. J. Biodiversitas. 8(1): 34-38. Arhanari M, Dhanapalan S. 2016. Assesment of the haematological and serum biochemical parameters of three commercially important freshwater fishes in river Couvery Velur, Namakkal district, Tamil Nadu India. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies. 4(1):155-159. Hartika R., Mustahal, Putra A. N. 2014. Gambaran darah ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan penambahan dosis prebiotic yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4 (4): 259-267. Maheswaran R, Murugan V. 2008. Heamatological studies of fresh water fish, Clarias batrachus (L.) exposed to mercuric chloride. International Journal of Integrative Biology. 2(1):234-240. Purwanti SC, Suminto, dan Sudaryono. 2014. Gambaran Profil Darah Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Diberi Pakan Dengan Kombinasi Pakan Buatan Dan Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(2): 53-60.
LAMPIRAN SCREENSHOOT