I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar pijakan pembangunan kedepan akan mengakibatkan pertumbuhan akan

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian,

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

ABSTRACT. Hendra Saputra 1) dan Jamhari Hadipurwanta 2) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

III KERANGKA PEMIKIRAN

Membangun Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1995, hlm Ibid, hlm Awan Setya Dewanta, et.al. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) Pusat Penyuluhan Pertanian. Tahun 2013

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

PENDAHULUAN Latar Belakang

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2013

Faktor Penentu Keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan Di Gabungan Kelompoktani Candi Rahmad

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan suatu kegiatan yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya mendukung pencapaian program pembangunan pertanian, Kementerian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses Pembangunan Pertanian yaitu : (1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) Diversifikasi Pangan; (3) Nilai Tambah, Daya Saing dan Ekspor dan (4) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Untuk itu Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 telah melaksanakan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang secara terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan berada di dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. PUAP sebagai langkah terobosan Departemen Pertanian untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan. Pelaksanaan PUAP mengacu kepada pola dasar yang ditetapkan dalam PERMENTAN Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 yaitu pendidikan dan latihan untuk pengembangan usaha, pendampingan dan pemberian fasilitas bantuan modal usaha petani yang dikoordinasikan oleh Gapoktan. Untuk itu keberhasilan PUAP sangat ditentukan oleh kerjasama dan komitmen seluruh pemangku kepentingan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dari tingkat pusat sampai daerah. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin tercatat 37,2 juta jiwa. Sekitar 63,4% dari jumlah tersebut berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian dan 80% berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Oleh karena itu kemiskinan di pedesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Sehingga pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah (2005-2009) yang fokus pada pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agrbisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja diperdesaan, Bapak Presiden RI pada tanggal 30 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-M). Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M.

GAPOKTAN merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, GAPOKTAN didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani. GAPOKTAN PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Untuk mencapai tujuan PUAP, yaitu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja diperdesaan, PUAP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan Departemen Pertanian maupun Kementerian / Lembaga lain dibawah payung program PNPM Mandiri. Melalui sistem pemberdayaan petani dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian Petani. Pemberdayaan petani dilakukan melalui partisipasi petani dengan pengembangan kelompok dan kepemimpinan petani. Secara budaya kedudukan petanipun berada pada deretan paling belakang, terutama karena didorong oleh cara pandang kita kepada para petani yang masih selalu negatif. Secara umum ciri-ciri petani masih menjadi obyek diantaranya yaitu peran dan kedudukan petani dalam pembangunan di wilayahnya belum mampu menjadi pelaku utamanya sebagai perencana, pelaksana dan pengendali program pembangunan pertanian diwilayahnya. Hal ini dipandang petani berperan hanya sebagai figuran, dan bukan sebagai peran utama dimana petani masih bergantung kepada pemerintah, petani masih pasif dan belum dinamis, masih banyak menunggu, menghimbau dan meminta bantuan dari pemerintah, dan belum mandiri. Peranan aparat pun masih terlalu dominan sebagai pelaku pembangunan dan kurang memberikan ruang gerak kepada para petani untuk berperan aktif.

Dengan pendekatan partisipatif mendudukkan petani dan keluarganya sebagai subyek yang mandiri dan mampu menolong dirinya sendiri untuk dapat mencapai kesejahteraan keluarganya. Penerapan pendekatan partisipatif seperti Sekolah Lapang (SL) memberikan perubahan yang besar dalam penyuluhan dimana dengan metode penyuluhan partisipatif menerapkan prinsip belajar dari, oleh dan untuk petani, dimana dalam sekolah lapang petani dididik untuk menjadi ahli di lahan usahanya sendiri, petani menjadi ahli dalam mengelola ekologi di lahan usahataninya, petani mampu melakukan pengamatan, mengidentifikasi masalah dilahan usahataninya, menganalisis faktor-faktor penyebabnya, menyimpulkan dan menetapkan solusi pemecahan masalahnya serta memutuskannya sendiri. Dalam hal ini petani melakukan proses belajar berdasarkan pengalaman dan proses belajar menemukan sendiri (discoverylearning). Penyuluhan partisipatif harus mampu mengembangkan kemampuan petani sebagai pengelola usaha taninya, pengelola program pembangunan pertanian diwilayahnya mulai dari kemampuan mengidentifikasi potensi dan masalah wilayahnya, menyusun perencanaannya, mengorganisasikannya, melaksanakannya dan mengendalikannya. Untuk itu petani perlu memiliki kemampuan untuk membangun jejaring kerjasama petani dalam kelembagaan di wilayahnya. Penyuluhan partisipatif harus mampu mengembangkan budaya organisasi dalam kehidupan petani. Oleh karena itu pengertian penyuluhan sekarang ini bukan hanya proses pendidikan bagi petani, tetapi meliputi kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan masyarakat pedesaan. Maka dari itu

pada penyuluhan pertanian ini merupakan bagian integral dari sistem pembangunan wilayah. Sehingga di sinilah titik kritis (critical point) dimana penyuluhan partisipatif harus memiliki misi dan komitmen yang berpusat pada petani, pada keberdayaan dan kesejahteraan petani, karenanya pembangunan wilayah pun harus memiliki orientasi yang sama yakni berpusat pada masyarakat, pada keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat. Seperti halnya pada Gapoktan Candi rahmad Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan ini mampu dalam pengembangan modal dan meningkatkan usahataninya, melalui program PUAP yang diberikan oleh pemerintah. Kegiatan PUAP di desa candi binangun gapoktan candi rahmad dengan penerapan pendekatan partisipatif melalui pendidikan dan pelatihan pemahaman pedesaan secara partisipatif (PRA) serta bimbingan penyuluh pendamping yang mampu mendorong petani gapoktan candi rahmad sukses. Dimana PRA (Participatory Rural Appraisal) adalah Participatory Learning and Action (PLA) untuk memberikan pengertian bahwa penekanan dari pendekatan partisipatif pada proses belajar masyarakat dengan melalui pengembangan kegiatan (aksi). Dengan demikian, lembaga pengembangan program selalu menitikberatkan pada proses pengalihan kemampuan pada masyarakat agar meningkatkan kemampuan untuk mengatasi masalahmasalahnya. (Ommani, 2011) menambahkan PRA (Participatory Rural Appraisal) is a research method the used visualization techniques and interviews to create information for the design of effective communication programs,

materials, media and methods for development purposes to ensure relevance and ownership by the farmers. Kelompok tani merupakan ujung tombak Pembangunan pertanian dan Peranannya sangat stategis dalam mengembangkan usaha agribisnis yang lebih ekonomis dan efisien. Peranan kelompok dalam pembangunan pertanian menjadi pilar utama keberhasilan suatu kegiatan pembangunan. Melalui peranan kelompok dan fungsi GAPOKTAN yang kuat membawa petani GAPOKTAN Candi Rahmad dapat meningkatkan pendapatan anggota kelompoknya dan mampu menolong dirinya sendiri untuk dapat mencapai kesejahteraan keluarganya. Kelompok Tani yang ada di lokasi penelitian Desa Candi Binangun Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan pada umumnya merupakan kelompok kerja gotong royong yang kemudian dikembangkan sebagai wadah penyuluhan pertanian. Adanya Program PUAP (pengembangan usaha agribisnis perdesaan) ke Desa Candi Binangun Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa Timur bukan saja menyalurkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tetapi sekaligus membawa inovasi kelembagaan ekonomi untuk memberdayakan organisasi tani tersebut. Salah satu organisasi tani yang dapat mengadopsinya adalah GAPOKTAN Candi rahmad yang telah mengelola BLM PUAP tersebut untuk memfasilitasi pinjaman kepada para anggotanya untuk menjalankan usahataninya. Pada Program PUAP ini masyarakat desa candi binangun berusaha untuk bisa mengembangkan usaha taninya, dimana dengan adanya penguatan gapoktan mempunyai makna yang strategis dalam mengupayakan peningkatan sumber daya

manusia khususnya para anggota kelompok tani. Adanya pembinaan SDM petani diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam segi aspek bisnis, manajerial, organisasi bisnis dan peningkatan wawasan agribisnis sehingga petani mampu membangun organisasi bisnisnya seperti Usaha GAPOKTAN Candi Rahmad yang mampu mensejahterakan anggota kelompoknya dan meningkatkan usahanya serta mampu dalam pemupukan modal anggota kelompok (Peningkatan pengembangan modal usahataninya). Dengan berbagai uraian maka perlu diteliti faktor-faktor apakah yang dominan berpengaruh terhadap keberhasilan program PUAP pada GAPOKTAN Candi Rahmad di Pasuruan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah faktor Modal, Kemandirian POKTAN, Kepemimpinan dan SDM berpengaruh langsung terhadap Keberhasilan GAPOKTAN Candi Rahmad serta pengembangan POKTAN, Pengembangan GAPOKTAN dan partisipasi petani berpengaruh langsung terhadap Kemandirian POKTAN dan tidak langsung terhadap Keberhasilan PUAP GAPOKTAN Candi rahmad. 2. Bagaimanakah Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh pada peningkatan keberhasilan GAPOKTAN Candi Rahmad dengan perkembangan modal / pendapatan anggota kelompok. 3. Bagaimanakah Tahapan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan anggota.

1.3 Tujuan 1. Mengidentifikasi faktor Modal, Kemandirian POKTAN, Kepemimpinan dan SDM berpengaruh langsung terhadap Keberhasilan PUAP GAPOKTAN Candi Rahmad serta pengembangan POKTAN, Pengembangan GAPOKTAN dan partisipasi petani berpengaruh langsung terhadap Kemandirian POKTAN dan berpengaruh tidak langsung terhadap Keberhasilan PUAP GAPOKTAN Candi rahmad. 2. Mengidentifikasi keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan keberhasilan GAPOKTAN Candi Rahmad dengan perkembangan modal / pendapatan anggota kelompok. 3. Mengetahui Tahapan kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan anggota. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Adapun kegunaan teoritis dapat menambah khasanah keilmuan di bidang penyuluhan pertanian dalam pentingnya peranan kelompok dengan pendekatan partisipatif anggota kelompok tani yang menjadi tindak lanjut adanya perubahan perilaku petani. 1.4.2 Kegunaan Praktis Adapun kegunaan secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi petani sebagai pelaku utama, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengembangan usaha agribisnis pengolahan di bidang off farm. 2. Bagi pemerintah dan pihak yang terkait memberikan kejelasan kepada pihak-pihak yang terkait untuk mengambil sikap serta menentukan pilihan, dan bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, untuk berpartisipasi mengembangkan kualitas sumber daya manusia petani sebagai subyek pembangunan di sektor pertanian, sesuai tuntutan pembangunan. 3. Bagi Kantor Ketahanan pangan dan Penyuluhan Pertanian (K2P3) setempat diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan teknis yang berkenaan dengan pengembangan usaha olahan singkong serta masukan informasi untuk petani dalam pengembangan off farm lainnya di bidang pertanian.