PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang fokus terhadap

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual. Masyarakat seperti ini akan tercapai dengan dihapuskannya

I. Pendahuluan. II. Penyesuaian Besarnya PTKP

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari adanya pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN


PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

SURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan; b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik,

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur materil dan spiritual. Untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut Pemerintah senantiasa melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara menciptakan iklim perekonomian yang kondusif, salah satunya dengan menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam melaksanakan pembangunan tentu diperlukan dana yang sangat besar. Dana pembangunan, sesuai kebijaksanaan yang berlaku bersumber dari penerimaan negara. Salah satu penerimaan negara terbesar sebagaimana tercantum didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah Penerimaan Pajak. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran negara. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat 19

Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara. Secara nasional rencana penerimaan perpajakan tahun 2012 adalah sebesar Rp 1,032.57 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 78,74% dari rencana penerimaan negara tahun 2012 sebesar Rp 1.311,38 triliun. Setiap tahunnya rencana penerimaan pajak selalu meningkat demikian juga realisasi penerimaan pajak, dapat kita ketahui dalam gambaran Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2009 s.d. 2012 dalam table berikut: Tabel : 1.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2009 s.d. 2012 Tahun Penerimaan Pajak (Nasional) (dalam triliun) Rencana Realisasi % 2009 577 565.77 97.99 2010 661.4 649.042 98.1 2011 878.7 872.6 99.3 2012 1,032.57 Sumber : Direktorat Jenderal Pajak Sedangkan berdasarkan data dari Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Sumatera Utara yang terdiri dari Kanwil DJP Sumatera Utara I dan Kanwil DJP Sumatera Utara II, realisasi penerimaan pajak setiap tahunnya selalu meningkat karena target yang telah ditetapkan selalu naik juga. Menurut data yang diperoleh tahun 2010 realisasi penerimaan pajak pada Kanwil Sumatera Utara (Sumut) mencapai Rp. 10,685 Miliar dengan rincian seperti dalam table berikut: Tabel : 1.2 Realisasi Penerimaan Pajak Per Kanwil Tahun 2008 s.d. 2010 REALISASI PENERIMAAN PAJAK PER KANWIL (DALAM JUTAAN RUPIAH) 20

NAMA KANWIL 2008 2009 2010 KANWIL SUMATERA UTARA I 6,359.70 7,322.69 8,003.51 KANWIL SUMATERA II 2,496.55 2,507.06 2,682.74 JUMLAH 8.856.25 9.829.75 10.686.25 Sumber : Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Jika dibandingkan dengan rencana penerimaan, realisasi penerimaan ini meskipun meningkat tetapi belum tercapai sesuai target yang ditentukan. Pada tahun 2010 rencana penerimaan Kanwil DJP Sumut adalah sebesar Rp. 8,6 Triliun namun hanya tercapai Rp. 8,003.51 Triliun. Penentuan target penerimaan pajak dalam APBN selama ini tidak memadai lagi untuk menghadapi kondisi pengeluaran negara yang meningkat lebih cepat sehingga mengakibatkan semakin besarnya fiskal gap dan defisit anggaran. Hal ini dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya rencana penerimaan selalu meningkat dan realisasinyapun meningkat namun jika dibandingkan dengan tingkat pencapaiannya adalah belum tercapai. Untuk penentuan target pajak ini memerlukan suatu perencanaan yang wajar dan objektif dalam arti tidak hanya berorientasi pada pencapaian penerimaan semata, tetapi juga harus melihat faktor internal Direktorat Jenderal Pajak dan faktor-faktor eksternal ekonomi secara makro yang dapat mempengaruhi di dalam penentuan suatu target penerimaan pajak. Oleh karena itu perlu dikaji faktor-faktor manakah yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak sehingga target yang dialokasikannya tersebut dapat terealisir secara wajar dan realistis sesuai dengan potensi yang ada. Faktor internal yang mempengaruhi penerimaan pajak salah satunya adalah jumlah wajib pajak. Program Kementerian Keuangan dengan modernisasi perpajakan dan Sistem perpajakan di Indonesia yang lebih transparan juga harus 21

disusun menjadi lebih kondusif agar dapat meningkatkan jumlah wajib pajak, kepercayaan dan produktifitas. Jumlah Wajib Pajak sangat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak. Berdasarkan kondisi makro perekonomian saat ini dan krisis ekonomi yang melanda Dunia Eropa, Indonesia selalu menghadapi permasalahan dan dilema dalam pembiayaan pembangunan untuk mengerakkan roda perekonomian yaitu : 1. Melaksanakan pembangunan berdasarkan jumlah tabungan pemerintah yang tersedia dengan resiko pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan tidak tercapai atau lambat. 2. Mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) dengan cara melaksanakan pembangunan melalui pembiayaan yang berasal dari bantuan baik dalam maupun luar negeri dengan resiko ketergantungan di masa depan atau mencetak uang untuk pembiayaan pembangunan dengan resiko inflasi yang tinggi di masa depan dan bila tidak teratasi akan membahayakan perekonomian Indonesia. Pengaruh faktor eksternal yaitu variabel ekonomi makro terhadap penerimaan pajak dapat terlihat pada pertumbuhan ekonomi yang merupakan persentase kenaikan PDB atau PDRB dalam nilai riil tahun tertentu dibandingkan tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Begitu juga halnya dengan ekspor dapat mempengaruhi penerimaan pajak. Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Upah dalam periode waktu tertentu akan 22

berpengaruh langsung terhadap penerimaan pajak namun juga akan mempengaruhi tingkat Investasi, sedangkan investasi juga akan mempengaruhi tingkat penerimaan pajak secara langsung dan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi atau PDRB dan tingkat export. Masing masing variabel tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana misalnya Inflasi juga dapat mengurangi jumlah riil investasi. dan investasi itu sendiri juga meningkatkan ekspor sehingga menaikkan penerimaan pajak, yang keseluruhannya dilihat secara parsial cateris paribus. Pertumbuhan ekonomi daerah bisa dikatakan merupakan gambaran dari pertumbuhan ekonomi nasional. Seperti yang telah diatur dalam UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disini dikemukakan urusan daerah sebagai urusan rumah tangganya, salah satunya adalah wewenang keuangan daerah. Propinsi Sumatera Utara adalah propinsi yang mempunyai potensi ekonomi tinggi, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut data yang di peroleh dari Biro Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang diukur berdasarkan kenaikan PDRB Sumatera Utara menurut harga berlaku mencapai 16,65% pada tahun 2010 dan dasar harga konstan 2000 pada tahun 2010 mencapai peningkatan 6.35 persen dari tahun 2009 dan berhasil menjadi peringkat ke tiga di Sumatera setelah Jambi 7,31% dan Kepulauan Riau 7,21% dan menjadi urutan ke 15 tingkat Nasional. Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang juga sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Secara lebih jelas inflasi dapat 23

didefinisikan sebagai suatu ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu sistem perekonomian. Inflasi Sumatera Utara mencapai 8 persen di sepanjang tahun 2010, lebih tinggi daripada inflasi nasional yang hanya 6,96 persen. Angka inflasi tersebut juga tidak sesuai dengan target inflasi dalam rencana pembangunan jangka menengah Sumatera Utara yang hanya 6,5 persen. Laju inflasi kumulatif di sumatera Utara dapat dilihat dalam table berikut : Tabel 1.3 Laju Inflasi Kumulatif di Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2003-2010 Tahun/Bulan Year/Month Sumatera Utara Nasional 2003 4,23 5,06 2004 6,80 6,40 2005 22,41 17,11 2006 6,11 6,60 2007 6,60 6,59 2008 10,72 11,06 2009 2,61 2,78 2010 8,00 6,96 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumut Suku bunga kredit adalah salah satu faktor utama bagi pengusaha dalam menentukan jumlah investasinya, disamping banyak faktor lainnya, seperti teknologi, sumber daya alam dan manusia, permintaan konsumen atas barang yang diproduksi, dan sebagainya. Perubahan tingkat suku bunga akan memberikan pengaruh bagi pasar modal dan pasar keuangan. 24

Pada tahun 2010 suku bunga kredit investasi di Sumatera Utara mengalami penurunan sampai tingkat 12.38 persen. Upah merupakan salah satu indikator untuk menilai hidup seorang karyawan atau tenaga kerja. Pemberian upah kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi pada dasarnya merupakan imbalan/balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya yang telah disumbangkan dalam kegiatan produksi. Semakin tinggi upah tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan dan akan mempengaruhi tingkat pendapatannya dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Dengan peningkatan Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) maka diharapkan akan meningkat penerimaan pajak. Produktivitas tenaga kerja tidak terlepas dari terpenuhinya kebutuhan fisik minimum atau kebutuhan hidup minimum pekerja maupun keluarganya. Kebutuhan hidup minimum menjadi dasar perhitungan upah minimum propinsi yang harus diberikan kepada pekerja. Pada tahun 2010 Upah Minimum Propinsi (UMP) Sumatera Utara mencapai Rp. 965.000.-. Investasi pada umumnya dibedakan berdasarkan sumber modalnya yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA). Perusahaan maupun rumah tangga membeli barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan mengganti modal yang ada setelah habis dipakai. Perkembangan Investasi di Sumatera Utara baik PMDN maupun PMA sangat fluktuatif. Bila dibandingkan tahun 2009 dengan 2010, investasi di 25

Sumatera Utara megalami penurunan dimana salah satu penyebabnya dikarenakan perizinan investasi di Sumatera Utara masih ketat, belum ada kemudahan. Sesuai data yang diperoleh dari Badan Penanaman Modal Sumatera Utara diketahui Perkembangan Investasi pada tahun 2009 s.d. 2010 dalam table berikut. Tabel : 1.4 Perkembangan Investasi di Sumatera Utara Tahun Tahun 2010 PERKEMBANGAN JUMLAH REALISASI INVESTASI BERDASARKAN IZIN USAHA TETAP DI SUMATERA UTARA 2009 s.d. TAHUN TAHUN 2009 S.D. 2010 PMA ($000) PMDN (JUTA RUPIAH) 2009 940,296.46 2,649,965.26 2010 290,630.83 1,625,438.97 Sumber : Badan Penanaman Modal Sumatera Utara Ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Produk (GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif terhadap guncangan-guncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran nasional maupun di perekonomian dunia. Net ekspor atau ekspor bersih adalah nilai Ekspor dikurangi Impor (NX=EX-IM). Ekspor dan Impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh akibat dari perdagangan internasional. Perkembangan net ekspor 26

di Sumatera Utara dalam tiga tahun terakhir tahun 2008-2010 dapat dilihat dalam table berikut : Tabel : 1.5 Perkembangan Ekspor-Impor di Sumatera Utara Tahun 2008-2010 Tahun Ekspor mil $ Impor (mil.$) Net Ekspor 2008 9.26 3.69 5.57 2009 6.46 2.72 3.74 2010 9.14 3.57 5.57 Sumber BPS Sumatera Utara 1984-2010 Potensi perekonomian propinsi Sumatera Utara dapat memberikan kontribusi bagi penerimaan pajak Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Penerimaan PPh pada umumnya diharapkan masih dapat ditingkatkan karena memiliki potensi yang cukup besar dan masih banyak yang belum tergali, terutama dari sektor PPh Pasal 21 yang akan berujung pada peningkatan PPh Orang Pribadi mengingat jumlah penduduk Sumatera Utara yang semakin besar dan pertumbuhan ekonomi yang harus tetap berlanjut. Dilatarbelakangi oleh pemikiran-pemikiran tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Penerimaan Pajak Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sumatera Utara, sehingga dapat diambil kesimpulan dan langkah-langkah apa yang diambil oleh Kantor Wilayah Direktorat jenderal Pajak di Sumatera Utara untuk menentukan rencana penerimaan pajaknya secara wajar dan realistis khususnya untuk tahun-tahun berikutnya. 1.2 Perumusan Masalah 27

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Jumlah Wajib Pajak, Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, Net Ekspor, PDRB berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Kanwil Direktorat Jenderal Pajak di Sumatera Utara? 2. Apakah Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, berpengaruh terhadap Investasi PMDN di Sumatera Utara? 3. Apakah Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, berpengaruh terhadap Net Ekspor di Sumatera Utara? 4. Apakah Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, Net Ekspor, berpengaruh terhadap PDRB di Sumatera Utara? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah Wajib pajak, Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, Net Ekspor, PDRB terhadap Penerimaan Pajak Kanwil Direktorat Jenderal Pajak di Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, terhadap Investasi PMDN di Sumatera Utara 3. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, terhadap Net Ekspor di Sumatera Utara 4. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Upah, Investasi, Net Ekspor, terhadap PDRB di Sumatera Utara. 28

1.5 Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat antara lain : 1. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan oleh pihak yang berwenang untuk menentukan Rencana Penerimaan Pajak dan Potensi Penerimaan Pajak di Kanwil DJP Sumatera Utara. 2. Untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri maupun pemerhati pajak lainnya terutama di dalam menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhinya. 3. Sebagai studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU, terutama bagi mahasiswa Magister Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 29