VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dari hasil analisis terhadap keberlanjutan komunitas Kampung Adat Cireundeu dapat disimpulkan beberapa hal sebagai akhir kajian : Kelembagaan adat sebagai salah satu aspek yang membangun struktur sosial komunitas kampung adat Cireundeu telah mengalami perubahan secara evolusi seiring proses pembangunan (perubahan) yang terus terjadi. Pada awalnya kelembagaan adat muncul dengan sendirinya sebagai sebuah kelengkapan yang lazim ada dalam sebuah komunitas; dia hadir seiring berkembangnya komunitas. Dalam perjalanannya kelembagaan adat ini kemudian dikukuhkan secara formal menjadi kelembagaan sesepuh yang memiliki struktur organisasi dengan tupoksi masing-masing. Pada tahap berikutnya perubahan lain terjadi pada kelembagaan adat adalah pada ketidakmampuannya untuk mengakomodasi seluruh aspirasi warga komunitas serta mencarikan solusi dari permasalahan yang muncul. Sebagian sesepuh disibukkan oleh upaya pemenuhan kebutuhan materi sehingga posisi sebagai sesepuh sedikit banyak turut menjadi jalan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Kelembagaan pangan merupakan salah satu titik sentral dalam perjalanan hidup komunitas kampung adat Cireundeu. Dibalik pilihannya menggunakan beras singkong (rasi) sebagai bahan pangan utama, terdapat etika kemandirian dan etika pembebasan yang menjadi semangat dan ingin diwujudkan dalam kehidupan komunitas dengan memproduksi dan memberi makan komunitas dari dalam sistem komunitas sendiri. Tetapi pada saat sekarang etika tersebut sudah mulai luntur. Etika kemandirian dan etika pembebasan ini tidak lagi mengikat warga komunitas, sehingga pada generasi berikutnya warga tidak memiliki rasa wajib untuk menjadikan rasi sebagai bahan pangan utama. Demikian pula dengan semangat memproduksi dan memberi makan komunitas dari dalam yang disimbolkan dengan menyisihkan padi didalam gentong, dimaknai secara pragmatis. Orang membeli padi untuk mengisi gentongnya, dengan demikian telah terjadi pergeseran fungsi kelembagaan food security.
96 Ikatan sosial sebagai aspek struktur komunitas sampai saat ini masih terjalin dengan erat dalam komunitas kampung adat Cireundeu. Gotong royong sebagai wujud dari nilai kearifan lokal pada masa lalu masih dilaksanakan sampai saat ini, apapun motivasinya. Aplikasi dari ikatan sosial lainnya yang paling elementer terlihat dari kecenderungan mendahulukan komunitasnya sendiri dibanding warga kampung lain. Moral dalam sistem; ekonomi, hubungan sosial, solidaritas sosial, integrasi sosial, kepemimpinan lokal, resolusi konflik telah mengalami pergeseran dari nilai-nilai yang berdimensi kearifan lokal berubah menjadi lebih menghargai nilainilai rasional dan individualisme. Pergeseran ini berimbas pada sikap komunitas terhadap pembangunan dan partisipasi dalam pembangunan yang menjadi sangat perhitungan dan bergantung kepada pemerintah.. Disisi lain muncul sikap pengagungan terhadap materi-kebendaan dan merubah sebagian besar komunitas menjadi hedonis dan materialis. Implikasi dari perubahan-perubahan tersebut adalah keberlanjutan Komunitas Kampung Adat Cireundeu sedang menuju titik dimana ketidakberlanjutan akan terjadi. Implikasi tersebut bisa ditandai oleh nilai adat yang mengalami degradasi, ketiadaan patokan berkiblat serta kegalauan moral. Hal lain yang tersisa pada saat sekarang hanyalah budaya makan beras singkong tanpa fiosofi dan penguatan didalamnya. Pada aspek lain, Komunitas Kampung Adat Cireundeu bisa dikatakan hampir tidak memiliki lagi pembeda dengan kelompok masyarakat modern lainnya. Integrasi sosial yang berubah, pengagungan terhadap materi/kebendaan, peran agama dan nilai-nilai budaya adat seperti yang telah dikemukakan di atas, mulai dikesampingkan dan menjadi bagian dari gejala ketidakberlanjutan. Untuk lebih ringkasnya, berikut beberapa poin yang menjadi kesimpulan akhir dan menjawab rumusan permasalahan yang muncul pada Bab I dari kajian ini : 1. Struktur sosial komunitas kampung adat Cireundeu yang berubah, adalah : Kelembagaan adat mengalami perubahan pada aspek strukturnya juga lebih dalam lagi mengalami perubahan pada fungsi-fungsinya.
97 Kelembagaan pangan rasi yang pada awalnya memiliki etika kemandirian dan pembebasan, aplikasinya pada saat sekarang mengalami degradasi etika dan moral yang tekandung didalamnya. Tata aturan yang ada dalam komunitas banyak dilanggar oleh warga komunitas karena tidak ada penerapan sangsi yang tegas yang dijatuhkan kepada warga yang melanggar. 2. Sistem nilai komunitas kampung adat Cireundeu yang berubah, adalah : Etika - moral dalam sistem ekonomi. Etika - moral dalam sistem sosial : hubungan sosial, solidaritas sosial, integrasi sosial, kepemimpinan lokal, resolusi konflik, sikap komunitas terhadap pembangunan, partisipasi dalam pembangunan dan pengagungan terhadap materi-kebendaan. Etika moral keadilan 3. Implikasi dari perubahan struktur dan nilai budaya di komunitas kampung adat Cireundeu : Implikasi tersebut bisa ditandai oleh nilai adat yang mengalami degradasi, ketiadaan patokan berkiblat serta kegalauan moral. Implikasi dari lunturnya etika moral dalam kelembagaan pangan adalah, pertama jumlah pengkonsumsi rasi tidak bertambah (atau malah berkurang) yang seharusnya berbanding lurus dengan bertambahnya warga komunitas. Kedua kelembagaan pangan rasi berubah hanya menjadi penanda komunitas dan dianggap sebagai sebuah komoditas. 8. 2. Saran Gejala ketidakberlanjutan komunitas kampung adat Cireundeu bisa dihilangkan dengan merevitalisasi sistem sosial komunitas tersebut, sehingga efek negatif pembangunan (perubahan) yang terjadi didalam dan disekeliling komunitas bisa tereduksi. Upaya revitalisasi sistem sosial bukanlah hal yang tidak mungkin; hanya saja diperlukan waktu yang panjang, niat kuat serta kerja keras dari semua pihak untuk mewujudkannya. Dengan demikian, termasuk dalam program revitalisasi dan terpenting adalah perubahan pola pikir pada seluruh
98 komunitas bahwa tidak semua yang baru dan datang dari luar lebih baik dari yang lama dan ada pada mereka. Perlu ditumbuhkan kembali rasa bangga terhadap nilai-nilai lokal terutama dikalangan generasi muda. Dalam perencanaan dan pelaksanaan revitalisasi komunitas kampung adat Cireundeu peran pendamping dari LSM yang benar-benar konsern terhadap Komunitas juga akan sangat membantu menjaga keberlanjutan komunitas. Pendamping ini bisa memfasilitasi komunitas untuk membuat jejaring dengan berbagai pihak yang akan mendukung eksistensi komunitas Strategi revitalisasi perlu di laksanakan pada tiga ruang kekuasaan berbeda, pertama pada level Pemerintah sebagai pengemban tugas pelayanan kepada seluruh warganya seperti diamanatkan oleh undang-undang dan peraturanperaturan lain yang mengikat, kedua pada level komunitas yang idealnya merupakan aktor utama dalam pelaksanaan segala hal yang menyangkut seluruh kebutuhan dan kepentingannya sendiri dan yang ketiga pada gabungan level Pemerintah dan masyarakat, hal ini penting dilakukan karena pembangunan tidak akan berhasil dengan baik bila tidak ada kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat, dimana masing-masing memiliki kepentingan yang harus saling mendukung. Untuk mengatasi dampak negatif atas perubahan struktur sosial dan nilai budaya komunitas kampung adat Cireundeu diusulkan sejumlah saran yang bisa dilaksanakan, sebagai berikut : 1. Program di Ruang Pemerintah Pemetaan Partisipatif Advokasi Kebijakan Koordinasi Lintas Sektor Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Sumber Daya Komunitas Study Banding Pelatihan untuk Aparatur Pemerintah Kota Cimahi Penganggaran Pembiayaan secara Spesifik dari APBD Kota Cimahi untuk Pengembangan Komunitas Adat
99 2. Program di Ruang Komunitas Penguatan Budaya dan Sistem Nilai Adat Peningkatan Kesadaran akan Potensi Lokal yang dimiliki Penguatan Lembaga Adat (penguatan peran sesepuh) Peningkatan Keterampilan Komunitas Pembinaan/Kaderisasi Generasi Muda Peningkatan Pemahaman Bersama dalam rangka Mengatasi Konflik Pelibatan Seluruh Strata Ekonomi dalam komunitas dalam Kegiatan Bersama dalam Bentuk Wadah usaha bersama. Revitalisasi Etika Moral Pangan berbasis Singkong di komunitas adat Cireundeu. 3. Program Gabungan di Ruang Pemerintah dan Komunitas Pembentukan Forum Diskusi Revitalisasi Budidaya Singkong dan Hasil Olahnya Konservasi Etika/moral Pangan Singkong Konservasi kelembagaan Lokal Pengembangan Desa Wisata Kampung Adat Cireundeu