VII. RANCANGAN PROGRAM KEBERLANJUTAN KOMUNITAS KAMPUNG ADAT CIREUNDEU

Transkripsi

1 VII. RANCANGAN PROGRAM KEBERLANJUTAN KOMUNITAS KAMPUNG ADAT CIREUNDEU 7.1. Permasalahan yang Dihadapi Komunitas Adat Kampung Permasalahan yang dihadapi adat kampung sangat kompleks, dimulai dari masalah yang kasat mata seperti lokasi tempat pembuangan akhir sampah di lingkungan sekitar, mudahnya akses ke dalam wilayah dan ke dalam budaya sampai rendahnya produksi pertanian sehingga mengganggu usaha dan pemerintah menjaga ketahanan pangan. Masalah lain adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan sistem nilai sehingga mengancam keberlanjutan Konsep dan Strategi Program Revitalisasi Komunitas Kampung Adat Merujuk pada teori evolusionisme yang dikemukakan pada bab terdahulu, perubahan sosial merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, karena perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Demikian pula pada adat kampung, akan mengalami perubahan. Baik perubahan yang terencana maupun perubahan yang tidak direncanakan. Secara evolusi, ciri-ciri dan struktur adat kampung akan berubah. Demikian halnya terjadi pada sistem nilai, akan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Perubahan yang tidak direncanakan dianggap akan menimbulkan ekses negatif, selain itu perubahan tidak terencana akan sangat evolusioner sehingga mengakibatkan lambannya hasil-hasil yang diharapkan. Kebalikan dari itu, perubahan yang betul-betul terencana penting untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian perubahan bukan hal tabu untuk adat kampung, dengan catatan perubahan tersebut membawa kesejahteraan untuk tersebut. Hal lainnya adalah dengan perubahan terencana, adat bisa tetap mempertahankan eksistensinya sebagai satu

2 77 dengan tetap menjaga nilai-nilai kejujuran, memiliki pilihan serta menerima konsekuensi dari pilihannya. Termasuk konsekuensi bila misalnya adat kampung ini sampai pada titik perubahan bahwa ini bukan lagi sebuah adat. Dari hasil diskusi dan identifikasi masalah terhadap keberlanjutan kampung Adat di Kelurahan Leuwigajah, disusun alternatif tindakan yang dapat dilakukan sebagai program revitalisasi, berdasarkan temuan dan potensi. Strategi dilaksanakan pada tiga ruang kekuasaan berbeda. Pertama pada level sebagai pengemban tugas pelayanan kepada seluruh warganya seperti diamanatkan oleh undang-undang dan peraturanperaturan lain yang mengikat, kedua pada level yang idealnya merupakan aktor utama dalam pelaksanaan segala hal yang menyangkut seluruh kebutuhan dan kepentingannya sendiri dan yang ketiga pada gabungan level dan masyarakat, hal ini penting dilakukan karena pembangunan tidak akan berhasil dengan baik bila tidak ada kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat, dimana masing-masing memiliki kepentingan yang harus saling mendukung Kegiatan di Ruang Program Pemetaan Partisipatif Program ini dimaksudkan untuk memetakan seluruh permasalahan dan potensi kampung adat melalui inisiatif dan upaya itu sendiri serta peran aktif seluruh pemangku kepentingan. Sebagai tindakan awal, Pemetaan Partisipatif penting dilakukan karena output dari kegiatan ini bermanfaat untuk penentuan rencana aksi dan model tindakan yang akan dilakukan di masa datang. Peserta kegiatan adalah sesepuh serta seluruh anggota dan unsur Kelurahan Leuwigajah. Lokasi Pemetaan partisipatif adalah seluruh wilayah kampung adat. Pemetaan ini bisa dilakukan dua atau tiga tahun satu kali atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi terkini dari. Untuk pembiayaan berasal dari,

3 78 mengingat pemerintah sangat berkepentingan terhadap kehidupan seluruh warganya khususnya keberlanjutan kampung adat Advokasi Kebijakan Advokasi kebijakan merupakan upaya sistematis untuk melakukan perubahan kebijakan yang bisa dilakukan di ranah substansi, struktur aparatur atau pada kultur masyarakat. Dengan melihat hal tersebut maka advokasi kebijakan lebih merupakan kewajiban pemerintah mengingat pemerintah memiliki akses, fasilitas dan kekuasaan untuk melakukan hal tersebut. Manfaat dari advokasi kebijakan bisa menjadi penguat dalam segala gerak langkah revitalisasi kampung adat. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemerintah diharapkan tidak terpaku pada tata aturan yang kaku yang pada akhirnya membatasi kreatifitas SDM pelaksana kegiatan. Unsur-unsur yang terlibat adalah DPRD sebagai lembaga legislatif yang berwenang dalam penentuan kebijakan, kota Cimahi sebagai eksekutif pelaksana kebijakan dan yang tidak kalah penting adalah perhatian terhadap aspirasi seluruh anggota. Advokasi kebijakan diantaranya bisa dimulai pada tahap Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kelurahan, tingkat kecamatan dan terakhir tingkat kota. Adapun waktunya dilaksanakan pada awal tahun untuk pelaksanaan tahun berikutnya Koordinasi Lintas Sektor Koordinasi lintas sektor merupakan bagian dari Program Pemetaan partisipatif. Kegiatan ini dimaksudkan agar tercapai sinergitas antar lembaga pemerintah, khususnya di level sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Karena banyak kasus, satu jenis kegiatan yang sama dilaksanakan oleh dinas/lembaga yang berbeda dengan banyak nama; hal tersebut mengakibatkan pemborosan biaya dan menimbulkan kejenuhan pada masyarakat/ penerima kegiatan. Koordinasi dalam revitalisasi kampung adat di dilakukan antara Badan Perencanaan Daerah sebagai arsitek pembangunan di daerah, Dinas Koperasi Perindustrian perdagangan Pertanian dan UKM sebagai Dinas yang selama ini

4 79 melakukan pembinaan dan pelaksana kegiatan pembangunan di khususnya bidang Ekonomi, Dinas Kesehatan yang menggawangi masalah kesehatan di kampung adat, serta Kelurahan Leuwigajah sebagai penguasa administratif wilayah kampung adat. Koordinasi bisa dilakukan secara formal melalui rapat koordinasi yang rutin dilaksanakan, misal setiap satu semester satu kali. Bentuk lainnya melalui koordinasi informal yang dilakukan secara sporadis dan insidental sesuai kebutuhan. Lokasi koordinasi di lingkungan kantor pemerintah atau tempat lain sesuai yang telah ditentukan serta pembiayaan yang sepenuhnya bersumber dari dana APBD Program Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Sumber Daya Komunitas Selama ini yang selalu menjadi kendala dan menjadi kambing hitam dalam gagalnya suatu program atau tidak tepatnya suatu kebijakan adalah rendahnya kualitas sumber daya aparatur pelaksananya, hal ini membawa pengaruh besar pada masyarakat yang didampinginya. Demikian pula pada pemberdayaan kampung adat, banyak program pembangunan yang menjadi tidak berlanjut diantaranya disebabkan oleh poin ini. Walau di sisi lain ada program yang berjalan dengan baik, yang lebih dikarenakan oleh nilai-nilai kearifan lokal yang sebagian masih hidup dalam Kegiatan Studi Banding Dilakukan dengan mengunjungi adat di wilayah lain, baik di lingkup Propinsi Jawa Barat ataupun diluar Jawa Barat untuk melihat dan kemungkinan diaplikasikan pada kampung adat ; bagaimana suatu adat dan pembangunannya dikelola sehingga kultur adat serta nilai-nilai lokal yang baik dan unik tetap terjaga. Lokasi studi banding bisa Kampung Naga di Tasikmalaya atau lainnya. Untuk wacana pengembangan wilayah kampung adat sebagai daerah tujuan wisata di Kota Cimahi, studi banding bisa di lakukan ke Kota Solo dimana salah satu wilayahnya memiliki Lembaga Desa Wisata dengan produk unggulannya berupa kain batik.

5 80 Peserta Studi Banding adalah unsur pemerintahan kota terkait dan tokoh serta sesepuh. Pembiayaan berasal dari dana APBD Kota Cimahi Kegiatan Pelatihan untuk Aparatur Dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah dalam menangani kampung adat. Hasil akhir yang diharapkan adalah pemahaman aparat yang lebih baik terhadap dan budayanya, hal lain yang diharapkan berupa persamaan persepsi antara Kota dengan dimaksud. Peserta pelatihan adalah unsur pemerintah serta Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap kampung adat. Sumber dana berasal dari Kota, Pusat atau dari Organisasi Non. Pelatihan bisa dilaksanakan satu kali dalam satu tahun. Lokasi latihan di lingkungan atau tempat lain Program Penganggaran Pembiayaan secara Spesifik dari APBD Kota Cimahi untuk Pengembangan Komunitas Pembiayaan merupakan suatu hal yang pokok dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program atau kegiatan, tanpa anggaran biaya maka program tersebut akan sulit untuk diwujudkan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kampung adat agar diusulkan dana khusus yang sifatnya fleksibel dan bisa digunakan untuk bermacam kegiatan atau kebutuhan Kegiatan di Ruang Komunitas Program Penguatan Budaya dan Sistem Nilai Adat Budaya dan sistim nilai adat kampung adat merupakan pokok persoalan/ pokok bahasan dalam penulisan kajian ini; juga menjadi titik perhatian dari. Dan seperti telah dijelaskan dalam bab-bab terdahulu bahwa dalam perjalanannya budaya dan sistem nilai adat tersebut mengalami degradasi. Maka sebagai salah satu solusinya dibutuhkan suatu penguatan agar budaya dan sistim nilai tersebut tetap sustain. Bentuk

6 81 penguatan dengan menghidupkan kembali upacara-upacara adat atau ritual-ritual yang sudah tidak dilaksanakan lagi, pelaksana dan peserta adalah anggota kampung adat, di dalamnya termasuk generasi muda dan anak-anak dengan tujuan pengenalan dan pelestarian. Adapun pelaksanaannya bertempat di Bale pertemuan dan di rumah Sesepuh atau tokoh adat setempat. Pembiayaan berasal dari sendiri dan waktu pelaksanaan satu kali dalam satu minggu Program Peningkatan Kesadaran akan Potensi Lokal yang Dimiliki Program ditujukan kepada sesepuh adat serta tokoh adat lainnya yang sudah ada, agar pemimpin mampu menggerakkan untuk meningkatkan kesadaran bahwa mereka memiliki potensi yang sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Bentuk kegiatannya bisa dengan pelatihan-pelatihan motivasi serta mengunjungi adat di wilayah lain dengan harapan wawasan mereka semakin terbuka. Pembiayaan bersumber dari dana swadaya atau LSM yang peduli terhadap adat. Lokasi kegiatan di wilayah Kampung Adat mereka sendiri Program Penguatan Lembaga Adat Adalah memperkuat lembaga adat kampung adat yang secara formal baru dibentuk, walau secara informal kelembagaan adat sudah ada seiring dengan keberadaan itu sendiri. Tujuannya agar lembaga adat bisa menjalankan fungsi-fungsinya secara lebih baik, titik berat program adalah mendukung orang-orang yang berada dalam lembaga adat agar memahami tugas atau kewajiban mereka sebagai garda depan dan representasi nya. Sumber pembiayaan berasal dari pemerintah dan pelaksana berasal dari LSM dengan pelaksanaan bisa sepanjang tahun karena program ini bisa diselenggarakan dengan model informal serta bertempat di Bale Adat dan lingkungan. Tugas pemerintah dalam program ini adalah menyediakan dana, sarana dan prasarana. Tugas LSM sebagai pendamping melakukan bonding strategi untuk meningkatkan hubungan antara pemimpin adat dengan.

7 Program Peningkatan Keterampilan Komunitas Kampung Adat Penguasaan keterampilan bagi setiap orang merupakan life skill dan menjadi bekal dalam memenuhi kebutuhan hidup, dengan asumsi bila seseorang sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maka orang tersebut akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam aspek hidup lainnya. Penguasaan keterampilan yang dimaksudkan dalam konteks kampung adat adalah keterampilan yang memberikan nilai tambah secara ekonomi. Baik revitalisasi keterampilan lama maupun pemberian keterampilan baru yang sesuai dengan kondisi kekinian masyarakat. Pelaksana dan sumber dana bisa berasal dari dan atau kelompok masyarakat lain (LSM) yang konsern terhadap keberlanjutan kampung adat. Pemberian keterampilan bisa dilaksanakan setiap satu tahun satu kali atau tergantung kebutuhan. Lokasi peningkatan keterampilan bisa dilaksanakan di lingkungan, atau lokasi lain sesuai kebutuhan Program Pembinaan / Kaderisasi Generasi Muda Kampung Adat Kaderisasi secara alamiah sebenarnya selalu ada dalam setiap, tetapi tidak semua kaderisasi bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan proses pengkaderan ini gagal, di antaranya interaksi dengan budaya luar yang dianggap lebih menjanjikan. Imbasnya dapat dirasakan ketika generasi muda tidak lagi mengenal, memahami dan konsern terhadap budaya mereka sendiri. Pelaksana program adalah sesepuh atau tokoh Adat sedangkan peserta adalah kalangan generasi muda yang dikelompokkan sesuai usia. Pembiayaan berasal dari Daerah. Waktu pelaksanaan satu atau dua minggu satu kali.

8 Program Peningkatan Pemahaman Bersama dalam Mengatasi Konflik Dalam hubungan antara warga atau antara dengan lembaga adat sebenarnya sudah muncul potensi konflik yang diakibatkan faktor internal dan eksternal dalam. Maka untuk mengurangi potensi konflik dan atau mengurangi penajaman konflik yang sudah ada maka diperlukan program yang bisa mengakomodasi masalah tersebut. Program bisa dilaksanakan satu kali dalam enam bulan atau sesuai kebutuhan, bertempat di bale adat. Pelaksana kegiatan adalah profesional dalam penanganan konflik dengan peserta adalah kelompok warga yang mewakili generasi tua, keleompok sesepuh, tokoh masyarakat, generasi muda dan kalangan perempuan, dimana dalam interaksi antar kelompok tersebut rentan terjadi pertentangan. Bentuk kegiatan berupa sarasehan dan diskusi dengan sumber dana kegiatan berasal dan swasta Program Pelibatan Seluruh Strata Ekonomi dalam Komunitas dalam Kegiatan Bersama Sebagai akibat dari perubahan sosial yang terjadi dalam kampung adat muncul disparitas antara warga kaya dengan warga miskin yang cukup mencolok. Keseragaman sebagai item yang mencirikan sebuah hampir tidak terlihat lagi. Untuk mengatasinya dilaksanakan program yang melibatkan seluruh strata ekonomi dalam sebuah kegiatan bersama dengan harapan disparitas tersebut bisa dijembatani, juga diharapkan kegiatan ini bisa meningkatkan empati, semangat gotong royong serta bisa menularkan jiwa usaha antar anggota. Kegiatan bisa dilakukan satu kali dalam satu bulan atau sesuai kebutuhan, dilaksanakan dibale adat dan lingkungan. Pelaksana kegiatan adalah wirausaha dari dalam dan luar, dengan sasaran program adalah kepala keluarga dan atau pencari nafkah utama. Bentuk kegiatan diskusi, sarasehan, role playing, pemberian semacam zakat dari warga kaya kepada warga miskin untuk modal kegiatan usaha dan bisa mengadopsi kegiatankegiatan pemerintah yang sudah dilaksanakan dan melibatkan partisipasi masyarakat. Sumber pembiayaan dari pemerintah dan.

9 Program Revitalisasi Etika Moral Pangan Berbasis Singkong di Komunitas Adat. Singkong dalam adat tidak hanya sebagai bahan pangan semata, di dalamnya terkandung ide dan gagasan serta etika kemandirian dan etika pembebasan yang menjadi semangat dan ingin diwujudkan dalam kehidupan dengan memproduksi dan memberi makan dari dalam sistem sendiri. Beras adalah sesuatu yang mahal, sangat bernilai dan merupakan wujud dewi padi, sehingga tidak selayaknya menghamburkan beras. Karena itu muncul ide untuk mencari alternatif pengganti beras. Pada saat sekarang pemaknaan tersebut tidak bisa diserap secara utuh. Sebagian mengkonsumsi singkong hanya karena keluarga turun temurun menkonsumsi singkong, sebagian lainnya menganggap lebih pada upaya berhemat, karena harga beras lebih mahal. Dalam kaitan ini konsumsi singkong menjadi suatu kebanggaan, dideklarasikan sebagai sesuatu yang istimewa. Karena hal-hal tersebut maka diperlukan upaya untuk mengembalikan pada filosofi dan pemahaman sejarah makan beras singkong. Bentuk kegiatan berupa pelatihan pemahaman nilai-nilai budaya, yang dilaksanakan oleh dan difasilitasi oleh serta oleh afiliasi kampung adat di Cigugur Kuningan, Jawa Barat Kegiatan di Ruang dan Komunitas Pembentukan Forum Diskusi. Dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi dan penyampaian aspirasi antara adat dengan pihak pemerintah, forum ini diharapkan menjadi suatu wadah yang dapat menaungi, menampung, menyalurkan, dan menghubungkan warga dengan berbagai sumber, sehingga kreatifitas dan aspirasi warga dapat disalurkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga. Pelaksana adalah pemerintah dan kampung adat, forum diskusi dilaksanakan per triwulan atau tergantung kebutuhan. Sumber biaya dari pemerintah daerah, lokasi pelaksanaan bisa di lingkungan pemerintahan atau di bale adat.

10 Revitalisasi Budidaya Singkong dan Hasil Olahannya Singkong atau ubi kayu merupakan bahan pangan utama bagi sebagian besar anggota kampung adat. Karena konsumsi mayoritas anggota yang diluar beras seperti pada umumnya warga lain di sekitar lingkungannya, maka kampung adat dianggap unik. Tetapi menurut hasil kajian dari lembaga terkait di ternyata sebagian ini mengalami masalah gizi buruk, hal ini bisa dipahami mengingat singkong yang dikonsumsi adalah ampas dari singkong yang telah diambil patinya. Maka berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan upayaupaya untuk mensubstitusi atau merevitalisasi pola makan singkong agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi, misalnya diupayakan ampas yang dikonsumsi difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang dibutuhkan, seperti halnya tepung terigu yang diharuskan mendapat fortifikasi sebelum dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tindak lanjut maka perlu dilakukan koordinasi dengan lembaga yang berwenang dan kapabel untuk melakukan hal tersebut. Masalah lain adalah produksi singkong yang terus menurun karena gangguan penyakit tanaman sehingga perlu upaya untuk mengatasi gangguan penyakit tanaman tersebut. Menurunnya produksi ini menurunkan ekspektasi sebagian anggota terutama kalangan sesepuh yang ingin memasarkan singkong dan produk olahannya secara global. Hal lainnya adalah upaya pemilihan teknologi sederhana untuk pengolahan singkong yang sudah disesuaikan dengan produktivitas lahan yang ada. Penyedia dana untuk kegiatan ini adalah kota Cimahi sedangkan pelaksananya adalah lembaga terkait seperti Lembaga Riset, Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Program Konservasi Etika - Moral Pangan. Program ini dimaksudkan agar etika - moral pangan yang terkandung dalam singkong bisa dimaknai secara benar sesuai dengan filosofi yang muncul pada masa lalu, ketika leluhur memutuskan untuk menjadikan rasi sebagai bahan pangan utama. Sehingga warga pada masa

11 86 sekarang tidak mudah berpindah ke beras atau untuk warga yang masih mengkonsumsi rasi memiliki pemahaman yang benar mengapa yang bersangkutan tetap bertahan mengkonsumsi rasi. Konservasi etika-moral pangan singkong menjadi penting karena menjadi penanda kampung adat dan juga berkaitan dengan program pemerintah dalam diversifikasi pangan, sehingga tidak tergantung kepada beras yang semakin mahal, dimana kemahalan harga dan kelangkaannya bisa mengakibatkan gejolak politik, ekonomi dan sosial. Waktu pelaksanaan program sesuai kebutuhan- tidak terbatas, berlokasi di kebun singkong, tempat produksi rasi dan di rumah-rumah warga. Pelaksana kegiatan adalah sesepuh dan afiliasi di Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat ( adat berafiliasi dengan Cigugur karena awal sejarahnya sesepuh kampung adat melaksanakan perjalanan ke Cigugur dan menikah dengan salah satu warga Cigugur Kuningan). Sasaran kegiatan adalah ibu ibu rumah tangga sebagai pilar utama keluarga dalam pendidikan dan konservasi etika-moral pangan. Sasaran program adalah seluruh warga sebagai aktor utama dalam konservasi, sedangkan pembiayaan berasal dari dalam Program Konservasi Kelembagaan Lokal Dimaksudkan agar kelembagaan lokal yang ada tidak termarjinalkan oleh kelembagaan baru yang pelan-pelan mulai menggantikan peran kelembagaan lokal lama. Kelembagaan sesepuh, kelembagaan bale dan kelembagaan gentong secara perlahan mulai kehilangan peran seiring perubahan yang terjadi dalam. Dengan demikian diperlukan konservasi dan pendampingan terhadap kelembagaan-kelembagaan dimaksud. Program dilaksanakan sepanjang waktu, sesuai kebutuhan dan tidak terbatas. Pelaksanaan di rumah-rumah warga dan bale adat, pelaksana adalah sesepuh dan afiliasi di Cigugur dengan sasaran program adalah kelembagaan- kelembagaan adat dimaksud. Bentuk kegiatan adalah diskusi dan best practice, sedangkan sumber pembiayaan berasal dari sendiri.

12 Pengembangan Desa Wisata Kampung Adat Dalam hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang) tingkat kota diusulkan agar kampung adat menjadi desa wisata seperti halnya wilayah Punclut di Kota Bandung. Alasan lainnya adalah sebagai sarana peningkatan kesejahteraan ekonomi kampung adat. Pelaksana kegiatan adalah seluruh unsur masyarakat yang berkepentingan, program dilaksanakan dimulai dengan perbaikan dan pembangunan infrastruktur, sosialisasi, pelatihan dan penyediaan dana stimulan. Sedangkan penyandang dana adalah kelompok pengusaha serta. Tetapi untuk sampai kepada tujuan ini harus dipertimbangkan berbagai faktor misalnya kondisi alam, infrastuktur dan kesiapan dalam menerima perubahan yang dipastikan akan turut serta mengiringi munculnya desa wisata tersebut. Dengan demikian diperlukan riset dalam banyak sektor, utamanya untuk menjawab pertanyaan apakah keberdadaan desa wisata dimaksud akan semakin merubah kultur sehingga semakin hilang ciri sebagai sebuah adat ataukah akan menguatkan eksistensi kampung sebagai sebuah adat. Riset perlu dilakukan secepat mungkin agar bisa dicarikan alternatif lain untuk usaha peningkatan kesejahteraan tanpa menjadikannya sebagai desa wisata.

13 Tabel 10 Rancangan Program Revitalisasi Keberlanjutan untuk Komunitas Kampung Adat 88 Program di Ruang NO NAMA ALASAN PROGRAM PROGRAM 1 Pemetaan Partisipatif 2 Advokasi kebijakan 3 Koordinasi Lintas Sektor 4 Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Sumber Daya Komunitas Output pemetaan akan bermanfaat untuk penentuan rencana aksi dan model tindakan yang akan dilakukan dimasa datang - Kebijakan yang sudah ada yang dirasakan tidak relevan lagi untuk perkembangan. - Sebagai penguat dalam semua gerak langkah program revitalisasi kampung adat Agar tejadi sinergitas dan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan Agar programprogram pengembangan masyarakat yang dilaksanakan bisa tepat guna dan tepat sasaran sesuai perencanaan yang telah ditentukan WAKTU PELAKSANAAN 1 kali dalam 5 tahun 2 kali dalam 5 tahun - 1 kali dalam 6 bulan - Sporadis sesuai kebutuhan 1 kali dalam 1 tahun TEMPAT Wilayah Kampung Adat Kantor DPRD Kantor - Kantor - Lembaga Pelatihan Profesional PELAKSANA TARGET/SASARAN BAGAIMANA PROGRAM DIJALANKAN Komunitas, LSM Pendamping dan DPRD Kota Cimahi dan Dinas/Instansi terkait pada Lembaga Pelatihan SDM profesional Seluruh anggota Dinas/Instansi terkait pada Kota Cimahi - Aparatur - Sesepuh - Tokoh Adat - wawancara - FGD - monev - Rapat-rapat pembahasan kebijakan - Monev - Rapat-rapat teknis - Diklat - Pelatihan Manajemen ANGGARAN DPRD dan Daerah

14 89 5 Study Banding Untuk melihat bagaimana suatu adat lain dan pembangunan didalam tersebut dikelola dengan benar sehingga kultur dan nilai-nilai lokal yang baik dan unik tetap terjaga 6 Pelatihan untuk Aparatur kota Cimahi 7 Penganggaran Pembiayaan secara Spesifik dari APBD Kota Cimahi untuk Pengembangan Komunitas adat kampung Untuk meningkatkan pemahaman aparatur pemerintah terhadap adat dan budayanya Untuk mendukung pelaksanaan revitalisasi adat secara lebih spessfik sehingga pelaksanaan revitalisasi tidak terkendala masalah dana 1 kali dalam 2 tahun 1 kali dalam 1 tahun Setiap tahun anggaran Desa/kampung/ adat lain di Indonesia Kantor - DPRD - kota Cimahi - Kota - Tokoh Adat - LSM/Swasta - DPRD - kota Cimahi - Aparatur kota Cimahi - Tokoh Komunitas Adat - Sesepuh Aparatur Kota terkait APBD - Perjalanan Dinas - Diskusi dengan Komunitas Adat yang dituju - Pelatihan - Penayangan budaya dengan media audio visual - Diskusi dengan pakar budaya serta tokoh adat Mengusulkan dan menganggarkan dalam RAPBD DPRD dan

15 90 Program di Ruang Komunitas 8 Penguatan Budaya dan sistem nilai adat Karena budaya dan sistem nilai adat merupakan hal pokok dalam kehidupan kampung adat dan sedang menghadapi ancaman degradasi (pelunturan etika moral) 9 Peningkatan Kesadaran akan potensi lokal yang dimiliki 10 Penguatan Lembaga Adat (penguatan peran sesepuh) Untuk meningkatkan life skill dan untuk menggerakkan dan membuat memahami bahwa mereka memiliki potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup Selama ini sesepuh sebagai pengambil keputusan adat hampir tidak dihiraukan lagi eksistensinya oleh warga setempat. Karena tidak dihiraukan maka lembaga adat tidak bisa lagi menjadi pengayom masyarakat setempat 1 kali dalam 1 minggu dilaksanakan pertemuan - 1 kali dalam 1 bulan dilaksanakan pelatihan - Waktu kunjungan sesuai kebutuhan 1 kali dalam 1 bulan diadakan pertemuan adat Bale adat - Bale Adat - Lokasi yang dituju - Bale adat - Lingkungan - sesepuh adat - afiliasi adat yaitu adat Cigugur Kuningan Propinsi Jawa Barat - Sesepuh adat - Lembaga Pelatihan Motivasi - LSM sebagai pendamping - Sesepuh kampung adat Kaum muda dan anak-anak kampung adat - Seluruh warga adat - Perwakilan adat Orang-orang yang berada dalam lembaga/kelembagaa n adat - Menghidupkan kembali ritual untuk dijalankan sehari-hari - Kursus atau semacam pengajian - Pelatihan Motivasi - Kunjungan ke adat lain - Diskusi dan Sarasehan - Pemberian stimulus untuk mengembalikan konsentrasi sesepuh dalam melestarikan adat Komunitas Adat Komunitas adat dan LSM

16 91 11 Peningkatan Keterampilan Komunitas 12 Pembinaan/kaderisas i generasi muda 13 Peningkatan Pemahaman Bersama dalam rangka Mengatasi Konflik 14 Pelibatan seluruh strata ekonomi dalam dalam kegiatan bersama dalam bentuk wadah usaha bersama. Meningkatkan dan memberikan keterampilan praktis yang bisa digunakan untuk menambah penghasilan Agar generasi muda memahami dan peduli terhadap budaya nya sendiri Untuk mengurangi potensi konflik dan atau mengurangi penajaman konflik yang sudah ada - Untuk meningkatkan dan menumbuhkan empati, semangat kebersamaan dan gotong royong - Untuk menularkan jiwa wirausaha antara sesama warga 2 kali dalam 1 tahun 1 kali dalam 1 minggu 1 kali dalam 6 bulan - Dibentuk dan dievaluasi setiap saat - Wilayah Kampung adat - Lembaga Pelatihan Keterampilan - Bale Adat - Lingkungan Komunitas Lembaga Pelatihan Keterampilan - Kaum perempuan/ibu warga - Remaja putus sekolah - Kepala rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan - Sesepuh Generasi muda sesuai kelompok usia - Bale Adat - Profesional - Generasi Tua - Generasi Muda - Kaum Perempuan - Bale Adat - Lingkungan Komunitas - Profesional sebagai pendamping kewirausahaa n - Anggota sebagai anggota usaha bersama - sebagai mediator - Kepala rumah tangga - Pelatihan UEP - Pelatihan manajemen wirausaha - Diskusi - Pelibatan dalam kegiatan ritual - Sarasehan - Diskusi - Diskusi - Sarasehan - Role playing - Pemberian semacam zakat dari warga kaya untuk modal kegiatan usaha - Pembentukan organisasi usaha bersama sebagai penyandang dana dan Swasta/LSM dan swasta/lsm menyediakan dana stimulan untuk berdirinya usaha bersama dan selanjutnya lokal yang menjalankan.

17 92 15 Revitalisasi etika moral pangan berbasis Singkong di adat. Singkong pada saat sekarang tidak lagi dianggap sebagai bahan pangan utama adat (jumlah warga yang mengkonsumsi singkong berkurang) Semakin banyak warga adat yang mengkonsumsi beras sebagai bahan pokok. Terjadi kepura-puraan secara moral seolaholah sebagian besar warga Adat masih menghargai singkong sebagai bahan pangan utama, padahal kenyataannya mereka tidak mengutamakan singkong sebagai bahan pangan utama. Moralitas seperti ini memperlemah ketahanan pangan dan keanekaragaman pangan setempat. Sesuai kebutuhan - Rumahrumah warga - Bale adat - Sesepuh - Afiliasi di Cigugur. (Kab. Kuningan Jawa Barat). Afiliasi terbentuk karena pada sejarah awalnya sesepuh kampung Adat mengembara ke Cigugur dan menikah dengan warga Cigugur. - Ibu rumah tangga sebagai sasaran utama yang dilibatkan dalam pelaksanaan upaya revitalisasi etika moral pangan berbasis singkong. - Keluargakeluarga warga - Gerakan moral kembali ke singkong/rasi - Penyelenggaraan Festival singkong yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh kalangan adat sendiri. Komunitas adat dengan didampingi oleh pendamping sukarela dari LSM

18 93 Program Gabungan di Ruang dan Komunitas 16 Pembentukan Forum Diskusi 17 Revitalisasi Budidaya singkong dan hasil olahnya 18 Konservasi Etika/moral pangan singkong Untuk perbaikan komunikasi dan sarana penyampaian aspirasi Karena singkong merupakan bahan pangan utama adat serta menjadi ikon kebanggaan - Agar etika/moral pangan yang terkandung dalam singkong bisa dimaknai dengan benar oleh seluruh anggota - Singkong sebagai basis pangan lokal 1 kali dalam 3 bulan atau sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan - Bale Adat - Lingkungan Kota Cimahi - Kebun singkong di wilayah - Tempat produksi rasi - Rumah penduduk - Kebun singkong di wilayah - Tempat produksi rasi - Rumah penduduk - - Komunitas Kampung Adat cireundeu - Dinas Pertanian - Dinas Kesehatan - Tim Penggerak- Pembinaan Kesejahteraa n Keluarga (TP_PKK) - Sesepuh - Afiliasi di Cigugur Aspirasi warga dan kepentingan pemerintah dalam kaitan revitalisasi adat Tanaman singkong dan hasil olahannya Seluruh anggota - Diskusi - Penyuluhan pertanian - Fortifikasi zatzat gizi agar rasi menjadi layak konsumsi - Diskusi - Best practices Komunitas Adat

19 94 19 Konservasi kelembagaan lokal - Agar kelembagaan lokal tidak termarjinalkan oleh kelembagaan atau tata aturan baru - Sebagai Pendampingan terhadap lembaga tradisi gentong Sesuai kebutuhan - Rumahrumah warga - Bale adat - Sesepuh - Afiliasi di Cigugur - Kelembagaan pangan - Kelembagaan sesepuh - Diskusi - Best practices Komunitas Adat 20 Pengembangan desa Wisata kampung adat Mengakomodasi keinginan dan kota Cimahi yang dimaksudkan sebagai sarana peningkatan kesejahteraan ekonomi Adat Sesuai kebutuhan - Wilayah kampung adat - Tokoh adat - Kalangan usaha - Unsur - Kota Cimahi - Seluruh unsur masyarakat yang berkepentingan - Pembangunan infrastruktur - Sosialisasi di dalam dan kepada pihak luar yang berkepentingan - Pelatihan - Penyediaan dana stimulan - Kalangan Pengusaha - Kota