BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB IV GAMBARAN UMUM

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

PENEMPATAN TENAGA KERJA

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

I. PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, khususnya bagi. bangsa Indonesia, peranan negara sangat penting di dalam mengatur

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009


PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

GUBERNUR JAWA TENGAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2013

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. bersubsidi. Pupuk yang ditetapkan sebagai pupuk bersubsidi adalah pupuk

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima. Kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan pada umumnya mereka yang dikategorikan miskin tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang tidak memadai. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, dan lokasi lingkungan. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hakhak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, 1

pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik (Sukmaraga, 2011). Tabel 1.1 mempresentasikan data tentang jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015, dalam tabel tersebut presentase penduduk miskin rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah sebesar 16,21%, di tahun 2012 penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah sebesar 14,98% dan tahun 2013 penduduk miskin Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 14,44%, kemudian turun menjadi 13,58% di tahun 2014 dan tidak berubah sampai akhir pengamatan penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih terdapat 13,58% dari total total penduduk Jawa Tengah ( BPS Provinsi Jawa Tengah) Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 Tahun Persentase Penduduk Miskin (%) 2011 16,21% 2012 14,98% 2013 14,44% 2014 13,58% 2015 13,58% Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 2

Berdasarkan Badan Pusat Statistik di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 masih terdapat 13,58 % penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkat pula produksi suatu wilayah tersebut, tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi biasanya diiringi makin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat, ini akan membuat masyarakat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cepat. Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat (Sukirno,1994). Salah satu Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB akan memberi suatu gambaran bagaimana kemampuan daerah dalam mengelola serta memanfaatkan sumber daya yang ada. Dari PDRB ini nanti dapat dilihat seberapa jauh pembangunan yang telah berhasil membuat masyarakatnya sejahtera, dengan kata lain pemerataan pendapatan. Berikut ini disajikan gambar PDRB Jawa Tengah : 3

900000000 Gambar 1.1 PDRB Atas Harga Konstan 2010 Jawa Tengah tahun 2011-2015 800000000 700000000 600000000 500000000 400000000 300000000 200000000 2011 2012 2013 2014 2015 100000000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Berdasarkan gambar 1.1 diketahui bahwa produk domestik regional bruto Jawa Tengah tahun 2011-2015 mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Produk domestik regonal bruto provinsi jawa tengah digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sehingga arah perekonomian daerah akan lebih jelas. PDRB juga sebagai indikator sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan keputusan yang salah satunya untuk mengurangi jumlah kemiskinan Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka 4

kemiskinan. Dan berdasarkan gambar 1.2 bahwa jumlah penduduk Jawa Tengah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 bergerak fluktuatif namun cenderung naik dari tahun ke tahun. Di kalangan para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia (Maier dalam Mudrajad Kuncoro,1997). Gambar 1.2 Jumlah Penduduk di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 33,800,000 33,600,000 33,400,000 33,200,000 33,000,000 32,800,000 32,600,000 32,400,000 32,200,000 32,000,000 31,800,000 33,522,663 33,264,339 32,998,692 32,725,378 32,443,886 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tinggi rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Tinggi atau rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk. Produktivitas yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan. 5

Tabel 1.2 Persentase IPM di Provinsi Jawa Tengah Per Kabupaten/Kota Tahun 2011-2015 Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 2014 2015 Cilacap 64.73 65.72 66.80 67.25 67.77 Banyumas 67,45 68,06 68.55 69.25 69.89 Purbalingga 64.33 64.94 65.53 66.23 67.02 Banjarnegara 61.58 62.29 62.84 63.15 64.73 Kebumen 64.05 64.47 64.86 65.67 66.87 Purworejo 69.11 69.40 69.77 70.12 70.37 Wonosobo 63.07 64.18 64.57 65.20 65.70 Magelang 64.16 64.75 65.86 66.35 67.12 Boyolali 69.14 69.51 69.81 70.34 71.73 Klaten 71.16 71.71 72.42 73.19 73.81 Sukoharjo 72.34 72.81 73.22 73.76 74.52 Wonogiri 64.57 65.75 66.40 66.77 67.75 Karanganyar 71.00 72.26 73.33 73.89 74.26 Sragen 68.12 68.91 69.95 70.52 71.10 Grobogan 65.41 66.39 67.43 67.77 68.05 Blora 63.88 64.70 65.37 65.84 66.21 Rembang 65.36 66.03 66.84 67.40 68.17 Pati 65.71 66.13 66.47 66.99 68.51 Kudus 69.89 70.57 71.58 72.00 72.72 Jepara 67.63 68.45 69.11 69.61 70.01 Demak 66.84 67.55 68.38 68.95 69.78 Semarang 70.35 70.88 71.29 71.65 71.87 Temanggung 64.14 64.91 65.52 65.97 67.06 Kendal 66.96 67.55 67.98 68.46 69.56 Batang 62.59 63.09 63.60 64.07 65.45 Pekalongan 64.72 65.33 66.26 66.98 67.39 Pemalang 59.66 60.78 61.81 62.35 63.61 Tegal 61.97 62.67 63.50 64.10 65.04 Brebes 60.51 60.92 61.87 62.55 63.18 Kota Magelang 74.47 75.00 75.29 75.79 76.38 Kota Surakarta 78.00 78.44 78.89 79.34 80.14 Kota Salatiga 78.76 79.10 79.37 79.98 80.96 Kota Semarang 77.58 78.04 78.68 79.24 80.22 Kota Pekalongan 69.54 69.95 70.82 71.53 72.68 Kota Tegal 70.03 70.68 71.44 72.20 72.96 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Semakin tinggi IPM maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas penduduk yang kemudian mendorong tingkat pendapatan 6

menjadi semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah IPM maka tingkat produktivitas penduduk juga akan semakin rendah kemudian produktivitas yang rendah dapat berpengaruh pada rendahnya pendapatan suatu daerah. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran, salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan, pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Menurut Sadono Sukirno (2000), Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan. Gambar 1.3 Presentase Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 7.07% 8.00% 5.61% 6.01% 5.68% 4.99% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 2011 2012 2013 2014 2015 Series1 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 1.3 menunjukkan tingkat pengangguran di Jawa Tengah tergolong masih tinggi, tingkat pengangguran di Jawa Tengah tidak stabil, 7

mengalami beberapa kali fase naik turun. Pada tahun 2011, tingkat pengangguran sebesar 7,07%, kemudian turun menjadi 5,61% pada tahun 2012. Peningkatan tingkat pengangguran terjadi pada tahun 2013, menjadi 6,01%. Penurunan tingkat pengangguran terjadi pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 5,68% dan 4,99%. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah menjadi semakin serius. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Dari latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah dengan judul : Analisis Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015. B. Rumusan Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang selalu muncul dalam pembangunan suatu daerah. Begitu juga dengan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan: 1. Seberapa perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? 8

2. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? 3. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? 4. Bagaimana pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? 5. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemisinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? 6. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Mengetahui perkembangan Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015. 2. Mengetahui pengaruh PDRB terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 3. Mengetahui pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 4. Mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 5. Mengetahui pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 9

6. Mengetahui besarnya pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015 D. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi instansi Pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan perumusan kebijakan perencanaan pembangunan, dan diharapkan mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, sehingga dapat memahami lebih jauh dalam pengambilan kebijakan selanjutnya untuk menyelesaikan permasalahan ini. 2. Bagi Penulis Penelitian ini untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat selama berada di perguruan tinggi, dan juga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta. 3. Bagi penelitian selanjutnya Sebagai salah satu bahan refrensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 10

Bab I: Pendahuluan Dalam Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Dalam bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dengan kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan, penelitian terdahulu, serta hipotesis. Bab III: Metode Penelitian Dalam bab ini menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data penelitian, definisi variable, dan metode analisis data. Bab IV: Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini menjelaskan tentang deskripsi data kemiskinan Provinsi Jawa Barat, pembahasan dan hasil penelitian yang meliputi variable yang berpengaruh terhadap kemiskinan dan interpretasi hasil. Bab V: Penutup Dalam bab ini memuat tentang kesinpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan 11